Pendapatan total yang diperoleh dari pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di Desa Mamahak Teboq adalah Rp 1.834.800.000tahun yang terdiri dari nilai
manfaat HHBK nabati sebesar Rp 130.752.000,tahun dan nilai manfaat HHBK hewani Rp 1.704.048.000,tahun sedangkan di Desa Lutan nilai manfaat yang
diperoleh adalah sebesar Rp 744.690.000,tahun yang terdiri dari nilai manfaat HHBK nabati sebesar Rp 359.250.000,tahun dan nilai manfaat HHBK hewani
Rp 385.440.000,tahun. Jika dibandingkan, Desa Mamahak Teboq memanfaatkan HHBK lebih banyak dibandingkan Desa Lutan yang dilihat dari total pendapatan
mereka. Selain dari segi pendapatannya, responden di Desa Mamahak Teboq juga memanfaatkan HHBK yang lebih beragam jika dibandingkan dengan responden
di Desa Lutan.
Sangat nyata terlihat bahwa beberapa jenis hasil hutan baku kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat memberikan sumbangan cukup besar bagi
pendapatan keluarga.
5.4 Pendapatan di luar pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh responden yang bersal dari pemanfaatan di luar hasil hutan. Pendapatan tersebut dapat
berasal dari usaha pertanian,berdagang, peternakan, karyawan dan lainlain sesuai dengan mata pencaharian mereka. Pendapatan responden Desa Mamahak Teboq
dan Desa Lutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 31 Pendapatan di luar pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
No Pendapatan di luar
Jumlah pemanfaat orang
Total Persentase hasil hutan Rptahun
Mamahak Teboq Lutan 1 1.000.000
7 8
15 25
2 1.000.0005.000.000
6 8
14 23,33
3 5.000.00010.000.000
3 4
7 11,67
4 10.000.00015.000.000
5 5
10 16,67
5 15.000.00020.000.000
7 3
10 16,67
6 20.000.000
2 2
4 6,67
Total 30
30 60
100
Hasil penelitaian yang disajikan pada Tabel 31 menunjukkan bahwa 23,33 responden memiliki pendapatan antara Rp 1.000.000Rp 5.000.000 per tahun.
Sebagian besar responden yang memiliki pendapatan tersebut memperoleh pendapatannya berasal dari beternak dan sebagai karyawan.
Berdasarkan Keputusan Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, upah minimal regional UMR masyarakat di Kabupaten Kutai
Barat 2011 adalah sebesar Rp 1.085.000Bln. Dari data responden, dapat dilihat bahwa dengan indikator UMR tersebut sebanyak 83,3 pendapatan responden di
Desa Lutan dan 46,73 di Desa Mamahak Teboq berada di bawah UMR.
Menurut Hartono dan Arnicun Azizi 2008, klasifikasi atau penggolongan seseorangmasyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan menggunakan tolok
ukur yang umum dipakai adalah tingkat pendapatan dan kebutuhan relatif. Tingkat pendapatan merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan Indonesia
untuk menentukan besarnya jumlah orang miskin. Besarnya jumlah orang miskin adalah batasan tingkat pendapatan per waktu kerja Rp 30.000,per bulan atau
lebih rendah yang dibuat pada tahun 19761977, selain itu juga dibuat berdasarkan batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi yang diambil
persamaannya dalam beras.
Menurut Sajogyo 1996 menyatakan bahwa batas minimal kemiskinan adalah mereka yang mengkonsumsi beras kurang dari 240320 kg beras di desa
dan 360480 kg di kota per tahun. Berdasarkan data dari hasil penelitian, sesuai indikator garis kemiskinan Sajogyo responden di Desa Mamahak Teboq sebanyak
3,3 tergolong miskin M dan 96,7 responden tergolong tidak miskin TM. Di Desa Lutan, sebanyak 33,33 responden tergolong miskin M dan 66,77
responden tergolong tidak miskin TM. Sedangkan garis kemiskinan masyarakat yang tinggal di pedesaan di Kalimantan Timur yang dibuat oleh BPS tahun 2011
adalah Rp. 248.583bulan. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut didapat bahwa responden di Desa Mamahak Teboq sebanyak 6,67 responden tergolong miskin
M dan 93,33 responden tergolong tidak miskin TM sedangkan di Desa Lutan sebanyak 50 tergolong miskin M dan 50 tergolong tidak miskin TM.
Selain tingkat pendapatan, Hartono dan Arnicun Azizi 2008 juga menyatakan bahwa tolok ukur kemiskinan dapat diukur dari kebutuhan relatif per
keluarga yang batasannya dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi sehingga sebuah keluarga dapat melangsungkan kehidupannya secara
sederhana tapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Kebutuhan kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan sewa rumah dan mengisi rumah
dengan peralatan rumah tangga yang sederhana tapi memadai, biaya untuk memelihara kesehatan dan untuk pengobatan, biaya untuk menyekolahkan anak
anak, biaya untuk sandang dan pangan sederhana tetapi mencukupi dan memadai.
5.5 Pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan