88
8.5. Curahan Waktu dalam Aktivitas Sosial
Akivitas sosial dan keagamaan rumahtangga nelayan kecamatan Panai Hilir hanya ada pengajian mingguan. Pengajian ibu-ibu dilakukan pada siang hari
mulai jam 14.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Adapun pengajiannya dilakukan berpindah-pindah dari satu rumah anggota ke rumah anggota lain. Adapula yang
pengajiannya hanya dilakukan di masjid. Pengajian laki-laki dilakukan pada malam hari dimulai jam 20.00 WIB sampai jam 22.00 WIB. Dari keseluruhan
sampel rumahtangga nelayan diketahui bahwa perempuan memiliki curahan waktu pengajian lebih banyak dari laki-laki.
Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan juga membuktikan bahwa terdapat perbedaan curahan waktu laki-laki dan perempuan dalam kegiatan sosial
budaya keagamaan. Dari hasil analisis diperoleh nilai statistik hitung sebesar - 11,885. Nilai tersebut lebih kecil atau kurang dari nilai statistik tabel -1,96.
Dengan kata lain nilai statistik hitung berada pada wilayah kritik. Maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho artinya terdapat perbedaan curahan waktu laki-laki
dan perempuan dalam kegiatan sosial budaya keagamaan. Adapun curahan waktu laki-laki lebih kecil daripada curahan waktu perempuan dalam kegiatan sosial
budaya.
8.6. Akses Terhadap Berbagai Sumberdaya
Pengkajian akses yang dimiliki laki-laki dan perempuan, diwakili oleh akses pasangan suami istri dalam rumahtangga. Akses adalah peluang yang bisa
diperoleh laki-laki dan perempuan untuk menggunakan atau memanfaatkan sumberdaya tanpa kekuasaan untuk mengambil keputusan mengenai penggunaan
sumber daya. Setelah dilakukan penilaian skor terhadap akses yang dimiliki laki-laki dan
perempuan dalam ru mahtangga, maka dapat diketahui sejauh mana akses yang dimiliki laki-laki dan perempuan terhadap berbagai sumberdaya yang tersedia.
Adapun akses yang dimiliki suami istri pada tiap kelompok rumahtangga nelayan dapat dilihat pada Tabel 23 Akses Sumberdaya Yang Dimiliki Laki-laki dan
Perempuan.
89
Tabel 23 Akses sumberdaya yang dimiliki laki-laki dan perempuan
RT nelayan pengolah RT nelayan tidak
pengolah RT nelayan buruh
Keterangan LK
PR LK
PR LK
PR
Sumberdaya 560
38 336
26 32
32 14
14 29
29 18
18 sumber
modal 101
6.8 101
8 6
6 8
8 7
7 7
7 Pendidikan
non formal 96
6.5 94
7 8
8 9
9 6
6 7
7 Organisasi
146 10
192 15
12 12
18 18
13 13
17 17
Informasi 180
12 170
13 13
13 16
16 11
11 14
14 Pelayanan
392 27
412 32
29 29
37 36
34 34
37 37
Jumlah 1475 100 1305 100 100 100 102 100 100 100 100 100
Sumber: Data Primer 2005
Akses terhadap sumberdaya daya merupakan akses yang dimiliki laki-laki dan perempuan terhadap aktivitas melaut, sarana prasarana melaut, aktivitas
pemasaran dan aktivitas pengolahan. Dari Tabel tersebut dapat diketahui pada tiap kelompok rumahtangga nelayan, laki-laki memiliki akses sumberdaya yang lebih
besar dari perempuan. Pada rumahtangga nelayan pengolah 38, nelayan tidak pengolah 32 dan nelayan buruh 29 . Dengan demikian pada rumahtangga
nelayan pengolah akses sumberdaya yang dimiliki laki-laki lebih besar dari rumahtangga lainnya. Hal ini bisa dikarenakan pada rumahtangga nelayan
pengolah, aktivitas mereka tidak hanya pada aktivitas tangkap tetapi terdapat proses pengo lahan. Proses pengolahan merupakan aktivitas yang berupa tahapan -
tahapan merubah ikan segar menjadi ikan kering sehingga memberi nilai tambah pada ikan yang akan dipasarkan. Pada rumahtangga nelayan pengolah, laki-laki
dan perempuan memiliki akses yang sama terhadap proses pengolahan. Sehingga akses yang dimiliki perempuan rumahtangga nelayan pengolah pada aspek
sumberdaya, lebih besar daripada rumahtangga lainnya. Hal ini dikarenakan perempuan dalam rumahtangga nelayan pengolah secara langsung terlibat dalam
kerja produktif. Sebagaimana curahan waktu yang dialokasikan perempuan pada rumahtangga nelayan pengolah juga lebih besar dari yang lain. Aktivitas produktif
perempuan pada rumahtangga nelayan pengolah juga lebih banyak daripada rumahtangga lain sehingga akses merekapun terhadap sumberdaya lebih besar.
