Susu Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat Sudono, 1999. Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya, sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah kurang dari 20 ekor. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat menyebabkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian Sudono et al. 2003. Sudono 1999, menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu: 1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap 2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori 3. Memberikan jaminan pendapatan 4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun 5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi perah sebagai pupuk.

2.2. Susu

Menurut Edelsten 1988, secara umum susu adalah sekresi kelenjar ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. 1992 menambahkan, secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Menurut 9 SNI No 01-3141-1998 Dewan Standardisasi Nasional 1998 susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana pemberian pakan Sudono et al. 1999. Menurut Imelda dan Edward 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan yang diberikan. Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan Produksi Air Susu liter Frekuensi Pemerahan kali 5 1 5-10 2 10-20 3 20-40 4 Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat 2002 Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah. Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya Sudono et al. 2003. 10 Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak mudah berkembang biak Sudono et al. 2003.

2.4. Produksi Susu