Pembagian Kerja dan Curahan Waktu dalam Aktivitas Produktif.

80 Curahan kerja reproduktif yang juga menyita waktu perempuan adalah mengasuh anak. Dimana untuk kerja mengasuh anak tersebut juga terdapat adanya keterlibatan laki-laki meskipun dengan curahan waktu yang kecil. Apabila dihitung penuh curahan waktu yang dialokasikan perempuan untuk kerja mengasuh anak, akan lebih besar daripada memasak. Tetapi dalam hal ini, curahan waktu kerja perempuan yang dialokasikan secara bersamaan dengan mengasuh anak tidak dihitung. Sehingga adapun rata-rata curahan waktu yang dialokasikan perempuan khusus mengasuh anak untuk tiap rumahtangga adalah 1,82 jam, 2,31 jam dan 1,85 jam. Kerja produktif perempuan dalam pengolahan udang tidak terlalu berat. Dimana perempuan hanya bekerja menjemur dan mengontrol udang yang sebelumnya telah direbus di laut. Sehingga pekerjaan produktif tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan mengasuh anak. Sementara pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dan buruh, ketika mereka kerja produktif, anak diasuh oleh saudara-saudara terdekat mereka atau oleh anak perempuan yang berumur di atas 10 tahun. Demikian pula untuk kerja mamandikan anak dominan dilakukan oleh perempuan Tetapi pada sebagian kecil laki-laki masih ter libat dalam pengasuhan anak. Tidak adanya alokasi curahan waktu laki-laki untuk pengasuhan anak terdapat pada rumahtangga nelayan tidak pengolah. Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan terhadap keseluruhan kelompok nelayan dengan menggunakan Uji Beda Dua Nilai Tengah Dua Arah, diperoleh bahwa terdapat perbedaan curahan waktu aktivitas reproduktif laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan oleh nilai Z hitung -15,9 lebih kecil dari Z tabel - 0,0003. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima HI artinya curahan waktu reproduktif laki-laki lebih kecil daripada perempuan.

8.3. Pembagian Kerja dan Curahan Waktu dalam Aktivitas Produktif.

Aktivitas produktif yang dilakukan anggota rumahtangga nelayan adalah pekerjaan yang terkait dengan usaha-usaha mendapatkan pendapatan. Pada pembagian kerja produktif lebih terlihat adanya perbedaan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam menghasilkan sejumlah barang dan jasa. Hasil 81 penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki curahan waktu yang lebih besar daripada perempuan baik pada rumahtangga nelayan pengolah, rumahtangga nelayan tidak pengolah maupun rumahtangga nelayan buruh yang masing-masing; 16.3 jam, 14.4 jam dan 18 jam. Adapun curahan waktu yang digunakan nelayan tersebut untuk kerja melaut masing-masing 34 jam. berbagai pekerjaan produktif dalam memanfaatkan perikanan laut dari masing-masing kelompok rumahtangga nelayan sebagaimana terdapat pada Tabel 21. Tabel 21 Aktivitas produktif dan Rata-rata Curahan Waktu jam sehari yang lalu dalam rumahtangga nelayan Rumah tangga nelayan pengolah Rumah tangga nelayan tidak pengolah Rumahtangga nelayan buruh N0. Aktivitas LK WT LK W T LK WT 1 Menangkap ikan di laut 9.68 59 9.02 63 14 77 2 Mencari ker ang di tepi pantai 2.23 81 4 Mempersiapkan alat-alat melaut 0.64 3.9 0.64 4.5 0.3 2 5 Memperbaiki jaring 0.5 3.1 1.1 7.7 1.2 6.8 6 Membuat jaring 0.44 3.1 0.4 2.2 7 Memeriksa kondisi boatsampan dan alat tangkap 2 12 1.88 13 0.8 4.8 8 Memasarkan hasil tangkapan 0.13 0.8 1.02 7.1 0.34 12 9 Memperbaiki kapal bocor 0.29 1.8 0.12 0.8 0.8 4.8 10 Memikul ikan ke darat 0.68 4.2 0.02 0.1 0.5 2.8 11 Menyiangi ikan 0.21 2.8 0.1 3.5 3.31 74 12 Merebus olahan 1.64 10 0.75 9.8 1.08 24 13 Menjemur mengontrol olahan 0.07 0.4 3.29 43 0.05 1.7 0.04 0.9 14 Mengayak olahan 0.25 1.5 1.02 13 0.01 0.3 15 memilih olahan 0.52 6.7 0.03 1 0.04 0.9 16 Menumbuk udang 0.07 0.4 0.11 1.4 17 Mencetak dan membungkus terasi 0.21 1.3 0.21 2.8 19 Memasarkan ikan pengolahan 0.14 0.9 1.57 20 Jumlah 16.3 100 7.68 100 14.3 100 2.75 100 18 