Sediaan Tegakan Hutan Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (hhbk) oleh masyarakat desa sekitar hutan di IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER Samarinda, Kalimantan Timur

Perkiraan kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER setelah dilakukan analisi dan koreksi terhadap areal yang tertutup awan serta prognosa realisasi tebangan sampai dengan akhir tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 Perkiraan kondisi penutupan lahan di Areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER pada akhir 2010 No Penutupan lahan Fungsi dan peruntukan hutan Ha HPT HP BZ HL Jumlah 1 Hutan primer 2.487 4.330 332 7.149 7,6 2 Hutan bekas tebangan 16.431 58.269 2.432 75.123 82,6 3 Non hutan 477 8.464 233 9.144 9,8 Jumlah 17.356 73.072 2.997 93.425 1000 Sumber: Peta penafsiran citra Landsat PathRow 11760 liputan 11 Februari 2010 yang dimozaick dengan PathRow 11860 liputan tanggal 2 Februari 2009, dengan koreksi terhadap areal yang tertutup awan dan prognosa realisasi tebangan sampai dengan RKT 2010 Areal tidak berhutan lokasinya berada dalam satu hamparan yang relatif kompak, yang lokasinya berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain APL di luar areal IUPHHK. Areal tersebut dalam kenyataanya di lapangan, sebagian besar merupakan lahan garapan masyarakat dalam bentuk ladang atau sawah tadah hujan.

