Fitur Kognitif cognitive nature of system يكردإا

80 Salah seorang pemikir muslim kontemporer, Jasser Auda, mengusulkan beberapa reformasi terhadap maqashid syariah dalam perspektif kontemporer. Pertama, keberanjakan dari maqashid syariah yang dulunya bernuansa protection penjagaan dan preservation pelestarian menuju maqashid yang bercita rasa development pengembangan dan pemuliaan Human Rights hak-hak asasi manusia. Kedua, Jasser Auda menawarkan tingkatan otoritas dalil dan sumber hukum Islam terkini, diantaranya hak-hak asasi manusia sebagai landasan dalam menyusun tipologi teori hukum Islam kontemporer. Terakhir, Jasser Auda mengusulkan reformasi sistem hukum Islam yang berbasis maqashid syariah. Inilah kontribusi signifikan yang diberikannya dalam rangka mereformasi filsafat hukum Islam melalui fungsi fitur-fitur sistem. 4 Agar terbentuk keutuhan sistem berpikir, dalam memahami ketentuan „iddah dalam konsep maqashid syariah terutama dalam pandangan Jasser Auda, dibutuhkan enam fitur sistem yang dioptimalkannya sebagai pisau analisis. Sebagaimana penjelasan berikut;

1. Fitur Kognitif cognitive nature of system يكردإا

Fitur kognitif merupakan fitur yang mengusulkan sistem hukum Islam yang memisahkan wahyu dari kognisinya. Itu artinya, fikih digeser dari klaim sebagai bidang pengetahuan ilahiah menuju bidang kognisi pemahaman rasio manusia terhadap pengetahuan ilahiah. 5 4 Jasser Auda, Maqashid Syariah As Philosophy Of Islamic Law: A System Approach: Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah, h. 12. 5 Jasser Auda, Maqashid Syariah As Philosophy Of Islamic Law: A System Approach: Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah, h. 12. 81 Ketentuan „iddah, secara langsung diatur dalam sumber utama dan pertama hukum Islam, yaitu Alquran serta dikuatkan dengan sunnah sebagai sumber utama kedua. Berdasarkan fitur kognitif, maka ketika membahas doktrin „iddah adalah dengan langsung merujuk pada nash Alquran. 6 Pada QS. Al Baqarah 228, lafaz تٰĎĖطĚۡĕٱģ ۚ ءٓģäč ÊثٰĖث ĜĢسĊĝأÇ Ĝ ۡصÇäتĩ merupakan jumlah khabariah terdiri dari mubtada dan khabar, Ĝ ۡصÇäتĩ adalah khabar dengan makna amr perintah. 7 Penggunaan istilah dengan bentuk khabariah untuk mengindikasikan perintah seperti ini, banyak digunakan dalam sistematika bahasa arab. 8 Sehingga dari ayat tersebut dapat dipahami sebagai perintah „iddah bagi perempuan. Apalagi didukung dengan sunnah, yaitu hadis nabi saw perihal perintah nabi kepada Fatimah binti Qais dengan lafaz fi‟il amr secara sharih yaitu ىِدَتْعا . 6 Merujuk langsung pada ayat Alquran bukan berarti tanpa mengindahkan pendapat ulama baik berupa penafsiran atau penggalian hukum. Tapi telaah yang dimaksud Jasser Auda adalah lebih mengaktualisasikan prinsip al muhafazat „ala al qadim al salih wa al akhz bi al jadid al aslah ØĖصۡà àĩàÖĕÄÇ âخۡÃģ ØĕÄصĕà ĘĩàĎĕà ĦĖع ÊظفÄÚĚĕÃ, Jasser Auda, Maqashid Syariah As Philosophy Of Islamic Law: A System Approach: Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah, h. 15. 77 Seperti halnya amr dengan sigath fi‟il amr atau bentuk lainnya, susunan khabar dengan makna amr juga memfaedahkan makna wajib, lihat Zakaria bin Ghulam Qadir Al Pakistani, Ushul Fiqh „ala Manhaj Ahli al Hadis, cet. I, Raqamiya: Dar al Kharraz, 2002, h. 114. Seperti yang dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam tafsirnya, redaksi berita dengan makna perintah merupakan salah satu gaya bahasa Alquran dalam memerintahkan sesuatu. Ini dinilai lebih kuat dari pada redaksi yang menggunakan gaya perintah. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Jilid. 1, h. 591. 8 Muhammad Rasyid Rida, Tafsir al Quran al Hakim, Tafsir al Manar , Al Hai‟ah al Mishriyyah Al „Ammah lil Kitab, 1990, Jilid. 2, H. 294, Wahbah al Zuhaili, Tafsir al Munir, Jilid, 2, h. 318, Nashir al Din al Baidhawi, Anwar al Tanzil wa Asraru al Ta‟wil, Jilid. 1, h. 513, Muhammad Tsana‟ullah al Mazhari, Tafsir al Mazhari, Beirut: Dar Ihya‟ al Turats al A‟rabi, 2004, Jilid, 1, h. 295, Pemakaian ibarat khabar menunjukkan ta‟kid atau penekanan perintah „iddah bagi perempuan. 82 Baik Alquran maupun sunah tidak menjelaskan ilat „iddah secara eksplisit. Bara‟at al rahim atau kosongnya rahim istri adalah satu diantara beberapa ilat yang ditemukan, berdasarkan ijtihad ulama terdahulu dan juga diikuti oleh ulama kontemporer. Ilat tersebut masih pada tingkat kemungkinan bukan kepastian. Sehingga tidak bisa menafikan kewajiban „iddah yang telah mutlak.

2. Kemenyuluruhan wholeness يلكلا