Karakteristik Rumahtangga Nelayan Sampel

60

6.2. Karakteristik Rumahtangga Nelayan Sampel

Hasil pengumpulan data primer dari 96 rumahtangga yang dijadikan sampel dapat dikelompokkan berdasarkan jenis usaha terdiri dari nelayan buruh, nelayan pengolah dan nelayan tidak pengolah. Secara rinci proporsi dari tiap status usaha perikanan rumah tangga nelayan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Status usaha perikanan nelayan No. Keterangan Jumlah Rumahtangga Persentase 1 Nelayan buruh 13 14 2 Nelayan pengolah 28 29 3 Nelayan tidak pengolah 55 57 4 Rumahtangga khusus pengolah Jumlah 96 100 Sumber: Data Primer 2005 Nelayan buruh adalah nelayan yang tidak memiliki sarana dan prasarana produksi, memiliki hak-hak yang sangat terbatas dengan bermodal tenaga. Nelayan buruh berjumlah 13 rumah tangga 14 yang bekerja pada nelayan pemilik pribumi dan keturunan Tionghoa. Nelayan buruh yang bekerja pada pemilik modal pribumi dan pemilik modal keturunan Tionghoa memiliki perbedaan baik dalam sistem pembagian upah dan kerja melaut. Adapun sistem upah pada nelayan buruh yang bekerja pada pemilik modal pribumi ditentukan oleh perolehan hasil tangkapan tiap trip melaut, apabila jumlah hasil tangkapan banyak maka upah melaut akan besar dan sebaliknya sementara resiko melaut seperti jaring yang rusak, perahu yang bocor sama-sama diperbaiki oleh pemilik dan buruh. Sedangkan pada nelayan buruh yang bekerja pada pemilik modal keturunan Tionghoa, upah yang diterima tidak tergantung pada perolahan hasil tangkapan tetapi telah di tentukan Rp. 30.000 – 50.000 dan buruh juga tidak memiliki tambahan kerja apabila terdapat kerusakan pada alat alat tangkap dan armada tangkap. Nelayan pengolah adalah nelayan yang tidak menjual hasil tangkapannya dalam bentuk segar tetapi dalam bentuk hasil olahan seperti ikan asin, udang kering, remis dan sebagainya. Nelayan pengolah terdiri dari 28 rumah tangga 29 yang berdomisili di desa Sei Berombang dan Sei Sakat. Nelayan pengolah yang berdomisili di desa Sei Berombang umumnya mengolah udang kering dan 61 ikan asin sementara nelayan pengolah yang berdomisili di desa Sei Sakat umumnya mengolah remis. Hasil tangkapan segar seperti udang di rebus di laut ketika aktivitas melaut berlangsung karena perebusan udang yang masih segar akan menghasilkan rasa udang kering yang lebih enak. Sedangkan remis perebusannya dilakukan setelah di darat karena waktu perebusan remis lebih lama dari udang dan juga terdapat perbedaan perlakuan dalam pengolahannya. Nelayan yang tidak melakukan pengolahan terdiri dari 55 rumah tangga 57. Hasil tangkapan nelayan yang tidak melakukan pengolahan ikan langsung di pasarkan dalam bentuk segar. Pemasaran ikan hasil tangkapan dilakukan di tengah laut dimana pemborong-pemborong langsung mendatangi perahu -perahu nelayan seiring berlangsungnya aktivitas menangkap ikan. Kepemilikan armada tangkap rumahtangga nelayan, terdiri dari 3 jenis yaitu; perahu motor, sampan motor dan sampan dayung. Secara rinci kepemilikan armada tangkap nelayan dapat di lihat pada Tabel 12. Tabel 12 Kepemilikan armada tangkap No. Keterangan Jumlah 1. Nelayan pemilik perahu motor 22 2. Nelayan pemilik sampan motor 32 3. Nelayan pemilik sampan dayung 10 Jumlah 64 Sumber: Data Primer 2005 Hasil tangkapan yang semakin berkuran g memotivasi nelayan untuk berusaha memiliki armada tangkap meskipun dengan sampan dayung. Hal ini terkait dengan sistem bagi hasil setiap melaut sangat ditentukan oleh hasil tangkapan yang diperoleh. Sehingga apabila hasil tangkapan yang diperoleh sedikit, baik nelayan pemilik maupun nelayan buruh akan memperoleh pendapatan yang kecil. Selanjutnya terdapat 19 rumah tangga nelayan tidak memiliki armada tangkap tetapi melakukan aktivitas melaut sebagai mata pencaharian pokok mereka. Adapun 19 nelayan tersebut menyewa armada tangkap yang mengantar nelayan ke lokasi penangkapan ikan, sedangkan alat tangkap disediakan oleh masing-masing nelayan. Biasanya dalam satu perahu motor terdapat 6 – 8 nelayan dan alat tangkap yang mereka gunakan juga sama yaitu Dupi. Alat tangkap tersebut sangat sederhana dan biasanya digunakan di daerah penangkapan yang di sebut Boting. 62

