Kerangka Pemikiran Teoritis Efisiensi dan Overfishing

27

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Efisiensi dan Overfishing

Efisiensi dan optimalisasi merupakan istilah yang sering ditemukan dalam membicarakan alokasi faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah output. Soekartawi 1993 menyatakan bahwa dalam terminologi ilmu ekonomi, pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Efisiensi teknis diperoleh apabila faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum, 2. Efisiensi alokatif efisiensi harga diperoleh apabila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan 3. Efisiensi ekonomi diperoleh apabila dalam menggunakan faktor produksi mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Selanjutnya beliau menambahkan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Fauzi dan Anna 2005 mengemukakan, perspektif ekonomi terhadap kapasitas perikanan tangkap atau disebut juga efisiensi dalam aktivitas perikanan tangkap pada dasarnya merupakan rasio antara output dan input, atau ..............................................................................1 Persamaan di atas tidak tepat digunakan pada data banyak input dan output yang berkaitan dengan sumberdaya, faktor aktivitas dan lingkungan yang berbeda. Meskipun efisiensi tersebut menggunakan efisiensi relatif yang dibobot tetapi tetap memiliki keterbatasan berupa sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output untuk itu digunakan konsep Data Envelopment Analysis DEA . DEA adalah suatu metode yang digunakan untuk mengevaluasi produktivitas dari suatu unit pengambilan keputusan unit kerja dengan menggunakan sejumlah input untuk men capai output yang ditargetkan. Selanjutnya DEA juga merupakan model pemrograman fraksional yang bisa mencakup banyak output dan input tanpa perlu menentukan bobot untuk tiap Input output Efisiensi = 28 variabel sebelumnya Purwantoro, R. N, 2000. Menurut Fare et.al dalam Fauzi dan Anna 2005, DEA dapat digunakan untuk menghitung kapasitas perikanan. Selanjutnya Fauzi dan Anna 2005 sendiri mengemukakan, dalam aplikasi perikanan, DEA memiliki kelebihan untuk mengestimasi kapasitas di bawah kendala penerapan kebijakan tertentu dan kendala sosio -ekonomi lainnya. Efisiensi dalam konsep DEA diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi yang maksimum, dengan kendala relatif efisiensi seluruh unit tidak boleh melebihi 100 Fauzi dan Anna, 2005. Model DEA yang digunakan, versi Charn es, Cooper, Rhodes CCR dapat dituliskan; Maksimumkan E m = ............................................................. 2 Dengan kendala: Untuk setiap unit ke j = 1,2,...,n Keterangan: y ij , x k j dalam model merupakan konstanta yang menggambarkan jumlah yang diamati dari i output dan k input DMU, ditulis sebagai DMU j yang merupakan kumpulan dari j = 1,...,n entitas yang menggunakan k = 1,...m input untuk memproduksi i = 1,...,j output. Dengan program matematis tersebut persamaan 2 menghasilkan nilai E m dan sekaligus nilai bobot w dan v yang mengarah pada efisiensi. E m = 1 maka unit ke – m efisien relatif terhadap unit yang lain. E m 1 maka unit lain lebih efisien, relatif pada unit m Model CCR persamaan 2 tersebut masih berbentuk fractional sehingga perlu dilakukan pemecahan melalui pemrograman linear. Untuk itu model CCR diubah dalam bentuk Linear Programming. Linear Programming LP adalah suatu metode programisasi yang variabelnya disusun dengan persamaan linear ∑ ∑ k kj k i ij i m m x v y w 1 ≤ ∑ ∑ k kj k i ij i m m x v y w 〉 ε t i x v w k kj k i m ,..., 1 ; = 〉 ∑ ε m k x v v k kj k k m ,..., 1 ; = 〉 ∑ ε 29 dan merupakan metode perhitungan untuk perencanaan terbaik di antara kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan Soekartawi 1992. Tujuan penggunaan program linier yaitu untuk menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah dalam rangka menyusun strategi alokasi sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal dimana alokasi optimal adalah memaksimumkan atau meminimumkan tujuan dengan adanya kendala Budiharsono, 2001. Terdapat 3 unsur yang harus dipenuhi dalam model program linier agar dapat dirumuskan secara matematis, yaitu; 1. Adanya fungsi tujuan. 2. Adanya kendala. 3. Bahwa nilai peubah keputusan harus positif atau disebut dengan syarat non- negatif. Adapun linearisasi persamaan 2 menghasilkan persamaan: Fungsi Tujuan Maksimumkan E m = ................................................................. 