dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertambangan Mineral sebagaimana disebutkan pada Pasal 8
Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Namun bagi pemegang IUP Operasi Produksi dan Ijin Perijinan Rakyat
“IPR” yang diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012, dapat menjual bijih raw material atau ore
mineral ke luar negeri apabila telah mendapatkan rekomendasi dari Menteri. Rekomendasi dari Menteri diberikan setelah pemegang IUP Operasi Produksi dan
IPR memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.
status IUP Operasi Produksi dan IPR Clear and Clean; 2.
melunasi kewajiban pembayaran keuangan kepada Negara; 3.
menyampaikan rencana kerja danatau kerjasama dalam pengolahan danatau pemurnian mineral di dalam negeri; dan
4. menandatangani pakta integritas.
2. Hak dan Kewajiban Investor dalam Pertambangan Minerba
Adapun hak investor dalam pertambangan minerba adalah sebagai berikut
57
a. Pemegang IUP dan IUPK dapat melakukan sebagian atau seluruh
tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produkksi.
:
b. Pemegang IUP dan IUPK dapat memanfaatkan prasarana dan
sarana umum untuk keperluan pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
57
Undang-undang Pertambangan Mineral dan Batubara. Bandung: Fokusindo Mandiri. 2012. Hal, 37.
c. Pelaku usaha perlu jaminan investasi. Untuk itu, UU Minerba
memberikan ekslusifitas yang diprioritaskan kepada pemegang IUP sampai periode paska tambang. Setiap permohonan investor yang
dilakukan sesuai peraturan perundangan, harus disetujui pemerintah tanpa terkecuali deem approval.
d. Tidak boleh ada pembatalan hak secara sepihak tanpa dasar
hukum. Jika terjadi, maka investor dapat memperkarakan pemerintah ke forum arbitrase internasional. Indonesia telah
meratifikasi berbagai konvensi arbitrase internasional termasuk ICSID, dan New York Convention, serta menjadi anggota
Multinational Investment Guarantee Agency MIGA.
e. UU Minerba juga tidak melarang melakukan kemitraan strategis
dari sisi permodalan maupun teknologi. Sehingga investor bisa mendapatkan titik monetisasi melalui usaha patungan, pengalihan
saham atau IPO, pada saat kapan saja setelah IUP diterbitkan. f.
Namun demikian, mengingat masih adanya ketidakpastian hukum akibat tumpang tindihnya peraturan, investor masih meragukan
efektifitas IUP. Kasus Buyat, Kobatin, dan Karimun Granit adalah contoh betapa investor rentan terhadap tuntutan pidana. Potensi
penangkapan bisa saja terjadi kembali karena pelaku usaha dianggap melanggar ketentuan menambang di dalam hutan lindung
berdasarkan peraturan kehutanan. Padahal rejim hukum pertambangan sudah menjamin hak mereka. Untuk itu, investor
tetap menginginkan sistem kontrak pertambangan yang lebih memberikan kepastian. Jika keinginan itu harus diakomodasi,
maka perlu dicari solusi agar investor dapat berkontrak dengan BUMN atau Badan Pelaksana BP. Perlu juga dipikirkan status BP
nantinya. Jika BP adalah badan hukum milik negara, seperti BPMIGAS, dipastikan akan timbul kerumitan hukum yang sama
seperti di industri migas. Struktur BP pun belum tentu mudah beradaptasi dengan kewenangan otonomi daerah.
g. Berikutnya adalah pola kontrak. Jika merujuk pada kontrak
BPMIGAS maupun kontrak batubara dengan Perum Batubara terdahulu, maka pola yang digunakan seyogiyanya adalah kontrak
bagi hasil KBH, bukan sistem royalti. Hal ini dipandang sesuai dengan filosofi Pasal 33 UUD 1945. Seperti kontrak batubara,
KBH MB tidak perlu memakai sistem cost recovery sehingga peningkatan pendapatan Negara lebih terjamin terutama di saat
harga komoditi MB meningkat.
58
Dalam UU Minerba Pelaku usaha memiliki kewajiban yaitu
59
a. Menerapkan kaidah pertambangan yang baik.
