Pola Pekerjaan Anggota Rumahtangga

74

VIII. PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA NELAYAN DAN KAPASITAS PERIKANAN TANGKAP

8.1. Pola Pekerjaan Anggota Rumahtangga

Pola pekerjaan anggota rumahtangga nelayan tidak lepas dari kultur dan kebiasaan hidup di lingkungan mereka. Pola pekerjaan anggota rumahtangga umumnya dibedakan berdasarkan gender dan berlangsung dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan masyarakat Panai Hilir, dimana anak perempuan turut membantu bekerja di pengolahan ikan sementara anak laki-laki diikutsertakan untuk membantu pekerjaan yang berhubungan secara langsung dengan ranah laut misalnya, turut serta melaut. Pola pekerjaan anggota rumahtangga dapat pula dipilah atau dibedakan dalam tiga kelompok yaitu pekerjaan reproduktif, produktif dan sosial. Pemilahan pola pekerjaan anggota rumahtangga tersebut bukan berarti terdapat pembatasan anggota rumahtangga baik laki-laki maupun perempuan pada masing-masing pola pekerjaan. Dalam kenyataannya, keterlibatan laki-laki juga terdapat pada pekerjaan reproduktif yang dominan dilakukan perempuan. Demikian pula pekerjaan produktif yang dominan dikerjakan laki-laki, bahkan terkadang lebih didominasi oleh perempuan pada rumahtangga. Dengan demikian pemilahan wilayah kerja tersebut tidaklah merupakan suatu hal yang kaku. Karena dengan sendirinya pemilahan wilayah kerja tersebut akan berubah secara dinamis seiring dengan kebutuhan hidup masyarakat. Rumahtangga nelayan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu; rumahtangga nelayan pengolah, rumahtangga nelayan tidak pengolah dan rumahtangga nelayan buruh. Secara umum pola pekerjaan rumahtangga pada rumahtangga nelayan pengolah, nelayan tidak pengolah dan buruh tidak jauh berbeda. Aktivitas pekerjaan rumahtangga dimulai pada waktu keberangkatan laki-laki melaut. Meskipun waktu keberangkatan melaut pada dini hari atau tengah malam, perempuan tetap melakukan aktivitas untuk mempersiapkan makanan atau ransum yang akan dibawa melaut. Apabila waktu 75 berangkat melaut berkisar jam 1.00 WIB sampai jam 04.00 WIB biasanya perempuan masih menyempatkan untuk melanjutkan tidur. Laki-laki dan perempuan dalam rumahtangga pengolah terlibat dalam kerja produktif. Adapun pola pembagian kerja produktif tersebut lebih jelas terlihat pada wilayah kerja masing-masing. Dimana, pekerjaan produktif laki-laki umumnya hanya di ranah laut. Pada rumahtangga pengolahan udang, perebusan dilakukan di laut sambil melakukan aktivitas melaut, sementara setelah udang yang direbus di laut sampai di rumah, pekerjaan selanjutnya menjadi tanggung jawab perempuan. Adapun peran produktif perempuan dalam pengolahan udang, terdapat pada kerja menjemur sambil mengontrol, mengayak, memilah -milah hasil udang yang sudah dikeringkan dan memasarkannya. Pada rumahtangga pengolahan remis, perbedaan wilayah kerja produktif laki-laki dan perempuan terdapat pada aktivitas melaut yang hanya dikerjakan laki-laki dan pemasaran remis dikerjakan perempuan. Sementara untuk kerja pengolahan remis tersebut dilakukan secara bersamaan. Hal ini terkait dengan sifat pekerjaan pengolahan remis yang membutuhkan tenaga besar untuk perebusannya dan mengayaknya. Pada rumahtangga nelayan tidak pengolah, kerja produktif laki-laki hanya memanfaatkan perikanan laut sementara perempuan memiliki kerja produktif yang berfariasi. Sebagian perempuan dalam rumahtangga nelayan tidak pengolah bekerja di sektor usahatani sebagai buruh tani ketika musim tanam, bekerja membelah dan menjemur ikan pada pengolahan ikan asin, 2 berdoceng, mencari siput, membuka warung di rumah dan sebagainya. Pada rumahtangga nelayan tidak pengolah, pola pekerjaan perempuan rumahtangga tidak pengolah sebagian hanya memungkinkan pada kerja reproduktif. Hal ini ditemukan pada rumahtangga nelayan pemilik yang mapan sehingga istri tidak perlu bekerja untuk memberi kontribusi pendapatan rumahtangga. Disamping itu ditemukan pula pada rumahtangga nelayan tidak pengolah pada usia muda karena masih dibebankan pada pengasuhan anak yang masih kecil-kecil. Pada rumahtangga nelayan buruh, pola pekerjaan laki-laki dan perempuan didasarkan pada kerja reproduktif yang dominan dikerjakan oleh perempuan, sementara perempuan sendiri juga terlibat pada kerja produktif dengan menjadi buruh tani atau buruh pengolahan ikan. Pola pekerjaan tersebut dikarenakan 2 sebutan untuk perempuan yang mencari siput Doceng 76 fungsi nelayan buruh pada kerja penangkapan ikan tidak terbatas. Dimana, kerja menangkap ikan tersebut sepenuhnya lebih dibebankan pada nelayan buruh, sementara nelayan pemilik hanya mengendalikan modal. Sehingga, curahan waktu produktif nelayan buruh telah menyit a waktu mereka untuk turut membantu pekerjaan reproduktif perempuan dalam keluarga. Secara umum aktivitas laki-laki nelayan sampel tidak berbeda antara kelompok rumahtangga nelayan. Pekerjaan sehari-hari adalah melaut dengan lama melaut rata-rata 9 jam per trip. Selesai melaut laki-laki memeriksa kondisi kapal dan alat tangkap dan apabila ditemukan kerusakan langsung diperbaiki. Tetapi apabila waktu mendarat lebih dari jam 19.00 WIB pemeriksaan perahu dilakukan esok hari sebelum berangkat melaut. Waktu melaut optimal laki-laki dalam 1 bulan adalah 15 hari tetapi sebagian besar laki-laki melaut 20 hari. Aktivitas tidak melaut laki-laki digunakan untuk memperbaiki alat-alat tangkap dan perbaikan perahu yang kurang maksimal sebelumnya. Disamping itu pada sebag ian laki-laki, waktu tidak melaut digunakan untuk mencari kayu bakar dan aktivitas ini dilakukan oleh rumahtangga yang menggunakan kayu bakar. Kebiasaan laki-laki setelah pulang dari laut adalah berkumpul pada malam hari di warung-warung sambil menonton te levisi bersama sesama nelayan lainnya. Aktivitas ini dilakukan untuk melepas lelah melaut dan diselingi dengan saling bertukar informasi tentang kegiatan melaut pada hari tersebut.

8.2. Pembagian Kerja dan Curahan Waktu dalam Kegiatan Reproduktif