Kontrol Terhadap Akvivitas Perikanan Tangkap

95 Beradasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan uji Beda Dua Nilai Tengah Satu arah, diperoleh hasil nilai uji Z hitung 4,6 dengan nilai Z tabel 0,9997. Dengan demikian nilai Z hitung lebih besar daripada Z tabel atau dapat dikatakan nilai Z hitung berada di dalam wilayah kritik. Dengan demikian keputusan yang diambil adalah terima Hi yang menyatakan akses laki-laki lebih besar daripada akses perempuan.

8.7. Kontrol Terhadap Akvivitas Perikanan Tangkap

Pengkajian kontrol dalam penelitian ini meninjau sejauh mana kontrol yang dimiliki laki-laki dan perempuan dalam aktivitas pemanfaatan perikanan laut pada rumahtangga nelayan. Kontrol terhadap aktivitas perikanan laut dapat dimiliki oleh laki-laki pada setiap rumahtangga nelayan sementara kontrol terhadap aktivitas pengolahan hanya dimiliki oleh rumahtangga pengolahan. Sedangkan rumahtangga nelayan buruh memiliki keterbatasan baik dalam aktivitas tangkap perikanan maupun aktivitas pengolahan sehingga dapat dikatakan bahwa rumahtangga nelayan buruh tidak memiliki kontrol dalam pemanfaatan perikanan laut. Hal ini dikarenakan, kepemilikan terhadap sarana dan prasarana pemanfaatan perikanan laut lebih menentukan seseorang untuk memiliki kontrol terhadap sumberdaya. Tabel 24 Kontrol Rumahtangga Nelayan Tidak Pengolah Pembelian peralatan baru Perbaikan peralatan Pers iapan peralatan Penentuan alat tangkap Penentuan TK dan upah Besarnya biaya melaut Pemasara n Ket. LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR K P 100 100 100 100 100 100 100 K S 38 38 15 29 69 KKS 56 62 40 40 71 31 KJS TMK 5 60 45 Sumber: Data Primer 2005 96 Tabel 25 Kontrol Rumahtangga nelayan pengolah Pembelian peralatan baru Perbaikan peralatan Persiapan peralatan Penentuan alat tangkap Penentuan TK dan upah Besarnya biaya melaut Pemasaran Proses pengolahan Ket. LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR LK PR KP 100 100 100 100 100 100 100 100 KS 75 36 21 14 25 100 54 KKS 25 64 64 36 50 14 25 KJS 11 21 25 TMK 4 43 36 36 21 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: Data Primer 2005 Berdasarkan Tabel 24 dan 25 dapat diketahui bahwa pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dan rumahtangga nelayan pengolah kontrol terhadap aktivitas perikanan laut dominan dimiliki laki-laki dimana seluruh laki-laki memiliki kontrol penuh terhadap aktivitas perikanan tangkap. Walaupun demikian, keterlibatan perempuan dalam memberikan kontrol ataupun keputusan - keputusan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas penangkapan ikan masih terdapat. Dengan kata lain, dalam membuat keputusan atau mengontrol aktivitas penangkapan ikan dan sarana prasarana di dalamnya terdapat kebersamaan laki-laki dan perempuan meskipun perempuan tidak memiliki kontrol penuh, tetapi mereka masih dimintai pendapat. Kerusakan pada peralatan tangkap seperti kebocoran perahu, kerusakan jaring, kerusakan mesin dan sebagainya lebih dibebankan pada laki-laki. Apabila ada peralatan tangkap yang rusak, laki-laki akan berusaha memperbaiki sendiri tanpa membicarakan kerusakan yang ada terlebih dahulu pada perempuan. Dapat dilihat pada Tabel 24 dan 25 adapun kontrol perempuan pada aspek perbaikan peralatan dominan memiliki kontrol kurang sering dimana pada rumahtangga nelayan tidak pengolah 62 dan rumahtangga nelayan pengolah 64. Kontrol kurang sering tersebut ditunjukkan oleh inisiatif laki-laki untuk melakukan perbaikan peralatan tangkap tanpa melibatkan perempuan. Tetapi apabila kerusakan peralatan tangkap cukup serius, laki-laki baru akan membicarakannya pada perempuan bahkan pada sebagian rumahtangga nelayan perbaikan