Perempuan yang akses dalam aktivitas proses pengolahan secara langsung memberi kontribusi pada pendapatan rumahtangga. Dan, akses terhadap proses
90 pengolahan yang dimiliki perempuan juga memberi kesempatan perempuan untuk
mengaktualisasikan diri dan memanfaatkan potensi-potensi diri mereka. Dengan kepemilikan akses tersebut dapat dikatakan perempuan pada rumahtangga nelayan
pengolah memiliki wawasan dan tingkat pemikiran lebih daripada yang lain. Karena dengan akses lebih yang mereka miliki disamping memeneg
perekonomian rumahtangga, secara langsung mereka juga memeneg usaha pengolahan. Hal ini dapat diketahui dari keterlibatan mereka secara penuh dalam
memasarkan produk olahan. Sementara untuk perempuan lainnya akses terhadap pemasaran tidak mereka miliki secara penuh. Adapun dalam rumahtangga tidak
pengolah hanya beberapa perempuan yaitu yang bekerja mencari kerang dan siput sementara pada rumahtangga nelayan buruh perempuan tidak memiliki akses
sama sekali dalam pemasaran. Pada Tabel 23 dapat pula diketahui bahwa akses terhadap sumberdaya
merupakan akses terbesar yang dimiliki laki-laki pada rumahtangga nelayan pengolah dan tidak pengolah, sementara pada rumahtangga nelayan buruh akses
terbesar dimiliki lak i-laki pada aspek pelayanan. Hal ini bisa terjadi karena nelayan buruh pada aspek sumberdaya tidak memiliki input dalam usaha
perikanan tangkap. Keterlibatan laki-laki pada rumahtangga nelayan buruh hanya mengekstraksi laut sebesar tingkat input yang digunakan pemilik modal. Apabila
tingkat input yang digunakan besar maka, aktivitas ekstraksi yang dilakukan juga akan besar yaitu dengan berusaha mendapatkan hasil tangkapan sebanyak -
banyaknya. Modal merupakan sumberdaya yang urgen untuk melakukan produksi.
Sumber modal yang terdapat dimasyarakat pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Akses terhadap sumber modal merupakan
peluang yang dimiliki laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pinjaman ataupun bantuan modal dari pemerintah. Tapi, sangat disayangkan lembaga
keuangan belum terdapat di Kecamatan Panai Hilir. Koperasi Unit Desa merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang terdapat di Kecamatan Panai
Hilir. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa akses terhadap sumber modal yang dimilik i pada rumahtangga nelayan secara umum merupakan akses yang
paling kecil dibanding dengan akses -akses lainnya. Dari keseluruhan sampel yang
91 ditemui hanya 1 rumahtangga nelayan pengolah yang memperoleh bantuan modal
pinjaman dari pemerintah. Rendahnya akses rumah tangga nelayan terhadap sumber modal dapat disebabkan masih minimnya lembaga permodalan
pemerintah maupun swasta di kecamatan Panai Hilir. Kalaupun warga membutuhkan bantuan modal pinjaman ke Bank pemerintah maupun swasta,
mereka harus pergi ke Rantauprapat yang merupakan ibu kota kabupaten Labuhanbatu. Dan tentunya akan mengeluarkan biaya besar dan hal ini sangat
memberatkan nelayan. Pendidikan non formal
merupakan bagian penting dalam melakukan pembangunan masyarakat. Berbagai paket pendidikan non formal ditawarkan
pemerintah sebagai upaya meningkatkan produktivitas masyarakat. Disamping itu pendidikan non formal merupakan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas
wawasan dan pola pikir setiap orang. Pendidikan non formal yang dibahas pada penelitian ini adalah kegiatan penyuluhan, pelatihan dan keterampilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses yang dimiliki sampel rumahtangga nelayan terhadap pendidikan non formal merupakan akses yang
kecil. Dimana, akses yang dimiliki laki-laki dan perempuan terhadap pendidikan non formal
hanya 7 dan hanya pada perempuan rumahtangga nelayan tidak pengolah yang memiliki akses 9 . Adapun perempuan pada rumahtangga
nelayan tidak pengolah yang memiliki akses pada pendidikan non formal adalah perempuan yang tergab ung dalam organisasi perempuan nelayan Pilar Perjuangan
Nelayan. Organisasi Pilar Perjuangan Nelayan merupakan organisasi non formal yang timbul atas inisiatif nelayan yang berada di Desa Sei Baru, melihat semakin