100 4.46 100 Sumber: Data Primer 2005 Menangkap ikan di laut dan mencari siput merupakan pekerjaan produktif yang secara langsung bersentuhan dengan ranah laut. Pekerjaan mencari ikan di laut dominan dilakukan oleh laki-laki dengan menggunakan alokasi curahan waktu lebih besar daripada kerja produktif lain. Besarnya curahan waktu yang dialokasikan laki-laki untuk melaut tersebut dikarenakan sumber mata 82 pencaharian keluarga sepenuhnya masih bergantung pada perikanan laut. Sementara hasil tangkapan yang diperoleh nelayan semakin berkurang untuk setiap trip melaut. Berkurangnya hasil tangkapan tersebut menurut nelayan adalah akibat semakin banyaknya jumlah nelayan dan adanya aktivitas alat tangkap trawl yang digunakan tidak pada wilayah tangkap seharusnya tetapi berada di wilayah tangkap nelayan kecil. Sementara ikan -ikan di atas wilayah tangkap 3 mil sudah sangat minim. Pernyataan nelayan tersebut sejalan dengan Anonimous 2003 bahwa tingkat pemanfaatan ikan di perairan pantai Timur Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan secara intensif dan bahkan telah berakibat pada penangkapan yang berlebih over fishing. Selanjutnya Solihin, A. et.all 2005 juga mengemukakan bahwa trawl pertama kali di kembangkan di Indonesia pada tahun 1970 di daerah perairan Selat Malaka sebagai upaya mendongkrak produksi perikanan tangkap. Keefektifan trawl yang mampu menangkap semua jenis sasaran tangkap sampai pada dasar laut menyebabkan dalam kurun waktu sekitar 7 tahun perairan Selat Malaka mengalami over fishing. Kendati demikian aktivitas trawl di perairan Selat Malaka sejauh ini masih belum terselesaikan. Dan karena alternatif sumber mata pencaharian lain belum ada sehingga masyarakat tidak punya pilihan lain untuk tetap memanfaatkan perikanan laut hanya dengan aktivitas tangkap. Adapun kerja produktif mencari siput dominan dikerjakan perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah. Pekerjaan mencari kerang dilakukan oleh ibu-ibu dan anak gadis desa Sei Tawar. Tetapi sekarang kerang yang berada di pesisir tidak sebanyak dahulu. Dari beberapa nelayan Sei Tawar di peroleh 7 rumahtangga yang perempuannya mencari kerang. Waktu yang digunakan untuk mencari kerang sampai memasarkannya 6 - 7 jam perhari. Biasanya Ibu-ibu berangkat jam 06.00 WIB dan jam 07.00 sampai di pesisir. Pekerjaan mengambil kerang berakhir sampai jam 12.00 dengan hasil kerang yang sudah dipasarkan. Adapun penjualan hasil kerang dilakukan di tempat pengambilan kerang dimana pembeli langsung datang ke pesisir pantai. Pekerjaan mencari siput Doceng dilakukan oleh perempuan desa Sei Baru dan diperoleh 8 rumahtangga. Pekerjaan ini lebih berat dari mencari kerang yang hanya di pesisir pantai. Waktu berangkat kerja ibu-ibu dan anak gadis yang 83 bekerja mencari siput bersamaan dengan waktu berangkat laki-laki melaut. Apabila air pasang jam 3 malam, merekapun harus berangkat jam 3 malam juga. Demikian pula waktu pulang mereka menunggu saat air pasang. Pekerjaan berdoceng tersebut telah diorganisir oleh seorang pemborong yang menyediakan perahu motor dan langsung membeli siput yang diperoleh perempuan setiap hari kerja. Siput-siput tersebut merupakan komoditas ekspor yang akan dikirim ke Malaysia. Perempuan yang bekerja mencari siput mendapat pendapatn berdasarkan banyaknya siput yang di peroleh. Harga jual siput Doceng adalah Rp.1000 per kilogramnya. Pekerjaan ini cukup beresiko, mereka hanya menggunakan tangan tanpa peralatan pelindung untuk memungut siput-siput. Mereka harus masuk menyusuri hutan bakau unutk mengambil siput-siput yang menempel pada tanaman bakau. Dari segi kelestarian pesisir dan laut, pekerjaan ini merusak keberlanjutan potensi-potensi laut. Karena rusaknya telur-telur ikan yang berada di akar-akar hutan bakau. Dan, habitat bakau juga mengalami kerusakan. Mempersiapkan alat melaut, memperbaiki jaring yang rusak, membuat