tersebut diketahui perempuan ketika laki-laki meminta uang dalam jumlah yang cukup besar untuk biaya perbaikan peralatan tangkap. Hal tersebut sering menimbulkan pertengkaran pada sebagian rumahtangga nelayan yang pada akhirnya 97 memposisikan perempuan sebagai pihak yang tidak memiliki kemampuan dalam mengatur keuangan rumahtangga. Padahal, hasil tangkapan yang terus berkurang kendati musim ikan tiba tidak mampu memenuhi biaya kebutuhan hidup rumahtangga nelayan. Sehingga perempuan sebagai pemegang uang hasil pendapatan dalam rumahtangga nelayan tidak setiap saat memiliki persediaan uang dalam jumlah yang dibutuhkan. Pada kondisi tersebut nelayan tidak bisa lari dari pemilik modal dengan meminjam uang agar aktivitas tangkap yang diusahakannya tetap berlangsung. Adapun konsekwensi yang harus dipenuhi nelayan adalah menjual hasil tangkapannya pada pemilik modal tersebut sampai jumlah pinjaman yang ada dapat dilunasi. Pembelian peralatan baru untuk kebutuhan aktivitas tangkap dilakukan apabila peralatan tersebut sudah tidak bisa diperbaiki lagi sehingga pembelian peralatan baru aktivitas tangkap rumahtangga nelayan sangat jarang dilakukan. Biasanya nelayan mengganti peralatan tangkap seperti mesin yang sudah aus dan alat tangkap yang sudah tidak bisa digunakan lagi. Adapun kontrol dalam pembelian peralatan baru secara penuh dimiliki laki-laki sementara perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dominan memiliki kontrol kurang sering yaitu 56 dan pada rumahtangga nelayan pengolah dominan memiliki kontrol sering yaitu 75 dapat dilihat pada Tabel 25. Dengan demikian dapat dikatakan pada rumahtangga nelayan pengolah, perempuan lebih sering mengontrol pembelian peralatan baru daripada perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah. Hal ini dkarenakan pada rumahtangga pengolah, perempuan secara langsung menggunakan peralatan mengolah misalnya, sarana penjemuran olahan. Sehingga ketika sarana tersebut tidak layak untuk digunakan lagi, perempuan yang biasanya membicarakan hal tersebut kepada laki-laki yang selanjutnya keputusan untuk mengganti sarana tersebut secara penuh dikontrol olah laki-laki. Persiapan peralatan merupakan bagian dari aktivitas tangkap yang dilakukan setiap trip melaut seperti mencek kondisi mesin. Baik pada rumahtangga nelayan tidak pengolah maupun rumahtangga nelayan pengolah, dominan laki-laki secara penuh mengontrol persiapan peralatan 100 sementara perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dominan tidak memiliki 98 kontrol 60 sedangkan pada rumahtangga nelayan pengolah, perempuan kurang sering mengontrol persiapan peralatan pada saat berangkat melaut 64 dan terdapat pula perempuan yang sering mengontrol 21 . Keterlibatan perempuan untuk sering mengontrol persiapan peralatan tangkap ditunjukkan oleh perhatian yang diberikan ketika laki-laki akan berangkat melaut seperti menyiapkan perlengkapan -perlengkapan yang akan dibawa dan ketika mesin tidak bisa digunakan, perempuan secara langsung ikut melihat kondisi perahu dan ikut mengontrol apakah aktivitas melaut dilakukan atau tidak pada hari tersebut. Penentuan alat tan gkap pada umumnya sangat ditentukan oleh jenis ikan yang akan ditangkap oleh nelayan. Sebagaimana pada umumnya nelayan, alat tangkap yang digunakan secara penuh dikontrol oleh laki-laki karena mereka lebih mengetahui penggunaan alat tangkap yang lebih memb eri peluang untuk memperoleh hasil tangkapan dalam jumlah besar. Dapat dikatakan bahwa perempuan kurang mengontrol dalam hal penentuan alat tangkap yang digunakan. Bahkan pada rumahtangga nelayan pengolah, sebagian besar 43 perempuan tidak memiliki kontrol sama sekali dalam penentuan alat