6 pemusnahan jenis tumbuhan dan atau satwa yang tidak asli yang diidentifikasi
telah dan akan mengganggu ekosistem kawasan .
2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Definisi mengenai penggunaan lahan land use dan penutupan lahan land cover pada hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan keadaan
fisik permukaan bumi. Lillesand dan Kiefer 1997 mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan
penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut.
Sebagai contoh pada penggunaan lahan untuk permukiman yang terdiri atas permukiman, rerumputan, dan pepohonan.
Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat
bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat yang sedang berkembang, baik untuk tujuan komersial maupun industri. Kim et al. 2002 memandang perubahan penggunaan lahan sebagai
suatu sistem dimana penambahan populasi beberapa spesies biasanya menyebabkan kerusakan spesies lainnya.
Mc. Neil et al. 1998 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi, dan budaya.
Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan. Pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan
faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan cerminan upaya manusia dalam memanfaatkan dan
mengelola sumber daya lahan yang akan memberikan pengaruh terhadap manusia itu sendiri dan kondisi lingkungannya.
Menurut Munibah 2008, perubahan penggunaan lahan dapat didasarkan pada kesesuaian lahannya, penggunaan lahan periode sebelumnya dan
penggunaan lahan tetangganya. Faktor yang mempengaruhi perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian adalah bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis
tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya dan mata pencaharian masyarakat.
Selanjutnya penyebab dari perubahan penggunaan lahan adalah adanya faktor-faktor driving factors seperti: faktor demografi tekanan penduduk,
faktor ekonomi pertumbuhan ekonomi, teknologi, policy kebijakan, institusi, budaya dan biofisik. Analisis perubahan penggunaan lahan mencari penyebab
driver perubahan penggunaan lahan dan dampak lingkungan dan sosial ekonomi dari perubahan penggunaan lahan. Penyebab dari perubahan
penggunaan adalah lima alasan yaitu kelangkaan sumberdaya; perubahan kesempatan akibat pasar; intervensi kebijakan dari luar; hilangnya kapasitas
adaptasi dan meningkatnya kerentanan; perubahan dalam organisasi sosial dalam akses sumberdaya dan dalam tingkah laku Lambin et al. 2003.
7
2.3 Sistem Informasi Geografis
Konsep sistem informasi geografis SIG telah diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-an, dan kini telah dimanfaatkan di berbagai bidang
baik pemerintahan maupun swasta. Kemampuan dasar dari SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query, menganalisisnya, dan
menyimpan serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lain.
Komponen SIG terdiri atas hardware, software, data, dan user. Dengan adanya SIG diharapkan tersedia informasi yang cepat, benar dan akurat tantang keadaan
di lingkungannya Qoriani 2012.
Menurut Iskandar dan Hartati 2012, SIG sebagai salah satu alat yang bermanfaat untuk menangani data spasial dan menyimpan format digital. SIG juga
dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang interaktif, menarik, dan menantang di dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian,
pembelajaran mengenai konsep lokasi, ruang spasial, kependudukan dan unsur- unsur geografis yang terdapat di permukaan bumi berikut data-data atribut terkait
yang menyertainya.
SIG adalah alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menerima, mengubah, dan menampilkan data spasial untuk seperangkat tujuan tertentu. SIG juga
memungkinkan untuk penggunaan seperangkat operasi sederhana seperti tumpah susun overlay, klasifikasi, interpolasi, agregasi informasi spasial yang dapat
menghasilkan informasi tambahan dalam memprediksi dampak. Misalnya, dampak okupasi tanah pertanian, gangguan ekologis pada daerah sensitif,
gangguan air, serta perubahan aksesibilitas yang dapat langsung diprediksi dari informasi yang tersimpan dalam SIG dengan cara operasi overlay data tematik
Antunes et al. 2001.
Rivas et al. 1994 dalam Antunes et al. 2001 menyatakan bahwa SIG menyajikan suatu metodologi untuk evaluasi dampak rencana tata guna lahan,
berdasarkan perhitungan indeks dampak yang diperoleh dengan cara overlay rencana tata guna lahan dengan peta tematik. Selanjutnya Smit dan Spaling
1995 dalam Antunes et al. 2001 merujuk beberapa penelitian di mana SIG telah diterapkan untuk mengevaluasi efek kumulatif melalui analisis deret waktu
time series.
Perkembangan penggunaan SIG muncul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling terkait. Pertama, terdapat banyak produk perangkat lunak SIG yang
tersedia dari vendor komersial dan universitas. Kedua, teknologi komputer terkini mampu menangani banyak komputasi, pengambilan, dan masalah penyimpanan
data dalam jangka waktu dan biaya yang wajar. Ketiga, tampilan grafis komputer dan plotter yang canggih, cepat, serta menghasilkan keluaran hasil yang
beresolusi tinggi. Keempat, vendor data geografis serta instansi pemerintah seperti Lembaga Sensus Pemerintah telah menyediakan sejumlah besar data geografis
dengan biaya yang wajar. Kelima, penggunaan penginderaan jauh telah diperluas, terutama dalam pemantauan lingkungan. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan
sistem yang mampu menangani data dalam jumlah besar serta berfungsi sebagai sumber utama informasi penutupan lahan. Keenam, munculnya Global
Positioning System GPS telah mempermudah pengumpulan informasi lokasi data atribut dengan biaya yang relatif rendah dan akurasi yang relatif tinggi.