6.2.1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan khususnya pendidikan formal, merupakan modal yang sangat berperan untuk mendapatkan kehidupan ekonomi lebih baik. Pendidikan juga sangat mempengaruhi pola kehidupan pada setiap individu, baik cara berfikir dan bersikap. Dalam penelitian ini perlu melihat sebaran tingkat pendidikan dari pasangan suami istri dan seluruh anggota rumah tangga. Adapun anggota rumah tangga yang di nilai adalah laki-laki dan perempuan yang merupakan tenaga kerja produktif pada rumah tangga nelayan yaitu memiliki umur di atas 17 tahun. Tabel 13 Tingkat pendidikan pasangan suami istri No. Tingkat pendidikan Kepala rumah tangga suami Ibu rumah tangga istri 1 Tidak bersekolah 16 17 22 23 2 SD 68 71 60 62 3 SMP 10 10 12 13 4 SMA 2 2 2 2 Jumlah 96 100 96 100 Sumber: Data Primer 2005 Tingkat pendidikan yang dimiliki pasangan suami istri berv ariasi mulai dari tidak tamat SD sampai tingkat tamat SMA atau sederajat. Pada Tabel 13 diketahui bahwa masih ada responden yang tidak bersekolah dimana untuk kepala rumah tangga terdapat 16 orang 17 dan ibu rumah tangga 22 orang 23. Adapun sebagian besar tingkat pendidikan pasangan suami istri dalam rumah tangga nelayan adalah Sekolah Dasar SD. Sementara untuk tingkat pendidikan SMA hanya dimiliki masing-masing 2 orang. Dengan demikian dapat dikatakan tingkat pendidikan rumah tangga nelayan dilihat dari aspek pendidikan pasangan suami istri masih rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 14 Sebaran tingkat pendidikan anggota rumah tangga nelayan yang berumur di atas 17 tahun. No. Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan 1 Tidak bersekolah 14 10 19 17 2 SD 100 68 71 63 3 SMPSederajat 23 16 16 14 4 SMASederajat 9 6 7 7 Jumlah 146 100 113 100 Sumber: Data Primer 2005 Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar anggota rumah tangga yang berumur di atas 17 tahun baik laki-laki dan perempuan dominan memiliki tingkat 63 pendidikan Sekolah Dasar SD. Adapun jumlah laki-laki berpendidikan SD 100 orang 68 dan perempuan 71 orang 63. Tingkat pendidikan formal yang rendah, secara umum disebabkan faktor ekonomi rumahtangga nelayan yang lemah dan lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung. Fenomena kehidupan nelayan yang sangat bergantung dengan alam, secara tidak langsung mempengaruhi pendidikan anak-anak nelayan. Ketika musim ikan, anak -anak laki-laki lebih memilih ikut melaut daripada berangkat sekolah dan ketika musim ikan habis anak tidak mau lagi meneruskan sekolah . Sementara orang tua tidak terlalu memperdulikan dampak akhir keterlibatan anak melaut karena tekanan ekonomi keluarga. Ironisnya, budaya menabung ketikan musim ikan tidak menjadi bagian hidup mereka. Sehingga ketika musim paceklik ikan banyak anak yang putus sekolah. Pada anak perempuan, tekanan ekonomi keluarga menyebabkan mereka banyak yang berhenti sekolah dan waktu mereka digunakan untuk membantu orang tua di rumah. Adapula yang bekerja sebagai tukang cuci, pembantu rumahtangga, kerja gudang dan mencari siput ke hutan bakau. Selanjutnya, tekanan ekonomi juga berdampak pada lingkungan setempat yang kurang memperhatikan pergaulan anak-anak muda. Sehingga berdampak pada berkurangnya motivasi dan minat anak -anak nelayan untuk berusaha memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