jaring, memeriksa kondisi perahu, memperbaiki perahu dan memikul ikan ke darat adalah pekerjaan dominan yang dilakukan laki-laki. Sementara perempuan baik pada rumahtangga nelayan pengolah, tidak pengolah maupun rumahtangga nelayan buruh tidak memiliki curahan waktu sedikitpun pada kerja tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan kerja yang berhubungan dengan aktivitas tangkap di laut sepenuhnya dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan menyiangi ikan dapat dilakukan oleh seluruh perempuan sampel rumahtangga nelayan. Pada rumahtangga nelayan khususnya pengolah ikan asin, pekerjaan membelah ikan tidak menjadi pekerjaan penuh perempuan. Karena umumnya rumahtangga pengolah ikan asin dapat dikatakan sudah memiliki modal yang lebih besar dari rumahtangga pengolahan lainnya. Sehingga pekerjaan membelah ikan telah menggunakan tenaga buruh perempuan. Keterlibatan mereka disamping mengontrol proses pengolahan ikan dan sambil ikut membelah tetapi tidak penuh, juga menyiapkan keperluan-keperluan buruh yang sedang bekerja. Hal ini ditunjukkan oleh curahan waktu yang dialokasikan mereka yaitu rata-rata 0,21 jam per hari. Sementara untuk kerja-kerja yang lebih berat seperti 84 pengangkutan ikan -ikan, pembilasan dan penggaraman serta penimbangan ikan dilakukan laki-laki. Dan pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga yaitu anak laki-laki rumahtangga nelayan pengolah ikan asin. Memasarkan hasil tangkapan dapat di lihat pada Tabel hanya dilakukan oleh laki-laki rumahtangga nelayan tidak pengolah. Hal ini dikarenakan pada rumahtangga nelayan pengolah, hasil tangkapan di jual setelah diolah terlebih dahulu. Sedangkan pada rumahtangga buruh, kegiatan pemasaran hanya dilakukan oleh pemilik. Adapun pemasarn ikan hasil tangkapan dilakukan di tengah laut ketika aktivitas melaut berlangsung. Dalam hal ini, pemborong-pemborong ikan baik untuk pasar domestik dan non domestik mendatangi perahu-perahu milik nelayan. Sistem pasar tersebut di satu sisi untuk menghemat biaya BBM nelayan tetapi kerugian yang diterima nelayan jauh lebih besar. Dimana nelayan tidak memiliki informasi tentang harga sehingga sulit untuk menentukan tingkat harga yang lebih menguntungkannya. Pada rumahtangga nelayan tidak pengolah, kerja membelah ikan kurang diminati oleh perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai curahan waktu perempuan yang hanya 0,1 jam. Pekerjaan membelah ikan ini hanya dilakukan oleh rumahtangga yang berada di desa Sei Berombang. Sementara perempuan di desa- desa lain menjadi buruh tani dalam usaha menambah pendapatan keluarga. Tetapi pekerjaan tersebut tidaklah banyak memberi kontribusi pada ekonomi keluarga, karena hanya dilakukan 2 tahun sekali yaitu saat musim tanam padi dengan upah kerja perhari Rp. 12.000 - 15.000. Adapun beberapa perempuan yang berada di desa Sei Baru memanfaatkan potensi pohon pandan yang dianyam sehingga menghasilkan tikar yang disebut “Tikar Pandan”. Untuk menghasilkan 1 tikar, menggunakan alokasi curahan waktu selama 2 minggu dengan harga jual Rp. 25.000 – 30.000. Sejauh ini belum ada pasar, menjamin produk yang mereka hasilkan. Sehingga pemasaran Tikar Pandan dilakukan ke daerah Panimpahan dengan menggunakan biaya transport yang cukup besar. Pada rumahtangga nelayan buruh, kerja membelah ikan merupakan kerja yang menggunakan alokasi curahan waktu terbesar dibanding yang lain. Perempuan rumahtangga nelayan buruh umumnya bertempat tinggal di Desa Sei Berombang dan bekerja pada usaha pengolahan pribumi dan keturunan Tionghoa. 