3 Dengan kendala: Selanjutnya pemecahan pemrograman linear persamaan 3 dapat dilakukan dengan pemecahan primal dan dual variable. Menurut Budiharsono 2001, setiap permasalahan program linier mempunyai 2 macam analisis, yaitu; 1. Analisis Primal dan 2. Analisis Dual. Bentuk dual dapat disusun dari bentuk primal. Untuk menyusun bentuk dual dari bentuk primal, maka permasalahan program linier tersebut harus disusun terlebih dahulu dalam bentuk kanonik sebagai berikut: 1. Jika persoalan program linier adalah maksimisasi, maka semua tanda fungsi kendalanya adalah lebih kecil atau sama dengan =. 2. Jika persoalan program linier adalah minimisasi, maka semua tanda fungsi kendalanya adalah lebih besar atau sama dengan =. ϖ = ∑ k kj k m x v 1 ≤ − ∑ ∑ k kj k i ij i m m x v y w ε ≥ k i v w , ∑ i ij i m y w 30 3. Jika fungsi kendalanya ada yang bertanda sama dengan maka fungsi kendala tersebut diganti menjadi dua ketidaksamaan yang bertanda ? dan £. Kemudian tergantung dari permasalahan program linier yang dihadapi, maksimisasi atau minimisasi. Untuk mengubah ke dalam satu bentuk yang dikehendaki permasalahan yang dihadapi, maka salah satu fungsi kendala tersebut harus dikalikan dengan -1. Adapun primal dan dual variable dari persamaan 3 dapat ditulis kembali sebagai berikut: Model primal Variabel dual Max E m = Z Dengan kendala λ j = 1,2…n S - k - v k ≤ - ε k = 1,2…m - w i ≤ - ε i = 1,2…t S - i Maka dual dari persamaan 3 dapat di tulis sebagai: Min .............................................................. 4 Dengan kendala: Keterangan: 0 ?j, S i + , S k - , untuk i = 1,...,m; k = 1,...,t, j = 1,...,n dan e bebas ?j memberikan batas atas output dan batas bawah input untuk DMU dan dengan syarat ini e juga dibatasi dengan ? j, S i + , S k - = 0 yang menggambarkan pilihan optimisasi sehubungan dengan minimisasi e = e dan y k j d igambarkan dalam syarat seperti persamaan 2 sehingga persamaan 5 setidaknya akan menghasilkan e = 1 serta ?j, S i + , S k - = 0 saat DMU menjadi DMU yang dievaluasi. Nilai optimum akan dicapai dalam range 0 e 1 dimana: .......................................................5 ∑ i ij i m y w 1 ≤ − ∑ ∑ k kj k i ij i m m x v y w ϖ = ∑ k kj k m x v ∑ ∑ − + − − i k k i m S S Z ε ε ϖ m k x S Z x j j kj i m kh ... 1 , = = − − ∑ + λ ε t i y y S m ij j j kj i ... 1 , = = + ∑ + λ ε , , ≥ − + k i j S S λ m ij i k i i k i m y w S S Z ∑ ∑ ∑ = − − − + ε ε ϖ 31 Sehingga e = 1 Efisiensi dalam usaha penangkapan ikan sulit untuk diukur. Hal ini terkait dengan adanya ketidakpastian dalam usaha penangkapan ikan. Dimana penghasilan yang diperoleh juga terkait dengan musim -musim ikan Kusnadi, 2000 dan nelayan tidak bisa mengendalikan usaha penangkapannya. Disamping itu rusaknya ekosistem sumberdaya laut yang disebabkan berbagai eksternalitas negatif dan penangkapan ikan secara berlebihan telah menekan kehidupan para nelayan Kusnadi, 2000. Produksi h pada perikanan laut dapat diasumsikan sebagai fungsi dari upaya E dan stok ikan x. Secara matematis dapat ditulis; h = f x,E. Adapun upaya effort merupakan sarana yang digunakan untuk mengeksploitasi ikan p ada suatu perairan. Effort didefinisikan indeks dari berbagai input seperti tenaga kerja, perahu, alat tangkap, bahan bakar minyak, kekuatan mesin dan sebagainya yang dibutuhkan untuk suatu aktivitas penangkapan Fauzi, 2004. Selanjutnya Fauzi 2004 mengemukakan, peningkatan effort yang terus menerus pada periode tertentu tanpa peningkatan produksi lestari, akan menyebabkan produksi hasil tangkapan turun bahkan mencapai nol pada upaya effort maksimum sehingga menimbulkan inefisiensi kapasitas perikanan tangkap. Dengan demikian, produksi lestari sangat tergantung pada kapasitas perikanan tangkap atau tingkat upaya yang memungkinkan Kirkley and Squires, dalam Fauzi dan Anna, 2005. Dalam hal tersebut perlu diperhatikan efisiensi dari upaya effort untuk menghasilkan output berupa hasil tangkapan. Kondisi inefisiensi kapasitas perikanan tangkap menjadikan sumber daya perikanan laut mengalami over capacity. Over capacity dapat diartikan pada kondisi kelebihan kapasitas dimana permasalahan tersebut timbul sebagai dampak overfishing dan kedua hal tersebut saling terkait Fauzi, 2005. Overfishing yang terjadi pada suatu wilayah perikanan tangkap dapat diartikan sebagai jumlah ikan yang ditangkap melebihi jumlah ikan yang dibutuhkan untuk mempertahankan stok ikan yang tersedia Fauzi, 2005. Overfishing dan over capacity secara langsung berdampak pada perekonomian rumah tangga nelayan yang semakin lemah sebagai implikasi dari jumlah hasil tangkapan yang sedikit sehingga pendapatan yang diterima dalam trip melaut lebih kecil daripada biaya input yang digunakan. Over capacity pemanfaatan perikanan laut secara langsung menjadi permasalahan besar rumahtangga nelayan khususnya perempuan dalam mengatur 32 ekonomi rumahtangga. Karena perempuan merupakan pihak yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam menciptakan kesejahteraan rumah tangga melalui pengelolaan ekonomi. Perempuan memiliki tiga