Perumusan Masalah Land Use Change Analysis and Land Use Direction in Mount Merbabu National Park and its Buffer Zone

7

2.3 Sistem Informasi Geografis

Konsep sistem informasi geografis SIG telah diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-an, dan kini telah dimanfaatkan di berbagai bidang baik pemerintahan maupun swasta. Kemampuan dasar dari SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query, menganalisisnya, dan menyimpan serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lain. Komponen SIG terdiri atas hardware, software, data, dan user. Dengan adanya SIG diharapkan tersedia informasi yang cepat, benar dan akurat tantang keadaan di lingkungannya Qoriani 2012. Menurut Iskandar dan Hartati 2012, SIG sebagai salah satu alat yang bermanfaat untuk menangani data spasial dan menyimpan format digital. SIG juga dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang interaktif, menarik, dan menantang di dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian, pembelajaran mengenai konsep lokasi, ruang spasial, kependudukan dan unsur- unsur geografis yang terdapat di permukaan bumi berikut data-data atribut terkait yang menyertainya. SIG adalah alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menerima, mengubah, dan menampilkan data spasial untuk seperangkat tujuan tertentu. SIG juga memungkinkan untuk penggunaan seperangkat operasi sederhana seperti tumpah susun overlay, klasifikasi, interpolasi, agregasi informasi spasial yang dapat menghasilkan informasi tambahan dalam memprediksi dampak. Misalnya, dampak okupasi tanah pertanian, gangguan ekologis pada daerah sensitif, gangguan air, serta perubahan aksesibilitas yang dapat langsung diprediksi dari informasi yang tersimpan dalam SIG dengan cara operasi overlay data tematik Antunes et al. 2001. Rivas et al. 1994 dalam Antunes et al. 2001 menyatakan bahwa SIG menyajikan suatu metodologi untuk evaluasi dampak rencana tata guna lahan, berdasarkan perhitungan indeks dampak yang diperoleh dengan cara overlay rencana tata guna lahan dengan peta tematik. Selanjutnya Smit dan Spaling 1995 dalam Antunes et al. 2001 merujuk beberapa penelitian di mana SIG telah diterapkan untuk mengevaluasi efek kumulatif melalui analisis deret waktu time series. Perkembangan penggunaan SIG muncul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling terkait. Pertama, terdapat banyak produk perangkat lunak SIG yang tersedia dari vendor komersial dan universitas. Kedua, teknologi komputer terkini mampu menangani banyak komputasi, pengambilan, dan masalah penyimpanan data dalam jangka waktu dan biaya yang wajar. Ketiga, tampilan grafis komputer dan plotter yang canggih, cepat, serta menghasilkan keluaran hasil yang beresolusi tinggi. Keempat, vendor data geografis serta instansi pemerintah seperti Lembaga Sensus Pemerintah telah menyediakan sejumlah besar data geografis dengan biaya yang wajar. Kelima, penggunaan penginderaan jauh telah diperluas, terutama dalam pemantauan lingkungan. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan sistem yang mampu menangani data dalam jumlah besar serta berfungsi sebagai sumber utama informasi penutupan lahan. Keenam, munculnya Global Positioning System GPS telah mempermudah pengumpulan informasi lokasi data atribut dengan biaya yang relatif rendah dan akurasi yang relatif tinggi. 8 Faktor-faktor tersebut menyumbang kontribusi pada pertumbuhan industri SIG Church 2002.

2.4 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek daerah atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer 1997. Somantri 2008 menyatakan bahwa penginderaan jauh adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data tentang permukaan bumi yang menggunakan media satelit ataupun pesawat terbang. Sutanto 1986 dalam Somantri 2008 menyebutkan bahwa terdapat beberapa alasan yang melandasi peningkatan penggunaan citra penginderaan jauh, yaitu : Pertama, citra menggambarkan obyek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan letaknya yang mirip dengan di permukaan bumi. Kedua, citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala yang relatif lengkap, meliputi daerah yang luas dan permanen. Ketiga, dari jenis tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan stereoskop. Keempat, citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial. Jianzhong et al. 2011 menyatakan bahwa penginderaan jauh mampu menyediakan data suatu wilayah tertentu dalam beberapa fase yang berbeda, sehingga kondisi dinamis dari vegetasi di suatu daerah tertentu bisa didapatkan. Teknologi penginderaan jauh menyediakan informasi tutupan vegetasi yang akurat. Data yang diperoleh pada fase waktu yang berbeda dapat menyediakan informasi perubahan penutupan vegetasi di suatu daerah. Kemudian, distribusi spasial perubahan tersebut dianalisis dengan SIG yang mampu mewujudkan pemantauan dinamis perubahan tutupan vegetasi. SIG dan penginderaan jauh adalah seperangkat alat yang kuat dan hemat biaya untuk menilai dinamika spasial-temporal dari perubahan penutupan dan penggunaan lahan. Penginderaan jauh menyediakan data proses dan pola perubahan penggunaan lahan secara multi-temporal, sedangkan SIG berguna untuk analisis dan pemetaan pola perubahan yang ada. Selain itu, retrospektif dan konsistensi cakupan sinoptik dari satelit sangat berguna pada daerah-daerah dimana perubahan terjadi secara cepat Selanjutnya, karena arsip digital data penginderaan jauh memberikan kesempatan untuk mempelajari sejarah perubahan penggunaan lahan, pola perubahan tersebut dapat dievaluasi dalam kaitannya dengan faktor lingkungan dan manusia Dewan dan Yamaguchi 2009. Interpretasi visual dapat diartikan sebagai usaha mengenali suatu kenampakan obyek pada citra satelit melalui suatu proses dalam otak manusia kemudian menjadikannya sebagai informasi yang berguna Lillesand dan Kiefer 1997. Sutanto 1999 dalam Somantri 2008 mengemukakan bahwa interpretasi citra pada dasarnya terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu 1 penyadapan data dari citra dan 2 penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Penyadapan data dari citra berupa pengenalan obyek yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke tabel, grafik dan peta tematik. Obyek yang telah dikenali jenisnya kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasi dan digambarkan pada peta.