b. Sediaan Tegakan Hutan

Hutan alam pada areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER merupakan hutan hujan tropika basah dengan ekologi hutan tanah kering yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi dari kelompok Dipterocarpaceae, antara lain: Meranti, Kapur, Bangkirai, Mersawa dan jenis Non Dipterocarpaceae, antara lain: Bintangur, Benuang, Nyatoh, dan lainlain. Hutan areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER ini merupakan habitat berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara alami, yang terdiri dari berbagai jenis hasil hutan baik kayu maupun nir kayu. Tegakan yang ada merupakan tegakan campuran yang terdiri dari berbagai jenis pohon dengan komposisi jenis dan kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan kerapatan tegakan yang cukup bervariasi sesuai kondisi tempat tumbuh dan faktor lingkungan lainnya. Tegakan yang ada pada umumnya adalah jenisjenis pohon berdaun lebar, baik jenis komersil maupun non komersil. Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala IHMB yang dilakukan pada November 2008Januari 2009 diperoleh ratarata sediaan tegakan per hektar pada areal berhutan jenis komersil dengan kelas diameter 1019 cm sebanyak 209,26 batangha, dan kelas diameter 40 cm ke atas adalah 136,02 m 3 ha dengan jumlah pohon 32,69 batangha. Tabel 11 Sediaan Tegakan di Areal berhutan IUPHHK PT RATAH TIMBER berdasarkan hasil IHMB No Kelompok Jenis Ø 1019 cm Ø 2039 cm Ø 40 cm up N Btg N Btg V M 3 N Btg V M 3 1 Meranti 10,368,106 3,617,947 2,345,957.39 1,597,826 7,173,354.29 2 Rimba campuran 3,504,298 1,719,463 1,131,052.48 569,201 1,877,237.70 3 Kayu indah 382,177 179,203 108,284.91 59,470 215,292.79 Jumlah 14,254,580 5,516,613 3,585,294.78 2,226,497 9,265,884.79 Ratarataha 209,26 80.98 52.63 32.69 136.02 Sumber: RKUPHHKHA PT. Ratah Timber Tahun 2010 Berdasarkan hasil IHMB tersebut diketahui bahwa di areal IUPHHK PT. RATAH TIMBER masih cukup baik dan layak untuk dikelola dan diusahakan secara berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan prinsipprinsip pengelolaan hutan lestari, khususnya dalam hal pengaturan hasil hutan yang didasarkan pada sediaan tegakan dan kemampuan regenerasi dari hutan di areal tersebut. c. Hasil Hutan Bukan Kayu Mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar adalah petani ladang yang diwariskan secara turun temurun dan bisa dinyatakan sebagai Keluarga Pertanian. Kebutuhankebutuhan dasar masyarakat di sebagian wilayah seperti di Datah Bilang Ulu yang memiliki areal pertanianladang cukup luas dan cukup ekspansif sudah terintegrasi dengan ekonomi pasar dan berorientasi pada surplus. Areal ladang pertanian menunjukkan mereka telah menanam berbagai komoditas pertanian, antara lain: kakao, nenas, wijen, pisang dan sebagian dari mereka bahkan ada yang lahannya konflik dengan masyarakat Sirau. Tabel 12 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Laham dan Long Hubung Mata Pencaharian Desa Lutan Danum Paroy Long Gelawang Mamahak Teboq Orang Orang Orang Orang Bertani 204 94 110 80 108 88 305 80 Berdagang 7 3 5 4 2 2 19 5 Swasta 4 2 20 15 38 10 Cari hasil hutan 10 8 11 3 PNS 3 1 2 1 3 2 8 2 beternak Jumlah 218 100 137 100 123 100 381 100 Sumber: Data primer dari Studi PRA WWF Indonesia, 2010 Sebagian besar masyarakat masih memiliki ketergantungan dengan sumberdaya hutan dan sumberdaya alam. Pola perladangan gilir balik lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pokok padi, buahbuahan, sayur mayur, mencari ikan di sungai, mencari produkproduk non kayu seperti rotan dan gaharu menunjukkan mereka masih sangat kuat keterikatannya terhadap hutan. Namun sebagian masyarakat memperlakukan hutan sebagai tempat yang tidak secara langsung menyediakan karbohidrat, protein, dan obatobatan tradisional tetapi sebagai sumber mata pencaharian yang dapat menghasilkan uang tunai. Pohon tengkawang masih banyak di jumpai dilapangan dan dinyatakan sebagai pohon yang dilindungi. Hasil minyak dari biji tengkawang digunakan sebagai bahan kosmetik dan campuran makanan seperti untuk campuran coklat. Tengkawang ini memiliki pola musim perbuahan yang cukup lama sekitar 37 tahun. Suku Dayak Kalimantan mempunyai kebiasaan dan sering mengumpulkan biji tengkawang ini untuk dijual sebagai penghasilan mereka. Berdasarkan data HCVF oleh PT. RATAH TIMBER beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa diambil oleh di areal perusahaan diantaranya adalah pasak bumi, urat bumi, akar kuning, tapak barito, sarang semut, putik mambo, dan daun berubung. Pasak bumi biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit demam dan sakit pinggang. Akar kuning biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria, perut kembung dan liver. Sedangkan sarang semut biasanya digunakan untuk menyembuhkan penyakit maag lambung. Obatobatan ini banyak dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat pada saat hutan baru dibuka pada kegiatan penebangan. Selain sebagai sumber protein, masyarakat juga memanfaatkan satwa liar hasil buruan sebagai sumber pendapatan mereka. Seirng sekali mereka melakukan perburuan liar seperti pemasangan jerat. Awalnya jerat diperuntukan untuk babi namun beberapa jenis satwa lainnya ikut terjerat didalamnya seperti payau atau ayam butan. Beberapa jenis satwa liar yang terdapat dan masih ditemui di kawasan hutan PT. RATAH TIMBER, antara lain: babi hutan, rusapayau, kijang, ayam hutan, kancil, banteng, kera, landak, musang,owa, burung enggang, burung merak, burung sempidan, burung pelatuk, beruang madu, kucing hutan, musang, bajing, tupai, dan beberapa jenis satwa liar lain. 1 Berdasarkan identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER, sebagian besar penduduk setempat takut ular, sekalipun dengan yang berukuran kecil. Selain spesies phyton yang mereka makan, penduduk setempat enggan untuk menangkap ular yang lain. Di antara spesies kadal, hanya biawak - yang dikenal dan diburu oleh penduduk setempat. Seluruh spesies kurakura dimakan oleh penduduk setempat, khususnya labilabi suku kurakura yang berperisai lunak, yang berukuran besar, sering ditangkap dengan menggunakan pancing berumpan. Empedu labilabi memiliki nilai yang sangat tinggi bagi masyarakat setempat karena reputasinya sebagai obatobatan yang berkhasiat. Sementara buaya senyulong , hidup di sungaisungai di dalam dan sekitar areal konsesi PT. RATAH TIMBER. Saat ini buaya sangat jarang ditemukan di wilayah ini, meskipun penduduk setempat menyatakan bahwa buaya masih dapat di temukan di daerah hulu Sungai Dason, Sungai Ratah dan Sungai Pariq. Sejumlah masyarakat mengungkapkan bahwa setidaknya ada satu buaya berukuran besar masih hidup di sekitar muara Sungai Pariq dan Sungai Dason. Satwa cenderung berpindah ke tempat migrasi yang dirasa aman atau tempat lain yang cukup menyediakan kebutuhan hidupnya. Sebagai contoh di sungai batu sebelum dilakukan pemanenan secara besarbesaran dan merata, masih sering di jumpai kawanan banteng . berendam dan minum di 1Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di areal konsesi PT. RATAH TIMBER Tahun 2010 sungai tersebut. Namun pada saat ini banteng sulit ditemukan dan bahkan tidak dijumpai lagi di wilayah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisai kawasan yang dapat mendukung konservasi keanekaragaman jenis di seluruh kawasan IUPHHK PT. RATAH TIMBER.

4.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi a. Kependudukan