Bagi banyak keluarga, berjualan hasil hutan dan hasil wanatani agroforest merupakan sumber pendapatan utama untuk dapat membiayai kehidupan, sarana
produksi, sekolah dan kesehatan.
Jawaban responden mengenai beberapa pertanyaan tentang sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap sumber daya hutan sebagai salah satu sumber pendapatan responden tergolong tinggi. Hal ini karena sebagian
besar responden memperoleh pendapatan mereka dengan memanfaatkan hasil dari sumber daya hutan.
3. Pemahaman responden tentang kerusakan dan kondisi hutan
Kebanyakan komunitas yang hidup dan bergantung dengan keberadaan hutan tidak menyebabkan deforestasi, karena umumnya, komoditi yang dipungut
hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Kerusakan hutan dapat terjadi apabila sumber daya hutan dimanfaatkan tanpa diikuti dengan pemeliharaannya.
Tabel 37 Pemahaman Responden tentang kerusakan dan kondisi hutan
No Pernyataan
Distribusi Pemahaman Mamahak Teboq
Lutan TS
R S
TS R
S 1 Keadaan hutan semakin rusak tahun
13,33 0,00 86,67 0,00
6,67 93,33 dibanding sebelumnya
2 Persediaan SDH yang Anda 16,67
6,67 76,67 3,33 6,67 90,00
manfaatkan semakin berkurang di hutan
3 Perambahan hutan merupakan salah 3,33
0,00 96,67 10,00 3,33 86,67 satu faktor terjadinya kerusakan
hutan 4 Pemanfaatan hasil hutan yang terus 13,33 10,00 76,67 10,00 0,00 90,00
Menerus dapat mempengaruhi ketersediaan hasil hutan tersebut
5 Ketersediaan kayu di hutan semakin 6,67
0,00 93,33 0,00 10,00 90,00 Terbatas
6 Luas hutan di daerah anda semakin 23,33 3,33 73,33 0,00 20,00 80,00
Berkurang
0 6 . 4
6 4
6 .
Sebanyak 86,67 responden Desa Mamahak Teboq dan 93,33 responden Desa Lutan mengatakan bahwa keadaan hutan semakin rusak dibanding tahun
sebelumnya. Alasan mereka setuju dengan pernyataan tersebut karena hutan di sekitar tempat tinggal mereka dirasakan semakin rusak dengan keberadaan
pemegang hak pengusaahaan hutan IUPHHK. Sesuai hasil wawancara pada responden, adanya kegiatan penebangan dan pembukaan hutan untuk penyaradan
kayu mengakibatkan menurunnya potensi sumber daya hutan yang mereka manfaatkan termasuk HHBK berupa satwa liar. Menurut mereka, habitat saywa
liar telah terganggu dengan adanya aktifitas perusahaan, sehingga menurunkan hasil buruan dari jenis satwa liar. Selain menurunkan potensi HHBK, aktifitas
perusahaan juga berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya hutan.
Gambar 10 a Kerusakan hutan akibat pembukaan jalan sarad bKerusakan hutan akibat penebangan pohon.
Semakin banyak hutan yang rusak maka semakin banyak juga komoditi HHBK yang hilang. Persediaan sumber daya hutan yang dimanfaatkan akan
semakin berkurang di hutan. Sebanyak 76,67 responden Desa Mamahak Teboq dan 90 responden Desa Lutan setuju dengan pernyataan tersebut dengan alasan
bahwa HHBK yang biasanya mereka manfaatkan yang dulu cukup berlimpah kini semakin berkurang keberadaannya dan bahkan ada yang sudah langka. Hal ini
menyulitkan mereka dalam memanfaatkan sumber daya yang mereka butuhkan. Namun terdapat 3,33 responden tidak setuju persediaan sumber daya hutan
semakin berkurang di hutan dengan alasan persediaan SDH yang mereka manfaatkan akan selalu berkesinambungan. Apabila ada yang dimanfaatkan maka
akan berkembang biak lagi sehingga tidak akan pernah habis.
Masyarakat juga menyadari bahwa perambahan hutan merupakan salah satu terjadinya kerusakan hutan, sebanyak 96,67 responden Desa Mamahak Teboq
dan 86,67 responden Desa Lutan setuju dengan pernyataan tersebut. Jawaban
responden mengenai beberapa pertanyaan tentang sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan menurut skala Likert tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman responden terhadap kerusakan hutan tergolong tinggi.
Luas hutan semakin lama semakin berkurang karena banyaknya terjadi degradasi dan deforestasi yang merupakan bukti lemahnya konsep pengelolaan
hutan di Indonesia. Sampai tahun 2009 kerusakan hutan Indonesia telah merambah ke hutan lindung dan hutan konservasi secara serius. Kualitas
kehidupan masyarakat terasa semakin menurun dengan nuansa ketertinggalan. Sebanyak 73,33 responden Desa Mamahak Teboq dan 80 Desa Lutan
menyatakan bahwa luas hutan di daerah tempat tinggal mereka semakin berkurang. Tapi ada juga beberapa orang responden yang tidak setuju dengan
pernyataan tersebut dengan alasan perusahaan telah menerapkan program penanaman bibit pohon di lahan kosong. Hanya beberapa responden yang
mengetahui informasi tersebut.
Eksploitasi hutan yang terus menerus tanpa diikuti pemeliharaan tentu akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kayu di hutan. Sebanyak 76,67
responden Desa Mamahak Teboq dan 90 Desa Lutan memahami bahwa pemanfaatan hasil hutan yang terus menerus dapat mempengaruhi ketersediaan
hasil hutan tersebut. Responden banyak yang menilai bahwa hasil hutan yang biasa mereka manfaatkan banyak mengalami penurunan kuantitas, terutama satwa
buruan sebagai sumber protein andalan mereka dan sumber pemenuhan kebutuhan seharihari mereka untuk dijual. Namun ada beberapa responden yang tidak setuju
dengan pernyataan tersebut dengan alasan meski hasil hutan dimanfaatkan secara terusmenerus hasil hutan tersebut akan kembali tumbuh dengan sendirinya.
Sebanyak 93,33 responden Desa Mamahak Teboq dan 90 Desa Lutan menyatakan bahwa ketersediaan kayu di hutan semakin terbatas. Mereka setuju
dengan pernyataan tersebut dengan alasan bahwa mereka semakin kesulitan untuk mendapatkan dan memanfaatkan kayu dari hutan.
Dari beberapa pertanyaan tentang perkembangan kondisi hutan menurut skala Likert adalah tinggi. Sebagian besar responden menjawab setuju dari setiap
pertanyaan sehingga memiliki tingkat pemahamn yang tinggi.
4. Pemahaman responden tentang ladang berpindah