Prinsip Kewajiban Tanggung Jawab – Akuntabilitas

77 kesempatan dan perlakuan bagi perempuan dan laki-laki. Tindakan tersebut wajib dihentikan jika kesetaraan dalam kesempatan dan perlakuan telah tercapai. b Perlindungan kehamilan pasal 5 ayat 2 konvensi CEDAW Sebaliknya, suatu tindakan proaktif seperti melarang perempuan melakukan sesuatu pekerjaan tertentu, dapat dianggap sebagai diskriminasi karena dalam jangka panjang dapat bertentangan dengan kepentingan perempuan.

c. Prinsip Kewajiban Tanggung Jawab – Akuntabilitas

Menurut konvensi CEDAW prinsip kewajiban negara meliputi hal-hal sebagai berikut: 69 1 Menjamin hak perempuan melalui hukum dan kebijakan serta menjamin hasilnya. 2 Menjamin pelaksanaan praktis dari hak itu melalui langkah tindak atau tindakan khusus sementara, menciptakan kondisi yang kondusif untuk meningkatkan akses perempuan pada peluang dan kesempatan yang ada. 3 Negara tidak saja menjamin, tetapi juga merealisasikan hak perempuan. 4 Tidak saja menjamin secara de jure tetapi juga secara de facto. 69 Achie Sudiarti Luhulima, CEDAW Menegakkan Hak Asasi Perempuan, h.53. 78 5 Negara tidak saja harus bertanggung jawab dan mengaturnya di sektor publik, tetapi juga terhadap tindakan orang-orang dan lembaga di ranah privat domestik keluarga dan ranah swasta. CEDAW menetapkan secara universal prinsip-prinsip persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Konvensi menetapkan persamaan hak untuk perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, di semua bidang-politik, ekonomi, sosial, budaya dan sipil. Konvensi mendorong diberlakukannya perundang-undangan nasional yang melarang diskriminasi dan mengadopsi tindakan-tindakana khusus- sementara untuk mempercepat kesetaraan de facto antara laki-laki dan perempuan, termasuk merubah praktek-praktek kebiasaan dan budaya yang didasarkan pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin atau peran stereotipe untuk perempuan dan laki-laki. Sama dengan HAM, dalan CEDAW juga tidak dibahas secara teknis tentang masalah percaraian, baik akibat hukum pasca perceraian termasuk „iddah. Hanya saja secara khusus dalam Pasal 16 CEDAW, disebutkan bahwa Negaranegara wajib melakukan upaya-upaya khusus untuk menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam setiap masalah yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan keluarga, dan berdasarkan persamaan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga dalam memahaminya harus disertakan dengan pemahaman terhadap asas dan prinsip dasar CEDAW. 79

BAB IV ‘IDDAH DALAM KONSEP MAQASHID SYARIAH DAN KESETARAAN

GENDER DALAM CEDAW

A. Analisis ‘Iddah dalam Konsep Maqashid Syariah

Dibandingkan ak ‟iddah dan akhlak, fikih jauh lebih intens dalam bergumul dengan dinamika kehidupan kontemporer, karena fikih berhubungan langsung dengan aspek realitas kehidupan sehari-hari manusia. 1 Dinamika kehidupan masyarakat sering melahirkan persoalan-persoalan baru. Persoalan-persoalan tersebut jika dinisbatkan dengan ajaran Islam maka paling tidak, ada dua kemungkinan jawaban. Pertama, terdapat aturan eksplisit yang mengaturnya yang bisa ditemukan dalam Alquran atau sunnah sebagai sumber dasar hukum Islam. Kedua, persoalan yang ditemukan landasannya hanya secara implisit. Sehingga, pada kondisi yang kedua dibutuhkan pemikiran-pemikiran hukum dari pihak yang memiliki otoritas. 2 Upaya melakukan ijtihad dan atau tajdidi dalam bentuk apapun tidak akan efektif bahkan bisa negatif, apabila terlepas dari kajian beberapa unsur yang saling terkait, yaitu ruh syariat dan landasan yang menjadi motif ditetapkannya, yang diketahui melalui ijtihad yang menggunakan metode pendekatan yang akurat dan tepat. 3 1 Jasser Auda, Maqasid Syariah As Philosophy Of Islamic Law: A System Approach: Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah, Penerjemah Rosidin dan Ali Abdu El Mun‟im, Cet. I, Bandung: Mizan Pustaka, 2015, h.10. 2 Hasbi Umar, Nalar Fikih Kontemporer, Cet.I, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, h.v. 3 Hasbi Umar, Nalar Fikih Kontemporer, h.v.