42
a b
Gambar 23 Hasil verifikasi lapangan a ladang, b perkebunan campuran Penggunaan lahan berupa permukiman merupakan areal yang digunakan
sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan orang. Kenampakan permukiman pada citra landsat
berwana merah sampai ungu dengan tekstur agak kasar. Kenampakan permukiman juga dapat dikenali dari lokasinya yang mengikuti jaringan jalan.
Penggunaan lahan berupa permukiman diverifikasi sebanyak 10 titik di lapangan dan 8 titik telah sesuai dengan hasil klasifikasi. Permukiman penduduk tersebar
merata di zona penyangga TNGMb. Jenis permukiman utama di lokasi penelitian masih berupa permukiman tradisional, kecuali di daerah Kopeng yang hampir
menyerupai permukiman perkotaan. Permukiman tradisional ini dicirikan oleh konstruksi bangunannya yang masih mempertahankan bentuk bangunan
tradisional Jawa dan struktur sosial kekerabatan antar warga yang masih sangat erat.
Penggunaan lahan terbuka adalah lahan tanpa tutupan baik yang bersifat alamiah, semi alamiah, maupun artifisial. Kenampakan lahan terbuka pada citra
mempunyai warna ungu tua. Penggunaan lahan berupa lahan terbuka diverifikasi sebanyak 1 titik di lapangan dan telah telah sesuai dengan hasil klasifikasi. Lahan
terbuka merupakan jenis tutupan lahan yang berada di sekitar kawasan TN Gunung Merapi berupa sisa-sisa material vulkanik hasil erupsi. Kenampakan
permukiman dan lahan terbuka pada citra Landsat dapat dilihat pada Gambar 24, sedangkan hasil verifikasi lapangan dapat dilihat pada Gambar 25.
a b
Gambar 24 Kenampakan a permukiman, b lahan terbuka pada citra Landsat skala 1 : 25.000
43
a b
Gambar 25 Hasil verifikasi lapangan a permukiman b lahan terbuka Kenampakan awan dalam citra penginderaan jauh seperti landsat adalah hal
yang sulit untuk dihindari, seperti halnya citra yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk tetap mendapatkan informasi pada daerah yang tertutup awan,
dilakukan dengan menggunakan citra landsat lainnya yang direkam pada bulan yang berbeda pada tahun yang sama. Kegiatan ini diilustrasikan pada Gambar 26.
a b
Gambar 26 Kenampakan citra Landsat-8 pada kondisi waktu perekaman yang berbeda a Agustus 2013 b Juni 2013
5.1.2 Perubahan Penggunaan Lahan Periode Tahun 2001-2013
Dinamika perubahan penggunaan lahan yaitu perubahan penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lain baik berkurang maupun bertambah luasannya.
Luas penggunaan lahan di daerah penelitian pada tahun 2001 dan 2013 disajikan pada Gambar 27, sedangkan penyebaran spasial penggunaan lahan pada tahun
2001 dan 2013 disajikan pada Gambar 28.
Dari Gambar 27 dan 28 terlihat bahwa hampir seluruh tipe penggunaan lahan di TNGMb dan daerah penyangganya mengalami perubahan. Penggunaan
lahan yang tetap adalah lahan terbuka seluas 5 Ha. Penggunaan lahan di TNGMb dikelola dalam bentuk zonasi, sebagai ciri khas pengelolaan Taman Nasional.
Untuk melihat distribusi penggunaan lahan tahun 2001 berdasarkan zonasi, disajikan pada Gambar 29.
44
Gambar 27 Luas penggunaan lahan di TNGMb dan daerah penyangganya tahun 2001 dan 2013
Pada zona inti, tipe penggunaan lahan dominan adalah hutan dan padang rumput. Zona inti pada TNGMb dibagi menjadi dua, yaitu inti I dan II, dengan
luas mencapai 1.065 ha. Pembagian ini didasarkan pada kondisi asli alami Gunung Merbabu, yaitu berupa sisa atau bekas kawah gunung api pada zona inti I
dan hutan alam yang merupakan lokasi pemunculan mata air pada zona inti II. Pada zona inti penggunaan lahan berupa padang rumput lebih luas dibandingkan
hutan, hal ini dikarenakan ekosistem alami pada tipe hutan sub alpin berupa semak dan rumput Steenis 1972. Tipe hutan sub alpin ini terdapat pada
ketinggian di atas 2.500 mdpl sampai dengan puncak Gunung Merbabu. Kawasan zona inti TNGMb secara morfologi berupa puncak atau kerucut gunung serta
lereng atas yang berbatasan langsung dengan puncak, lereng 45 dan ketinggian 2.000 mdpl. Jenis tegakan didominasi oleh Pinus, Puspa, Akasia dan Sengon.
Tegakan pohon tersebut mendominasi pada zona inti dengan ketinggian 1.600- 2.500 mdpl.
Pada zona rimba, lebih dari 80 penggunaan lahan berupa hutan, dan sisanya adalah permukiman, ladang, serta semak belukar. Zona ini menempati
bentuk lahan mulai dari lereng atas hingga tengah, bahkan kaki lereng yang masih memiliki hutan, dengan luas mencapai 1.262 ha. Tujuannya adalah melestarikan
sisa hutan yang ada, karena fungsinya yang penting bagi penyangga kehidupan.
Zona rimba diharapkan sebagai kawasan hutan yang dapat dilestarikan, yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan serta habitat bagi berbagai makhluk hidup
lainnya. Namun, zona rimba yang berada pada ketinggian mulai 1.000 sampai 2.500 mdpl, sangat rawan untuk di eksploitasi bagi kepentingan ekonomi, karena
lokasinya yang berdekatan dengan permukiman dan ladang. Untuk itu, perlu upaya pemberdayaan masyarakat sekitar agar dapat mengembangkan
perekonomiannya dengan berbasis konservasi lingkungan. Dengan adanya upaya pelibatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola kawasan hutan, maka
kesadaran untuk memelihara kelestarian hutan akan tercipta bukan hanya dari pemerintah, namun juga masyarakat sekitar hutan.
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000 10000
Htn Pmk
Ldg Rmp
Smk Ltb
Kbnc 2001
4900 1797
8154 841
697 5
5683 2013
3593 1964
9619 584
1955 5
4356
Lu a
s H
a