maraknya aktivitas trawl sementara kebijakan pemerintah belum tegas dalam penggunaan alat tangkap tersebut. Adapun kegiatan pendidikan non formal yang
pernah diikuti perempuan yang tergabung dalam organisasi tersebut antara lain; penyuluhan dan seminar-seminar akan pentingnya pelestarian perikanan laut,
Perempuan nelayan dan kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangga dan lain - lain. Adanya akses perempuan terhadap pendidikan non formal tersebut, hal ini
dapat terlihat dari aktivitas perempuan yang tergabung dalam organisasi nelayan tersebut. Dimana, perempuan sangat mendukung pelestarian perikanan laut
dengan mengusahakan aktivitas tangkap yang tidak berlebihan. Penggunaan trip
92 melaut yang tidak berlebihan dan penggunaan alat tangkap yang tidak menyalahi
ketentuan SK Menteri Pertanian No. 392. Kpts.IK. 12041999. Organisasi non formal yang terdapat di masyarakat apabila berjalan
dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan individu-individu di dalamnya, maka organisasi tersebut akan bertahan lama. Terdapat berbagai organisasi non formal
di masyarakat Panai Hilir, tetapi yang terorganisir hanya kelompok nelayan, PPN, pengajian, dan PKK.
Akses terhadap kelompok perempuan nelayan dan kelompok nelayan hanya diakses oleh rumahtangga nelayan desa Sei Baru. Sementara akses
terhadap PKK diakses khusus oleh perempuan dan pengajian merupakan akses yang secara umum bisa diakses oleh laki-laki dan perempuan. Untuk akses
terhadap pengajian lebih dominan perempuan, hal ini karena pengajian laki-laki dilakukan pada malam hari, sementara waktu melaut terkadang menjadi kendala
laki-laki untuk bisa rutin menghadiri pengajian. Sehingga laki-laki sering ketinggalan untuk menghadiri pengajian bahkan tidak datang sama sekali karena
sudah capek dari melaut. Sedangkan perempuan memiliki waktu pengajian siang hari jam 14.00 WIB – 16.00 WIB, dengan demikian peluang perempuan untuk
bisa menghadiri pengajian lebih besar karena kegiatan domestik perempuan pada waktu-waktu tersebut sudah longgar. Pengajian merupakan kegiatan yang dengan
mudah diakses olah perempuan dari berbagai kelompok rumahtangga nelayan. Hal ini dikarenakan faktor biaya tidak menjadi kendala pada kegiatan pengajian
karena disamping pengajian dari rumah ke rumah yang menggunakan biaya arisan, masyarakat juga membentuk pengajian yang diselenggarakan di masjid -
masji dengan waktu pelaksanaan yang sama dengan pengajian umumnya yaitu jam 14.00 WIB – 17.00 WIB dimana pengajian tersebut tidak memungut biaya
dari anggotanya. Hasil penelitian menunjukkan pun pada akses terhadap organisasi baik
laki-laki maupun perempuan dari tiap kelompok rumahtangga nelayan secara umum kecil. Dimana akses terhadap organisasi yang dimiliki laki-laki
rumahtangga nelayan pengolah 10 , tidak pengolah 12 dan buruh 13 . Sementara untuk per empuannya masing -masing 15 , 18 dan 17 . Dengan
93 demikian perempuan lebih dominan memiliki akses terhadap organisasi dari tiap
kelompok rumahtangga nelayan daripada laki-laki. Informasi baik dari media cetak maupun elektronik merupakan hal yang
dibutuhkan masyarakat untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Sumber informasi yang dilihat dalam penelitian ini adalah televisi, radio dan tabloid
ataupun majalah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa akses masyarakat terhadap informasi pada rumahtangga nelayan tidak pengolah lebih besar dari rumahtangga
lainnya. Baik akses yang dimiliki laki-laki maupun perempuan masing-masing 13 persen dan 16. Hal ini dikarenakan pada rumahtangga nelayan tidak
pengolah perempuannya memiliki curahan waktu kerja produktif yang sedikit sehingga memiliki waktu luang lebih banyak untuk menonton televisi. Disamping
itu juga perempuan yang bergabung dalam PPN juga memiliki akses terhadap berbagai majalah perempuan yang dikirim oleh berbagai gerakan ataupun
organisasi perempuan yang berada di Sumatera Utara. Demikian pula untuk laki- laki yang tergabung dalam organisasi PPN memiliki akses terhadap majalah-
majalah yang dikirim oleh organisasi ataupun gerakan -gerakan pengelolaan lingkungan.