peranan utama sekaligus triple roles dalam rumah tangga yaitu sebagai breeder, feeder, dan producer. Peranan pertama berkaitan dengan pengasuhan anak, kedua bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan konsumsi makanan dan ketiga berkaitan dengan kegiatan memproduksi sejumlah material untuk kebutuhan konsumsi domestik Boulding, 1981. Ketiga peranan perempuan dalam rumahtangga tersebut berimplikasi pada usaha-usaha yang dilakukan perempuan dalam rangka menambah pendapatan keluarga. Sebagaimana Peluso 1984, Abdullah 1991, dan Murray 1994 dalam Kusnadi 2001 mengemukakan pada umumnya motivasi perempuan untuk berdagang didasari oleh kepentingan ekonomi, seperti untuk menambah pendapatan karena penghasilan suami kurang mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Sehingga perempuan memiliki peran ganda dalam rumahtangga dimana aktivitas domestik dan publik dilakukan secara sekaligus Kusnadi, 2001. Peran ganda tersebut di satu sisi akan menambah beban perempuan dan berkurangnya waktu istrahat mereka. Peran ganda perempuan tidak lepas dari pembagian kerja laki-laki dan perempuan pada suatu wilayah. Budiman dalam Kusnadi 2001, mengemukakan pembagian kerja secara seksual antara laki-laki dan perempuan menurut Scolnick dapat dijelaskan dengan dua teori besar, pertama teori nature yang ekstrem beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara lai-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis kedua insan dan kedua teori nurture yang berpendapat bahwa perbedaan pembagian kerja laki-laki dan perempuan terbentuk melalui proses belajar dari lingkungan. Sedangkan Kusnadi 2001 sendiri mengemukakan perilaku- perilaku yang ditentukan untuk anggota-anggota masyarakat dengan memperhatikan perbedaan seks diantara mereka disebut peranan gender. Sementara Mugniesyah 2002 mengemukakan peranan gender adalah perilaku yang diajarkan pada setiap masyarakat, komunitas dan kelompok sosial tertentu yang menjadikan aktivitas, tugas, dan tanggung jawab tertentu yang dipersepsikan sebagai peranan laki-laki dan perempuan. Robert Stoller pada tahun 1968, pertama kali memperkenalkan gender sebagai istilah untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat biologis sementara Ann Oak Ley pada tahun 1972 menyatakan bahwa gender adalah suatu kontruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusiadan 33 dibangun oleh kebudayaan manusia Wahyuni, 2002. Gender juga didefinisikan sebagai seperangkat peran seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada rang lain bahwa kita adalah feminim atau maskulin Mosse, 1996. Pola pembagian kerja dan kekuasaan laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga dipengaruhi oleh lingkungan dan ditentukan oleh kebudayaan masyarakat. Disamping itu potensi sumberdaya pribadi juga tu rut menentukan peranan masing-masing individu dalam keluarga, rumahtangga dan masyarakat yang lebih luas Pudjiwati. Sajogyo, 1981. Sementara Kusnadi 2001 menyimpulkan terdapat dua pola peranan yang dilakukan perempuan berkaitan dengan kehidupan rumahtangga domestik yaitu: 1. Pola peranan yang menggambarkan keseluruhan aktivitas perempuan untuk pekerjaan pemeliharaan kebutuhan hidup seluruh anggota rumahtangganya. 2. Pola peranan perempuan yang memiliki dua fungsi yaitu domestik dan publik. Menurut Kusnadi 2001 kontribusi perempuan untuk menciptakan hubungan - hubungan ekstradomestik dan memperoleh keuntungan darinya, jarang diakui secara eksplisit. Dengan perkataan lain, peranan sosial perempuan hanya didefinisikan dalam kaitannya dengan kedudukan laki-laki. Melalui teknik analisis gender berbagai kesenjangan maupun isu gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat teridentifikasi Handayanai, T dan Sugiarti, 2001. Analisis jender adalah suatu analisis data dan informasi tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan 4 hal dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat yang mencakup; peranan laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga, tingkat akses dan kontrol, faktor-faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol serta tin gkat akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap manfaat pembangunan. Dinamika rumahtangga nelayan pada wilayah tangkap yang mengalami over capacity akan dapat diketahui dengan menggunakan analisis gender. Di mana over capacity yang terjadi berdampak pada tidak optimalnya peran gender dalam memanfaatkan sumberdaya perikan an laut secara berkelanjutan karena rumahtangga nelayan tidak mampu lagi melakukan aktivitas pengolahan ikan. Sementara aktivitas pengolahan ikan memberi kesempatan laki-laki dan perempuan untuk sama-sama berkontribusi dalam pendapatan rumahtangga. 34

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional