37
f. Tidak boleh menikah dan dipinang secara terang-terangan ataupun
sindiran kecuali pada „iddah wafat.
53
g. Hidad atau ihdad, yaitu larangan bagi istri untuk berhias selama masa
„iddah perceraian sebab kematian suami menurut ijma. Sedangkan hidad wajib dalam masa
„iddah sebab talak bain menurut hanafiyah. Berbeda dengan syafiiyah yang tidak mewajibkannya selain pada
„iddah wafat.
5. Ihdad
Ihdad artinya meninggalkan berhias, memakai wangi-wangian, memakai pakaian yang berwarna, menjaga diri dari bertemu dengan lawan
jenis. Hal-hal tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh istri sebagai hak dari suaminya yang meninggal. Pada masa jahiliyah
„iddah seorang perempuan adalah selama setahun penuh. Kemudian Islam datang
dengan ajarannya.
54
Terdapat beberapa ikhtilaf mengenai kriteria larangan berhias bagi wanita yang sedang berihdad. Namun masih dalam eksistensi larangan
berhias yang menurut penulis juga dipengaruhi oleh makna dan kriteria berhias menurut kebiasaan penduduk setempat. Seperti yang dikutip oleh
abu said al amrawi, syekh abudul aziz bin baz pernah ditanya mengenai ketentuan bagi perempuan yang ber
‟iddah. Pertanyaan itu diajukan kepada beliau pada tahun 1396 H.
55
53
Muhammad Abu Zahrah, Al Ahwal al Syakhshiyyah, h. 381-382.
54
Abu Said al Amrawi, Ahkam al Thalaq, h. 101.
55
Abu Said al Amrawi, Ahkam al Thalaq, h.104
38
Ketentuan bagi perempuan yang sedang ber ‟iddah dapat
disimpulkan seperti berikut; a.
Tetap tinggal di rumah kediamannya ketika suami meninggal. Istri tidak boleh keluar rumah kecuali ada hajat atau keperluan mendesak seperti
berobat ke rumah sakit, membeli kebutuhan sehari-sehari seperti makanan. Hal ini diperbolehkan jika tidak ada orang lain yang bisa
membantu untuk menggantikannya b.
Tidak memakai pakaian bagus, pakaian yang dikategorikan sebagai berhias di daerahnya. Istri dianjurkan memakai pakaian biasa saja.
c. Tidak menggunakan wangi-wangian, kecuali ketika ia bersuci dari haid
untuk menghilangkan bau yang tidak sedap. d.
Tidak menggunakan perhiasan yang terbuat dari emas, perak dan sebagainya. Sekalipun berupa gelang dan kalung.
e. Tidak menggunakan celak.
Perempuan yang sedang berihdad boleh mandi menggunakan air dan sabun. Berbicara dengan kerabatnya dan selainnya. Duduk bersama
mahramnya, menyuguhkan kopi, makanan dan sebagainya. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menjahit, menyapu, mencuci
ataupun memerah susu dan boleh membuka tudungnya jika tidak ada yang bukan mahram bersamanya.
Sebagaimana Islam menjaga hak-hak perempuan, Islam juga senantiasa menjaga hak laki-laki ketika hidupnya bahkan setelah
meninggal. Allah telah menjadikan kasih sayang yang tulus antara suami
39
istri, cinta yang memenuhi rasa, saling berbagi dan mengisi sepanjang hidupnya.
B. Keberanjakan Konsep ‘iddah dalam Hukum Keluarga Islam
1. Konsep ‘iddah Pra Islam dan Setelah Datangnya Islam
Jazirah arab, atau lebih khusus mekah, di tempat inilah dilahirkan manusia paling mulia, yaitu nabi Muhammad Saw. Di sini pula, dakwah
Islam pertama kali dikumandangkan sebelum menyebar ke seluruh penjuru bumi.
56
Dari sisi kondisi sosio kultural masyarakat arab, salah satu karakter penduduk jazirah adalah cepat menerima nilai-nilai kebaikan.
Hasan al Nadwi menyatakan bahwa diantara hal-hal positif bangsa yang cepat berperan penting bagi kemajuan agama adalah kebodohan
masyarakat arab jahili ini yang begitu mengakar, tanpa didasari oleh suatu doktrin filosofis tertentu yang kuat, dan sulit dikikis sebagaimana
yang terjadi di daerah sekitarnya.
57
Bangsa romawi telah dipengaruhi doktrin kristianistik-pagan dan bangsa persia telah dinodai oleh ajaran
mazdak-majusi. Bangsa arab yang liar belum pernah dinodai oleh doktrin yang sistematis dan mengakar sangat potensial dan relatif lebih mudah
56
Forum KALIMASADA, Kearifan Syariat Menguak Rasionalitas Syariat dari Perspektif Filosofis, Medis Dan Sosiohistoris, Kediri: Lirboyo Press, 2009, h. 34.
57
Abu al Hasan Ali al Hasani an Nadwi, Al Sirah an Nabawiyah, Cet.VIII, Jedah: Dar al Syuruq, 1989, h. 42.