Seyogyanya keberadaan Tempat Pelelangan Ikan TPI merupakan fasilitas pendukung perekonomian nelayan. Tetapi sangat disayangkan bangunan
TPI yang begitu besar dan permanen tidak termanfaatkan. TPI yang ada hanya merupakan simbol bahwa pembangunan perikanan telah dilakukan. Adapun
rantai pemasaran ikan di lokasi penelitian adalah dengan sistem Tan gkahan. Sistem Tangkahan merupakan hubungan yang mencerminkan patron client antara
nelayan dengan pemilik modal yang didominasi oleh keturunan Tionghoa. Nelayan secara umum tidak punya pilihan dalam memasarkan hasil tangkapannya,
kendati mereka menyadari sistem tangkahan tersebut sangat merugikan mereka. Pemilik -pemilik tangkahan mendatangi nelayan-nelayan ketika aktivitas
melaut berlangsung sehingga pasar dilakukan di laut. Nelayan memiliki posisi yang lemah ketika transaksi berlangsung dan pasar tersebut secara tidak langsung
memicu terjadinya eksternalitas negatif yang pada akhirnya over fishing semakin meningkat. Terlebih lagi bagi nelayan yang menggunakan modal melaut dari
pemilik tangkahan, mereka tidak bisa menjual hasil tangkapan pada yang lain.
94 Sistem tangkahan tersebut sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh
PKSPL IPB 2004 berdampak pada kesejahteraan nelayan tradisional yang tidak mengalami peningkatan signifikan dengan alokasi curahan waktu dan tenaga yang
mereka korbankan. Sistem tangkahan merupakan model kelembagaan yang eksploitatif terhadap sumberdaya perikanan dan nelayan karena nelayan hanya
menjadi faktor produksi dan tidak mengalami mode of production yang seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka yang terjadi adalah surplus
ekonomi sumberdaya alam tetap hanya menguntungkan kaum pemilik modal dan rent seeking
di dalamnya. Tidak adanya akses masyarakat terhadap TPI menempatkan nelayan akan
sulit keluar dari perekonomian mereka yang lemah. Seharusnya dengan adanya TPI, nelayan dapat tertolong. Dan di satu sisi, TPI memungkinkan perempuan
untuk berperan disektor ekonomi seperti menjadi ibu-ibu penjual bakul ikan. Tetapi ini bukanlah hal yang mudah karena harus merubah kebiasaan hidup dan
paradigma berfikir masyarakat. Untuk ke depan pemerintah harus lebih bijak melihat kondisi riil yang ada di masyarakat. Bisa jadi mengaktifkan TPI bukan
menjadi pemecahan masalah yang ada, tetapi perlu di cari akar permasalahan inti dari berbagai permasalahan yang ada sehingga menghasilkan so lusi yang tepat.
Dan kerja tersebut juga dengan tidak mengesampingkan keberadaan masyarakat yang pada akhirnya sebagai penerima dan pemanfaat kebijakan.
Selain pelayan terhadap TPI, laki-laki dan perempuan dari tiap rumahtangga nelayan memiliki akses terhadap pelayanan lainnya seperti pasar,
transportasi dan kesehatan. Pasar dalam hal ini adalah pasar secara umum yang berada di kota Kecamatan Panai Hilir. Akses laki-laki dan perempuan pada pasar
dan transportasi sama besarnya pada semua kelompok rumahtangga. Dengan demikian, akses tersebut merupakan potensi bagi perempuan untuk bisa melihat
peluang-peluang ekonomi yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada. Adapun untuk pelayan kesehatan secara umum baik
laki-laki maupun perempuan sudah memiliki akses. Hal ini dikarenakan tenaga- tenaga medis di Kecamatan Panai Hilir mulai berkembang. Dan masyarakat,
mulai menyadari pentingnya aspek kesehatan dalam kehidupan.
95 Beradasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan uji Beda Dua Nilai
Tengah Satu arah, diperoleh hasil nilai uji Z
hitung
4,6 dengan nilai Z
tabel
0,9997. Dengan demikian nilai Z
hitung
lebih besar daripada Z
tabel
atau dapat dikatakan nilai Z
hitung
berada di dalam wilayah kritik. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah terima Hi yang menyatakan akses laki-laki lebih besar daripada akses
perempuan.
8.7. Kontrol Terhadap Akvivitas Perikanan Tangkap