85 Pekerjaan tersebut men ggunakan alokasi curahan waktu terbesar dibanding kerja produktif lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan alokasi curahan waktu rata-rata 3,31 jam per hari. Merebus olahan adalah kerja produktif yang dilakukan oleh rumahtangga nelayan pengolah. Pada pengolahan remis laki-laki dan perempuan memiliki pembagian kerja yang sama saling bergantian baik pada perebusan dan pengayakan. Pekerjaan mengolah tergantung pada jumlah remis yang diperoleh saat melaut. Semakin banyak remis maka dibutuhkan waktu yang lama pula untuk mengolahnya. Umumnya waktu mengolah remis menggunakan 3 - 4 jam per trip melaut. Sementara pada proses perebusan udang olahan dilakukan ketika aktivitas melaut berlangsung sehingga perempuan tidak terlibat dalam proses perebusan olahan udang kering. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata curahan waktu kerja laki- laki yang lebih besar daripada perempuan pada proses perebusan yaitu 1,64 Jam sedangkan perempuan 0,75 jam. Disamping itu terdapat pula perempuan rumahtangga nelayan buruh yang bekerja pada pengolahan remis. Adapun upah untuk pekerjaan tersebut dalam 1 kali proses pengolahan Rp. 7500,00. Curahan waktu kerja perempuan buruh dalam pengolahan remis tersebut rata-rata 1,08 jam. Pada pengolahan udang kering, perempuan dibebankan pada kerja menjemur, mengontrol, mengayak, memilih dan memasarkan hasil olahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21 bahwa pada rumahtangga nelayan olah, curahan waktu kerja perempuan untuk kerja produktif tersebut lebih besar dari laki-laki. Demikian pula untuk kerja memilih olahan tidak terdapat curahan waktu laki-laki di dalamnya. Sementara pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dan buruh, kerja tersebut menggunakan alokasi curahan waktu yang kecil. Adapun keterlibatan perempuan rumahtangga nelayan tidak pengolah dan buruh umumnya pada kerja menjemur ikan asin. Kerja tersebut dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.00 – 08.00 WIB sementara untuk mengontrol penjemuran ikan adalah tugas pemilik pengolahan ikan asin. Sedangkan untuk kerja mengayak dan memilih udang dilakukan pada sore hari setelah udang yang dijemur kering. Menumbuk udang dan mencetak terasi adalah bagian kerja produktif pengolahan terasi disamping kerja menjemur terasi yang telah jadi. Adapun rumahtangga yang melakukan pengolahan terasi dalam penelitian ini terdapat 3 86 rumahtangga nelayan pengolah. Terasi yang dihasilkan masih dipasarkan untuk kebutuhan pasar Kecamatan Panai Hilir dan yang memasarkannya adalah perempuan secara langsung ke warung-warung kelontong yang terdapat di Kecamatan Panai Hilir. Demikian pula untuk rumahtangga nelayan pengolah udang kering. Tetapi untuk memasarkannya perempuan tidak harus ke pasar karena pemborong-pemborong udang yang secara langsung mendatangi rumah - rumah mereka. Peranan perempuan pada proses pengolahan secara langung memberi kontribusi dalam pendapatan rumahtangga. Dapat pula dikatakan bahwa pada rumahtangga nelayan pengolah terdapat pembagian kerja yang jelas antara laki- laki dan perempuan. Laki-laki memiliki tanggung jawab mulai dari melaut sampai mengangkat ikan ke darat. Sementara perempuan dalam proses pengolahan ikan sampai pemasaran. Dari hasil analisis terhadap curahan waktu laki-laki dan perempuan pada kegiatan reproduktif dan produktif memiliki hubungan terbalik. Contohnya pada rumahtangga nelayan buruh curahan waktu kerja reproduktif laki-laki sangat kecil sementara perempuan memiliki curahan kerja besar dan pada kerja produktif laki- laki nelayan buruh memiliki curahan kerja yang besar sedangkan perempuan memiliki curahan kerja yang kecil. Beradasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan uji Uji Beda Dua Nilai Tengah Satu arah , pada aktivitas produktif diperoleh hasil nilai uji Z hitung 10,1 sementara nilai Z tabel 0,9997. Dengan demikian nilai Z hitung lebih besar daripada Z tabel dan hal ini juga dibuktikan dengan nilai Z hitung yang berada di wilayah kritik yang merupakan wilayah penerimaan H1. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah tolak Ho artinya curahan waktu produktif laki-laki lebih besar daripada perempuan. 87

8.4. Aktivitas Kebutuhan Dasar