17
Alokasi penggunaan lahan yang diprioritaskan untuk hutan menggunakan pendekatan sistem klasifikasi kemampuan lahan menurut United States
Department of Agriculture USDA yang dijelaskan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 dalam Tabel 6. Lahan kelas I sampai dengan kelas VIII sesuai
seluruhnya untuk hutan, namun dalam penelitian ini diperlukan pengelompokan lahan yang diprioritaskan digunakan sebagai hutan. Lahan yang diprioritaskan
untuk hutan adalah lahan dengan kelas kemampuan lahan V-VIII karena tidak sesuai untuk usaha pertanian. Lahan dengan kelas kemampuan lahan I-IV tidak
diprioritaskan untuk hutan karena lahan pada kelas tersebut sesuai untuk usaha pertanian. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan menggunakan kriteria menurut
Arsyad 1979 yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 4 Kriteria kesesuaian lahan untuk ladang
No Sifat Fisik
Sesuai S Tidak Sesuai N
1 Lereng
30 30
2 Temperatur rata2 tahunan °C 15
– 34 15 atau 34
3 CH rata-rata mmth
400 400
4 Kedalaman efektif cm
30 30
5 Drainase
Agak cepat,
agak terhambat,
baik, sedang
Sangat terhambat, cepat
6 Banjir
F0 F1
– F4 7
Bahaya Erosi Sangat ringan - berat
Sangat berat 8
Tekstur Halus
– kasar -
Sumber : Djaenudin et al. 2011
Tabel 5 Kriteria kesesuaian lahan untuk perkebunan campuran
No Sifat Fisik
Sesuai S Tidak Sesuai N
1 Lereng
30 30
2 Temperatur rata2 tahunan °C
19 – 34
19 atau 34 3
CH rata-rata mmth 2.000
– 4.000 4.000 atau 2.000
4 Kedalaman efektif
50 cm 50 cm
5 Drainase
Cepat, agak cepat, agak terhambat, baik,
sedang Terhambat, sangat
terhambat, sangat cepat
6 Bulan kering 75 cm
– 4 4
7 Banjir
F0, F1, F2 F3, F4
8 Bahaya Erosi
Sangat ringan - sedang Berat - sangat berat
9 Tekstur
Halus – agak kasar
Kasar
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
18
Kesesuaian lahan untuk padang rumput dianggap sesuai seluruhnya di lokasi penelitian dengan asumsi bahwa rumput di kawasan TNGMb merupakan salah
satu jenis tutupan lahan asli sedangkan di daerah penyangga, rumput merupakan vegetasi yang sangat dibutuhkan masyarakat terutama untuk pakan ternak.
Kesesuaian lahan untuk semak belukar dan lahan terbuka dianggap tidak sesuai seluruhnya dengan lahan di lokasi penelitian dengan asusmsi bahwa kedua jenis
penggunaan lahan tersebut cenderung tidak diharapkan oleh pengelola TNGMb maupun oleh masyarakat di daerah penyangga.
3.5.3 Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan
Penyusunan model ini bertujuan untuk memperoleh peta prediksi penggunaan lahan untuk jangka waktu 12 dua belas tahun ke depan yaitu pada
tahun 2025. Data yang diperlukan adalah peta penggunaan lahan tahun 2001 t ,
tahun 2013 t
1
, peta kesesuaian lahan untuk setiap tipe penggunaan lahan, Tabel 6 Hubungan antara kelas kemampuan lahan dengan intensitas penggunaan lahan
Kelas Kemamp
Lahan Cagar
Hutan Penggembalaan
Pertanian Alam
Terbatas Sedang Intensif Terbatas Sedang Intensif S.Intensif
I II
III IV
V VI
VII VIII
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
Tabel 7 Kriteria klasifikasi kemampuan lahan
No Faktor
Kelas Kemampuan Lahan I
II III
IV V
VI VII
VIII 1
Tekstur tanah t a. Lapisan atas
t2t3 t1t4
t1t4 i5
b. Lapisan bawah t2t4
t1t4 t1t4
t5 2
Lereng permukaan i0
i1 i2
i3 i4
i5 i6
3 Drainase
d0d1 d2
d3 d4
4 Kedalaman efektif
k0 k0
k1 k2
k3 5
Keadaan erosi e0
e1 e1
e2 e3
e4 6
Banjir O0
O1 O2
O3 O4
Sumber : Arsyad 1979 Keterangan :
: dapat mempunyai sifat sembarang sifat faktor penghambat dari kelas yang lebih rendah : permukaan tanah selalu tergenang air
19 Transitional Probababilty Area Matrix dan moving filter. Skenario perubahan
penggunaan lahan pada setiap piksel tergantung pada kesesuaian lahannya dan penggunaan lahan tetangganya Jacob et al. 2008. Pengaruh ketetanggaan artinya
perubahan penggunaan lahan pada suatu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada piksel tetangganya.
