20 peran laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan maupun hasil
pembangunan. Analisis gender bertujuan memahami mekanisme yang mendasari masalah
kebijakan pembangunan yang dominan, pelaksanaan program dan kaitannya dengan implikasi terhadap hubungan laki-laki dan perempuan Mikkelsen, 1999.
Sebagaimana penelitian Mukherjee, et al. 2001 bahwa impllikasi kebijakan yang tidak memperhatikan masalah gender memberikan dampak negatif dan
manfaat yang tidak nyata dari program pembangunan yang di rancang.
2.5 Curahan Kerja Perempuan dan Laki-laki
Pudjiwati 1983 menyatakan, hal-hal yang berkaitan dengan konsep bekerja dapat diidentifikasi yaitu; 1 para pelaku yang mempunyai peranan
tertentu mengeluarkan energi; 2 para pelaku memberikan sumbangan dalam produksi barang maupun jasa; 3 para pelaku menjalin suatu pola interaksi sosial
dengan lingkungannya dan memperoleh status 4 para pelaku mendapatkan hasil berupa cash atau berbentuk natura dan 5 para pelaku mendapatkan hasil yang
mempunyai nilai waktu. Sementara Gleason 1991 mengkategorikan kerja wanita menjadi : 1 bekerja sebagai tenaga kerja untuk upah; 2 bekerja sebagai tenaga
kerja keluarga yang tidak dibayar; dan 3 bekerja untu k keluarga dalam aktivitas ekonomi subsistem.
Curahan kerja dapat di katakan kerja yang di curahkan oleh anggota rumah tangga baik laki-laki dan perempuan di dalam maupun di luar rumah. Curahan
kerja laki-laki dan perempuan pada setiap tempat berbeda-beda, misalnya di kota dengan di desa. Disamping itu curahan kerja laki-laki dan perempuan tidak lepas
dari lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Gleason 1991 menyatakan nilai bekerja laki-laki dan perempuan tidak terlepas dari peran gender yang berlaku
sesuai dengan tradisi dan kebudayaan di mana mereka tinggal. Laki-laki merupakan kepala keluarga yang mempunyai tanggung jawab menafkahi keluarga
sedangkan perempuan tidak perlu bekerja karena tempatnya adalah di rumah mengurus anak-anak.
21 Pada sebagian rumahtangga, perempuan yang tinggal di rumah melakukan
kegiatan yang bisa menghasilkan uang seperti; membuka usaha jasa jahitan, salon, kursus-kursus dan warung. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas
ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Archarya 1983 dalam; Prasetyaningsih 2004 bahwa dalam kenyataannya aktivitas -aktivitas yang dilakukan perempuan
secara umum dapat dikategorikan ke dalam aktivitas ekonomi dan domestik. Keterlibatan perempuan dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, jasa dan
sebagainya dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan ekonomi. Kegiatan -kegiatan lain seperti pemrosesan bahan makanan, pengambilan air, dan pengumpulan
bahan makanan adalah bagian integral dari reproduksi ekonomi rumahtangga, yang secara umum untuk memenuhi kebutuhan ekonomi subsistensi. Kategorisasi
hal-hal tersebut termasuk dalam aktivitas ekonomi karena kelompok aktivitas ini dapat ditampilkan secara komersial, dan nilai ekonomisnyapun dapat diukur.
Sementara itu, aktivitas-aktivitas reproduktif lainnya seperti memasak, melayani suami dan anak-anak, membersihkan rumah, menyetrika, berbelanja, dan
mengasuh anak dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas domestik. Kelompok aktivitas ini adalah inti dari proses reproduksi rumahtangga yang tidak dapat
diukur secara ekonomis tetapi bernilai ekonomi supporting activities economic work
.
2.6 Peran Laki-laki dan Perempuan Dalam Pengelolaan Kawasan Pantai