Prinsip Persamaan Kesetaraan dan Keadilan Substantif.

89 relevansi hukum „iddah dengan sudut pandang kesetaraan yang ditawarkan CEDAW. Namun, untuk menggunakan CEDAW sebagai alat dan tolok ukur dalam menguji suatu kebijakan, aturan atau ketentuan dalam hal ini mengenai doktrin „iddah bagi wanita muslim pasca putusnya perkawinan sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip dasar yang dianut oleh konvensi CEDAW. Prinsip-prinsip itu terjalin secara konseptual dalam pasal 1-16 konvensi CEDAW 16 Prinsip-prinsip tersebut bisa dijadikan sebagai kerangka standar dalam menghasilkan suatu analisis yang dimaksud. Sebagai berikut;

1. Prinsip Persamaan Kesetaraan dan Keadilan Substantif.

Dari prinsip persamaan yang diajadikan dasar pada konvensi CEDAW yang dijelaskan pada bab sebelumnya dapat dipahami, bahwa yang dimaksud kesetaraan dan keadilan equality and equity antara perempuan dan laki-laki yaitu persamaan dalam hak, kesetaraan dalam kesempatan dan akses serta persamaan hak untuk menikmati manfaat di segala bidang kehidupan dan segala kegiatan. Sedangkan, dalam ketentuan „iddah, terdapat ada larangan untuk menikah bahkan sekedar untuk dipinang oleh laki-laki lain selama seorang perempuan menjalani masa „iddahnya. Memang, secara zahir terdapat perbedaan kesempatan antara perempuan dan laki-laki dalam peluang untuk 16 Achie Sudiarti Luhulima, CEDAW Menegakkan Hak Asasi Perempuan, h.47. 90 menikah. Sehingga dipandang bertentangan dengan salah satu butir pasal 16 konvensi CEDAW tentang perkawinan dan hubungan keluarga, bahwa: Negara-negara Peserta wajib melakukan langkah-tindak yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam semua urusan yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan keluarga dan khususnya wajib menjamin, atas dasar kesetaraan laki-laki dan perempuan: Diantara hak-hak tersebut adalah poin a Hak-hak yang sama untuk masuk dalam ikatan perkawinan; Dan poin c Hak-hak dan tanggung jawab yang sama selama perkawinan dan pada pemutusan perkawinan. Kembali pada prinsip persamaan, bahwa persamaan mengandung unsur kesetaraan dan keadilan. Dan langkah tindak yang diinginkan CEDAW adalah merealisasikan hak perempuan untuk mengatasi adanya perbedaan atau kesenjangan yang bisa merugikan perempuan. „Iddah tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi keterbatasan dalam kesempatan untuk menikah saja. Doktrin „iddah berlaku bukan sebatas larangan tersebut, tetapi dengan ketentuan yang rinci termasuk hak istri selama masa „iddah yang menjadi tanggungan atau kewajiban yang harus dipenuhi suami. „iddah menjaga hak suami serta hak istri bersamaan. Sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Ketentuan „iddah, bisa dianggap atau disamakan sebagai tindakan khusus sementara pasal 4 konvensi CEDAW sehingga tidak dianggap sebagai diskriminasi sebagaimana yang ditegaskan. Larangan keluar rumah dalam masa „iddah, bagi wanita karir misalnya untuk bekerja sebenarnya secara tidak langsung mendapat 91 perlindungan dari CEDAW. Pada pasal 11 Konvensi CEDAW mengenai ketenagakerjaan. Untuk mencegah diskriminasi terhadap perempuan atas dasar perkawinan atau kehamilan dan untuk menjamin hak efektif mereka untuk bekerja, Negara-negara Peserta wajib membuat peraturan-peraturan yang tepat: a. Untuk melarang, dengan dikenakan sanksi, pemecatan atas dasar kehamilan atau cuti hamil dan diskriminasi dalam pemberhentian atas dasar perkawinan. CEDAW secara tidak langsung memberikan perlindungan dalam pelaksanaan „iddah sebagai salah satu akibat hukum pasca perceraian. Apalagi, dalam praktik „iddah perempuan hamil, mereka mendapatkan perlindungan berlapis agar tetap bisa menjalani masa „iddahnya dan tetap tidak kehilangan pekerjaannya. Seperti yang terkandung dalam pasal 11 ayat 2 poin a; In order to prevent discrimination against women on the grounds of marriage or maternity and to ensure their effective right to work, States Parties shall take appropriate measures: a To prohibit, subject to the imposition of sanctions, dismissal on the grounds of pregnancy or of maternity leave and discrimination in dismissals on the basis of marital status; Untuk mencegah diskriminasi terhadap perempuan atas dasar perkawinan atau kehamilan dan untuk menjamin hak efektif mereka untuk bekerja, Negara-negara Peserta wajib membuat peraturanperaturan yang tepat: a Untuk melarang, dengan dikenakan sanksi, pemecatan atas dasar kehamilan atau cuti hamil dan diskriminasi. Adanya larangan untuk keluar rumah bagi istri yang sedang menjalani masa „iddah, bukan semata larangan pembatasan gerak yang berimplikasi pada kesenjangan dan keadilan dalam akses dan kesempatan. Larangan ini diiringi dengan adanya kewajiban nafkah istri bagi suami serta fasilitas tempat tinggal. Jika ketentuan „iddah benar berjalan semestinya, dan masing-masing pihak menjalankan kewajibannya maka akan dicapai 92 tujuan syariat, yaitu kemaslahatan, tanpa adanya perlanggaran kesetaraan dan keadilan. Sehingga, ketentuan „iddah bagi istri dalam larangan untuk menerima pinangan dan menikah bukanlah hal yang bisa dinilai sebagai kesenjangan atau ketidakadilan dalam menjaga hak istri dengan adanya nafkah dan tempat tinggal dan menjaga hak suami dan juga istri untuk masa tenggang harapan memperbaiki hubungan. Sebagai seni Islam dalam putusnya suatu ikatan. Hukum yang kaya akan kesantunan.

2. Prinsip Nondiskriminasi