tangkap. Demikian pula pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dominan perempuan tidak memiliki kontrol 45 tetapi terdapat perempuan yang sering mengontrol penggunaan alat tangkap 15 . Adapun perempuan yang sering terlibat dalam mengontrol alat tangkap yang digunakan adalah perempuan yang terdapat di desa Sei Baru. Mereka menyadari bahwa kondisi perikanan tangkap yang semakin tidak menjanjikan untuk dimanfaatkan sebagai akibat dari maraknya penggunaan trawl sangat perlu dikendalikan. Sehingga perempuan nelayan desa Sei Baru secara langsung turut mengontrol penggunaan alat tangkap yang dilakukan laki-laki dan disamping itu mereka berupaya untuk mencari alternatif mata pencaharian yang tidak bergantung dengan perikanan laut meskipun mereka memiliki peluang untuk kerja di gudang-gudang pengolahan ikan milik pengusaha non pribumi. Penentuan tenaga kerja dan tingkat upah secara penuh dikontrol oleh laki- laki. Sementara perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dan pengolah dominan masih kurang sering dalam mengontrol hal tersebut masing- masing 71 dan 50 . Adapun keterlibatan perempuan dalam mengontrol penentuan tenaga kerja lebih sering daripada tingkat upah. Karena laki-laki secara 99 penuh mengontrol tingkat upah yang akan diberikan pada buruh, dan hal ini tergantung dari jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Dimana, bila hasil tangkapan banyak maka nelayan buruh juga akan memperoleh bagian yang lebih besar dari biasanya. Biaya melaut rumahtangga nelayan secara penuh dikontrol oleh laki-laki baik pada rumahtangga nelayan tidak pengolah maupun rumahtangga nelayan pengolah. Meskipun perempuan pada rumahtangga nelayan pengolah umumnya memegang uang hasil penjualan ikan olahan, tetapi ditemukan lebih banyak perempuan pengolah tidak memiliki kontrol terhadap biaya melaut. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel bahwa perempuan yang tidak memiliki kontrol terhadap biaya melaut 36 sementara pada rumahtangga nelayan tidak pengolah umumnya perempuan sering mengontrol biaya melaut 69 . Pemasaran hasil tangkapan secara penuh dikontrol oleh laki-laki sementara perempuan pada rumahtangga nelayan tidak pengolah dominan tidak memiliki kontrol terhadap pemasaran ikan dapat ditunjukkan bahwa 100 perempuan tidak memiliki kontrol terhadap pemasaran. Adapun perempuan pada rumahtangga nelayan pengolah terlibat secara langsung dalam pemasaran hasil olahan. Dimana pemasaran hasil olahan dibicarakan terlebih dahulu apakah di pasarkan langsung di pasar kecamatan atau dipasarkan pada pemborong-pemborong yang langsung datang membeli ke rumah-rumah pengolah dimana dalam membuat keputusan tersebut laki-laki masih memiliki kontrol penuh. Perempuan dalam aktivitas pemasaran tersebut bisa dikatakan hanya sebagai perantara sementara kontrol harga dan di jual kepada siapa secara penuh dimiliki laki-laki. Proses pengolahan pada rumahtangga nelayan pengolah secara penuh dikontrol oleh laki-laki. Adapun perempuan yang sering mengontrol hal-hal yang berkaitan dengan proses pengolahan hanya 54, te tapi ditemukan pula perempuan yang tidak memiliki kontrol terhadap proses pengolahan 21. Beradasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan Uji Beda Dua Nilai Tengah Satu arah, diperoleh hasil nilai uji Z hitung 7,7 dengan nilai Z tabel 0,9997. Dengan demikian nilai Z hitung lebih besar daripada Z tabel atau dapat dikatakan nilai Z hitung berada pada wilayah kritik yaitu penerimaan H1. Dengan 100 demikian keputusan yang diambil adalah terima H1 yang menyatakan kontrol laki-laki lebih besar daripada perempuan.

8.8. Hubungan Sumberdaya Perempuan dengan Kontrol Hubungan Akses dengan Kontrol