Konsep Pembangunan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Wilayah

Pembangunan mengandung makna adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut Rustiadi 2003 secara filosofis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Dengan perkataan lain pembangunan dapat dikonseptualisasiskan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa pembangunan bukanlah hanya sekedar membuat sesuatu berwujud fisik yang belum ada menjadi. Dengan kata lain pembangunan keseluruhan terkait pada lingkungan dan sistem sosial yang terdapat di masyarakat. Dan hakekat pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual. Wilayah adalah suatu area geografis, teritorial atau ruang, bisa suatu negara, negara bagian, daerah, taluk, blok atau desa, akan tetapi wilayah tidak selalu beraplikasi terhadap suatu ruang atau area yang khusus karena dapat juga dilihat sebagai satu kesatuan ekonomi, politik, sosial, administratif, klimatik atau geografis menurut keperluan atau tujuan suatu studi Shukla, 2000. Budiharsono 2001, mendefinisikan wilayah sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian -bagiannya tergantung secara internal. Selanjutnya wilayah dapat di bagi menjadi 4 jenis yaitu; wilayah homogen, wilayah nodal, wilayah perencanaan dan wilayah admin istratif. 1. Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspekkriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri-c iri yang relatif sama misalnya dalam hal ekonomi, geografi, agama, suku dan sebagainya. 10 2. Wilayah nodal adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat inti dan daerah belakangnya hinterland yang dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa ataupun komunikasi dan transportasi. 3. Wilayah adminstratif adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administratif pemerintah atau politik, seperti propinsi, kabupaten, kecamatan, desakelurahan dan RTRW. 4. Wilayah perencanaan menurut Glasson dalam Budiharsono 2001 sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputus an- keputusan ekonomi. Wilayah pesisir dan lautan dari konsep wilayah bisa termasuk dalam keempat jenis wilayah tersebut. Sebagai wilayah homogen, wilayah pesisir merupakan wilayah sentra produksi ikan, namun bisa juga dikatakan sebagai wilayah dengan tin gkat pendapatan penduduknya tergolong dibawah garis kemiskinan. Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir seringkali sebagai wilayah belakang dengan wilayah perkotaan sebagai intinya. Bahkan seringkali wilayah pesisir dianggap sebagai halaman belakang back yard , yang merupakan tempat pembuangan segala macam limbah. Sehubungan dengan fungsinya sebagai wilayah belakang, maka wilayah pesisir merupakan penyedia input pasar input bagi inti, dan pasar bagi barang-barang jadi output dari inti. Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun juga dapat berupa kabupaten atau kota dalam bentuk pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah perencanaan, batas wilayah pesisir lebih ditentukan oleh kriteria ekologis sehingga melewati batas -batas satuan wilayah adminsitratif. Terganggunya keseimbangan biofisik -ekologis dalam wilayah ini akan berdampak negatif yang tidak hanya dirasakan oleh daerah tersebut tapi juga daerah sekitarnya yang merupakan kesatuan wilayah sistem kawasan. Oleh karena itu dalam pembangunan dan pengembangan wilayah ini diperlukan suatu perencanaan terpadu yang tidak menutup kemungkinan adalah lintas batas administratif Budiharsono, 2001. 11 Menurut Anwar 2001 bahwa paradigma pembangunan wilayah diarahkan kepada terjadinya pemerataan equity yang mendukung pertumbuhan ekonomi eficiency, dan keberlanjutan sustainability dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu berdasarkan paradigma pembangunan wilayah ini dapat mengacu kepada apa yang disebut dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan The Second Fundamental of Welfare Economics. Dalil tersebut menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada pembangunan spasial untuk mencari keseimbangan kemajuan pembangunan yang lebih merata secara regional regional balance dengan memanfaatkan potensi dan jenis keunggulan yang terdapat pada masing-masing wilayah dan mengurangi terjadinya urban bias. Dengan demikian pembangunan wilayah khususnya wilayah pantai dan lautan tidak lepas dari aspek pemertaan equity, pertumbuhan ekonomi efficiency dan keberlanjutan sustainability dengan menggerakkan seluruh potensi-potensi yang ada secara terpadu dan bersifat menyeluruh.

2.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan