Gender dalam Pembangunan TINJAUAN PUSTAKA

24 pengetahuan dan ket erampilan nelayan buruh dan keluarganya baik istri dan anak-anak yang secara langsung terjun dalam kegiatan penangkapan. Tetapi sangat disayangkan mereka seolah tidak memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan yang diberikan oleh Pemerintah. Sebaliknya pengetahuan dan ketrampilan bagi pemilik unit penangkapan, tidak begitu penting karena yang lebih penting bagi mereka adalah bagaimana unit penangkapan siap untuk beroperasi, termasuk dalam menyediakan uang untuk membeli kebutuhan operasionalnya.

2.8 Gender dalam Pembangunan

Pemberdayaan perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki adalah kondisi dimana terdapat kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesempatan, kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku saling membantu dan mengisi di semua bidang kehidupan. Untuk mencapai kesetaraan tersebut diperlukan transformasi nilai yang berkaitan dengan perubahan hubungan gender dan keseimbangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan Tan, 1995, Trieijati, 1996, dalam Prijono dan Pranarkan, 1996 Saptari dan Holzner 1997 mengutip dari Mosse dengan menggunakan konsep Maxin Moly bahwa pendekatan pembangunan dalam keterkaitannya untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan diantaranya; 1. Pendekatan kesejahteraan welfare approach yang didasarkan atas 3 asumsi yaitu; 1 perempuan sebagai penerima pasif pembangunan, 2 peran keibuan yang merupakan peranan yang paling penting bagi perempuan di dalam masyarakat dan 3 mengasuh anak yang merupakan peranan perempuan paling efektif dalam seluruh aspek pembangunan ekonomi. 2. Pendekatan kesamaan equity approach, bahwa perempuan merupakan partisipan aktif dalam proses pembangunan yang mempunyai sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kerja produktif dan reproduktif mereka walaupun sumberdaya tersebut seringkali tidak diakui. 3. Pendekatan anti kemiskinan anti – poverty approach, menekankan pada upaya menurunkan ketimpangan pendapatan antara perempuan dan laki- 25 laki dengan sasarannya adalah pekerja miskin. Pendekatan anti kemiskinan untuk perempuan menitik beratkan pada peranan produktif mereka, atas dasar bahwa penghapusan kemiskinan dan peningkatan keseimbangan pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan produktivitas perempuan pada rumahtangga yang berpendapatan rendah. 4. Pendekatan efficiency, penekanan perempuan bergeser ke pembangunan dengan asumsi bahwa peningkatan partisipasi ekonomi perempuan di negara dunia ke tiga secara otomatis berkaitan dengan peningkatan kesamaan, sehingga meningkatnya kerja perempuan yang diciptakan oleh perempuan sendiri di sector informal. 5. Pendekatan pemberdayaan, berpusat pada upaya penghapusan subordinasi perempuan. Adanya kesamaan hak ekonomi peluang untuk menguasai sumberdaya produktif, persamaan upah untuk kerja yang sama, perlindungan hukum ketenagakerjaan. Menurut Anwar 1997, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan sejalan apabila sumber daya public yang langka diinvestasikan sehingga memberi keuntungan ekonomi maupun sosial yang tinggi. Dimana investasi tersebut dapat mencapai sasaran apabila diarahkan pada perempuan khususnya pada golongan perempuan miskin melalui perluasan peluang kerja dan memperbaiki kesehatan mereka. Dengan demikian peranan perempuan dalam pembangunan akan dapat; 1 mendorong pertumbuhan ekonomi, 2 meningkatkan efisiensi, 3 mengentas kan kemiskinan, 4 menolong generasi yang akan datang dan 5 meningkatkan sustainable development.

2.9. Tinjauan Penelitian Terdahulu