Proses Pembuatan Yoghurt Yoghurt

14 fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar mengatasi konstipasi dan diare, memiliki efek anti kanker, dapat mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah. Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno 2002, susu yang telah mengalami fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar 75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan.

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt

Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt. Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi Tamime dan Robinson 1989. Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata. Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen Tamime dan Robinson 1989. Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran lebih homogen Tamime dan Robinson 1989. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1 mendenaturasi whey protein albumin dan globulin agar susu yang dihasilkan kental, 2 15 menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3 mengurangi jumlah O 2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4 merusak protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya Tamime dan Robinson 1989. Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus Tamime dan Robinson 1989. Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses fermentasi inkubasi dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang yang menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6. Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian disimpan pada suhu dingin Tamime dan Robinson 1989.

2.7. Penelitian Terdahulu