Model ini dijalankan dengan perangkat lunak Idrisi dengan modul Cellular Automata Markov CA Markov yang merupakan kombinasi dari modul Markov
Chain dan Multi-Objective Land Allocation MOLA. Markov Chain menghasilkan Transitional Probababilty Area Matrix, yaitu matriks perubahan
penggunaan lahan yang diperoleh dengan cara menumpang-tindihkan peta penggunaan lahan pada dua titik tahun Munibah 2008. Peta kesesuaian lahan
berfungsi sebagai referensi dalam pengalokasian suatu penggunaan lahan. Jumlah peta kesesuaian lahan sesuai dengan jumlah tipe penggunaan lahan. Filter yang
digunakan adalah filter berukuran 5×5 yang merupakan filter default pada software Idrisi, yang artinya perubahan penggunaan lahan pada piksel pusat
dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada 24 piksel sekitarnya.
Simulasi berjalan sesuai dengan pergerakan filter pada seluruh area yang disimulasi, dan disebut sebagai satu iterasi. Demikian seterusnya sampai dengan
iterasi ke-n. Kondisi penggunaan lahan hasil simulasi dari iterasi sebelumnya digunakan untuk iterasi tahap berikutnya. Setelah simulasi berakhir dengan
jumlah iterasi yang diinginkan, maka didapatkan penyebaran penggunaan lahan hasil simulasi. Validasi model dilakukan dengan membandingkan penggunaan
lahan hasil simulasi tahun 2013 dengan penggunaan lahan hasil pengamatan tahun t
1
2013 berdasarkan nilai kappa.
3.5.4 Skenario Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan
Penyusunan skenario pengendalian perubahan penggunaan lahan di TNGMb dan daerah penyangganya dilakukan dengan menggunakan kesesuaian lahan
berdasarkan kebijakan yang akan diambil. Kebijakan tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk kesesuaian lahan yang kemudian digunakan sebagai salah satu
input model CA Markov. Analisis ini menghasilkan model prediksi penggunaan lahan tahun 2025 dengan input berupa penggunaan lahan tahun 2013, matriks
perubahan penggunaan lahan tahun 2001-2013, kesesuaian lahan berdasarkan skenario kebijakan dan filter berukuran 5×5.
Skenario di dalam kawasan TNGMb diarahkan untuk dapat menjaga kelestarian kawasan TN dengan indikator berupa luas tutupan hutan. Skenario
yang memiliki luas tutupan hutan paling besar bila dibandingkan dengan prediksi 2025 business as usual maupun tutupan hutan tahun 2013 merupakan skenario
yang dianggap paling ideal.
Skenario di daerah penyangga TNGMb diarahkan agar sesuai dengan pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Semarang, Boyolali dan
Magelang. Skenario yang memiliki ketidaksesuaian paling kecil dengan pola ruang pada RTRW merupakan skenario yang paling ideal untuk mengendalikan
perubahan penggunaan lahan. Selanjutnya dapat dirumuskan suatu arahan penggunaan lahan pada lahan yang diprediksi masih tidak sesuai dengan pola
ruang pada RTRW.