6.2.2 Jumlah Anggota Rumahtangga

Rata-rata jumlah anggota sampel rumahtangga Kecamatan Panai Hilir 5,8 orang atau dikatakan 6 orang per rumahtangga dengan kisaran 2 sampai 11 orang dalam 1 keluarga Lampiran 1. Jumlah anggota rumah tangga yang berv ariasi tersebut dapat dikategorikan sebagaimana yang terdapat pada Tabel 15. Tabel 15 Kategori tingkat jumlah anggota rumahtangga nelayan Uraian Jumlah Jumlah anggota rumahtangga Besar 7 orang Sedang 5 - 6 orang Kecil 4 orang 32 38 26 33 40 27 Sumber: Data Primer 2005 64 Berdasarkan Tabel 15 diketahui rumahtangga nelayan yang tergolong pada keluarga besar adalah 32 sampel 33, sedang 38 sampel 40 dan selebihnya kecil 26 sampel 27. Dengan demikian dominan rumahtangga nelayan sampel memiliki 5 – 11 orang anggora. Jumlah anggota rumahtangga tentunya akan berimplikasi dengan jumlah pengeluaran keluarga dimana setiap rumahtangga nelayan akan berusaha untuk mendapat perolehan hasil tangkapan banyak agar kebutuhan keluarga terpenuhi. Di satu sisi, jumlah anggota rumahtangga yang besar merupakan potensi bagi rumahtangga nelayan untuk bisa memperoleh pendapatan dengan pola pencarian nafkah yang berbeda-beda. Adapun rumahtangga nelayan yang tergolong pada keluarga kecil umumnya ditemukan pada pasangan suami istri yang masih muda dan rata-rata memiliki anak berumur di bawah 5 tahun. Sedangkan pada keluarga yang tergolong besar dan sedang umumnya ditemukan pada pasangan suami istri yang sudah memiliki anak dengan tingkat umur mulai anak-anak, remaja bahkan dewasa. Selanjutnya dapat diketahui jumlah keseluruhan laki-laki dan perempuan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah anggota rumahtangga No. Keterangan Jumlah Persentase 1 Laki-laki 269 47.9 2 Perempuan 293 52.1 Jumlah 562 100 Sumber: Data Primer 2005 Jumlah laki-laki dan perempuan dalam setiap rumah tangga juga bervariasi, secara keseluruhan jumlah anggota rumahtangga laki-laki 269 orang 47,9 dan perempuan 293 orang 52,1 yang terdiri dari berbagai tingkatan umur sebagaimana yang terdapat pada Tabel 16 di atas. Jumlah anggota rumahtangga yang besar akan berdampak pada jumlah pengeluaran yang besar pula. Dan hal tersebut akan lebih memberatk an perempuan dalam mengatur keuangan rumahtangga. Sebagaimana diketahui kebutuhan hidup semakin meningkat sementara pendapatan rumahtangga nelayan sangat tergantung pada alam. Apabila musim paceklik harga ikan relatif mahal tetapi nelayan dihadapkan pada kendala stok ikan yang sedikit. Sementara pada musim ikan jumlah hasil tangkapan meningkat tetapi harga ikan relatif murah. 65