:
b. Bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
udangan; pajak, PNBP, dan bagi hasil dari keuntungan bersih sejak berproduksi untuk IUPK, dari sisi lingkungan harus memiliki syarat
58
http:www.bisnis.comservletpage?_pageid=127_dad=portal30_schema=PORTAL diakses pada 16 Agustus 2014 pukul 20:56 WIB.
59
Undang-undang Pertambangan Mineral dan Batubara. Bandung: Fokusindo Mandiri. 2012. Hal, 38.
perizinan dan kesanggupan untuk mengerjakan reklamasipasca tambang, kewajiban pengembangan masyarakat, kewajiban
penggunaan teknik pertambangan, kewajiban untuk memberikan nilai tambah, kewajiban untuk membuat data dan pelaporan, dan
kewajiban untuk melaksanakan kemitraan dan bagi hasil. Sedangkan dalam UU sebelumnya kewajiban pelaku usaha terkait
dengan keuangan dimana untuk Kuasa Pertambangan KP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan KKPKP2B
tetap pada saat kontrak ditandatangani, lingkungan, kemitraan, nilai, tambah, data dan pelaporan.
c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan batubara
d. UU Minerba memberikan pembatasan tanah yang dapat diusahakan
dan sebelum memasuki tahap operasi produksi pemegang IUPIUPK wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang
hak. Sedangkan dalam UU sebelumnya dalam penggunaan kahan dilakukan pembatasan tanah yang dapat diusahakan.
e. Dalam UU Minerba pelaku usaha pertambangan mineral dan
batubara adalah pemerintah untuk bahan radioaktif, badan usaha, koperasi, dan perorangan, sedangkan dalam UU sebelumnya pelaku
usaha merupakan investor domestik KP, Surat Izin Pertambangan daerah SIPD, PKP2B dan investor asing KK, PKP2B.
f. Dalam UU Minerba Pengembangan wilayah dan masyarakat
merupakan kewajiban pemerintahpemda dan merupakan
keharusan yang dipenuhi oleh pemegang IUP, sedangkan UU sebelumnya tidak mengatur pengembangan wilayah dan
masyarakat. g.
Dalam UU Minerba pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang IUP dan IUPK dilakukan oleh menteri, gubernur,
bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya, sedangkan untuk IPR merupakan tugas Bupatiwalikota. Dalam UU sebelumnya
pembinaan dan pengawasan sifatnya terpusat
60
Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara, ketentuan divestasi menjadi suatu ketentuan baku yang
diberlakukan secara umum, terhadap kepemilikan saham asing pada perusahaan pemegang konsesi pertambangan Izin Usaha Pertambangan IUP.
.
PMA dalam industri pertambangan diakomodasi dengan perjanjian kontrak karya yang mengatur kerja sama antara pemerintah dan kontraktor
pertambangan, yang memerinci semua hak dan kewajiban, termasuk ketentuan peningkatan kepentingan nasional promotion of national interest, di antaranya
61
60
: pertama, divestasi kepada pihak dalam negeri. Kontrak karya generasi pertama
dan kedua mensyaratkan 20 persen dan terus meningkat sampai generasi ketujuh. Lazimnya pemegang opsi utama pembeli adalah pemerintah, dan jika pemerintah
menolak dapat ditenderkan ke swasta nasional. Kedua, peningkatan pengadaan
http:www.unisosdem.orgarticle_detail.php3Faid3D820226coid3D426caid 3D426gid3D3. diakses pada 30 Juli 2014 pukul 21:00 WIB.
61
Ida Bagus Rahmadi Supancana. Penyelesaian Sengketa Divestasi PT Newmont Nusa Tenggara: Prospek Dan Implikasinya
http:117.102.106.99:2121plsPORTAL30indoreg.irp_casestudy.viewcasestudy?casestudy=1161 diakses 18 Juni 2014 pukul 21:21 WIB.
barang dan jasa dari dalam negeri. Ketiga, peningkatan porsi karyawan nasional pada posisi manajemen maupun pelaksana. Keempat, dana pengembangan
masyarakat.
C. Pembatasan Pemilikan Saham Asing pada Perusahaan Pertambangan