6.2.3 Pengalaman Melaut

Pengalaman melaut sangat bergantung pada berapa lama pekerjaan nelayan tersebut telah dilalui nelayan. Semakin lama profesi sebagai nelayan di jalani maka pegalaman melaut nelayan akan semakin tinggi. Dan sebaliknya pula pengalaman yang rendah tentunya akan dimiliki oleh nelayan yang baru saja memiliki profesi sebagai nelayan. Pengkategorian tingkat pengalaman mealut nelayan dapat di lihat pada Tabel 17. Tabel 17 Kategori tingkat pengalaman melaut nelayan Uraian Jumlah Pengalaman melaut Tinggi 9 tahun Sedang 4 - 8 tahun Rendah 3 tahun 62 30 4 65 31 4 Sumber: Data Primer 2005 Berdasarkan Tabel 17 d iketahui bahwa sebagian besar nelayan memiliki pengalaman melaut tinggi yang ditunjukkan dengan 62 rumahtangga nelayan 65 dengan lama waktu menjalani profesi nelayan lebih besar dari 9 tahun. Hal mendasar tingginya tingkat pengalaman nelayan adalah fakto r kultur keluarga dimana profesi nelayan merupakan mata pencaharian yang pokok telah turun temurun dalam rumahtangga nelayan.

6.2.4 Tingkat Umur Anggota Rumahtangga

Untuk melihat gambaran umur yang dimiliki rumah tangga nelayan, dalam hal ini hanya diwakilkan oleh umur pasangan suami istri dalam setiap rumah tangga. Umur pasangan suami istri dari tiap rumahtangga nelayan dapat digolongkan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18. Sementara pada lampiran 1. dapat diketahui bahwa rata-rata umur kepala keluarga 39 tahun sementara rata- rata ibu rumahtangga berumur 33 tahun. 66 Tabel 18 Kategori tingkat umur pasangan suami istri rumahtangga nelayan Uraian Jumlah Tingkat umur suami Tua 43 tahun Sedang 34 - 42 tahun Muda 33 tahun 29 35 32 30 36 33 Tingkat umur istri Tua 37 tahun Sedang 29 - 36 tahun Muda 28 tahun 32 32 32 33 33 33 Sumber: Data Primer 2005 Tabel 18 di atas menunjukkan umur produktif pasangan suami istri sampel dengan jumlah umur suami golongan sedang 35 orang 36 dan golongan muda 32 orang 33 pada umur maksimal 42 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan sebagian besar umur kepala rumahtangga sampel masih produktif terutama pihak perempuan. Dapat dilihat bahwa proporsi umur perempuan golongan tua, sedang dan muda adalah sama masing-masing 33. Untuk itu potensi perempuan rumah tangga nelayan masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Selanjutnya dari 96 sampel rumah tangga nelayan, terdapat 2 orang kepala keluarga berumur 60 tahun dan 5 kepala keluarga berumur 55 tah un. Hal ini mencerminkan bahwa rumahtangga nelayan Panai Hilir sangat menggantungkan sumber pendapatan keluarga hanya dengan mengekstraksi perikanan laut.

6.2.5. Kontribusi Sektor Perikanan Laut terhadap Pendapatan Rumahtangga Nelayan

Pendapatan rumah tangga nelayan sangat tergantung pada usaha perikanan tangkap dan kepemilikan modal melaut. Nelayan buruh merupakan kelompok nelayan yang memiliki tingkat pendapatan paling rendah, sementara tingkat pendapatan tertinggi dimiliki oleh rumahtangga nelayan pengolah. Tabel 19 menunjukkan tingkat pendapatan rumahtangga nelayan dari berbagai kelompok rumahtangga nelayan sampel. Tabel 19 Rata -rata Pendapatan Rumahtangga Nelayan sehari sebelumnya Rumahtangga nelayan pengolah Rp Rumahtangga nelayan tidak pengolah Rp Rumahtangga nelayan buruh Pertrip Perbulan Pertrip Perbulan Pertrip Perbulan 43607 954684 36254 722181 24173 314250 Sumber: Data Primer 2005 67

VII. EFISIENSI KERAGAAN AKTIVITAS PERIKANAN LAUT