b. Drug-Sensitive Active Tuberculosis

angka tuberkulosis aktif dan kematian, dan perlindungan terhadap tuberkulosis menurun dalam beberapa bulan setelah berhentinya terapi isoniazid Zumla et al.,

2013. b. Drug-Sensitive Active Tuberculosis

Pengobatan tuberkulosis yang efektif membutuhkan diagnosis yang akurat dan dini, skreening untuk resistensi obat dan HIV, pemberian regimen yang efektif di bawah supervisi, dan adanya dukungan pada pasien untuk memenuhi seluruh rangkaian pengobatan. Standar terbaru regimen pengobatan dengan empat obat isoniazid, rifampin, pyrazinamide, dan ethambutol mencapai angka kesembuhan lebih dari 95 pada kondisi percobaan dan lebih dari 90 pada pengobatan dengan kelalaian program kontrol tuberkulosis. Pengobatan membutuhkan minimum 6 bulan dengan 2 fase: 2 bulan dengan semua obat pada fase intensif dan 4 bulan dengan isoniazid dan rifampin pada fase lanjutan. Faktor risiko kekambuhan mencakup kavitasi, luasnya penyakit, imunosupresi, dan kultur sputum yang tetap positif pada 8 minggu. Jika ada dari faktor risiko tersebut, terapi dapat diperpanjang hingga 9 bulan Zumla et al., 2013. Tantangan terapi mencakup ketidakkonsistenan kualitas obat, kebutuhan untuk menjamin pemberian obat diobservasi secara langsung dan bahwa dukungan lain disediakan bagi pasien, gangguan pengobatan dan perubahan regimen karena efek samping, efek toksik, interaksi farmakokinetik terutama dengan terapi antiretroviral pada pasien dengan koinfeksi HIV, dan isu pemenuhan terapi terkait periode pengobatan yang Zumla et al., 2013. Universitas Sumatera Utara

c. Multidrug-Resistant Tuberculosis MDR TB

Pengobatan MDR TB berdasarkan pada opini para ahli dan membutuhkan ciptaan kombinasi regimen obat yang dipilih dari lima kelompok hirarki obat- obatan dari garis pertama dan garis kedua. Terapi berkaitan dengan risiko tinggi terhadap intoleransi dan efek toksik serius. Regimen dapat dipilih berdasarkan standar atau empiris dan kemudian diganti pada terapi individu setelah data dianggap uji kerentanan obat menjadi ada. Akan tetapi, uji kerentanan obat yang reliabel tidak secara luas tersedia ada di daerah dimana endemik tuberkulosis, terutama pada obat garis kedua Zumla et al., 2013. Pedoman pengobatan WHO untuk MDR TB merekomendasikan bahwa pada fase intensif terapi diberikan paling sedikit 8 bulan. Fluoroquinolone dan agen yang dapat diinjeksikan secara rutin dimasukkan untuk menghasilkan regimen dengan sedikitnya empat obat pada garis kedua yang akan memiliki kepastian dan hampir pasti efektif, seperti pyrazinamide. Terapi harus diberikan untuk sekurangnya 20 bulan pada pasien yang tidak menerima pengobatan untuk MDR TB sebelumnya dan sampai 30 bulan bagi mereka yang sudah menerima pengobatan sebelumnya Zumla et al., 2013. Sebuah penelitian observasional menunjukkan bahwa regimen yang lebih pendek, dengan pengobatan yang diberikan 9 sampai 12 bulan, memiliki efikasi yang dapat diterima dan beberapa reaksi merugikan pada populasi dengan pajanan terhadap obat garis kedua. Regimen ini lebih luas dievaluasi terus menerus dengan regimen pengobatan standar pada pasien dengan MDR TB. Sejak hampir semua Universitas Sumatera Utara obat yang direkomendasikan memiliki efek samping yang serius yang membuat kesulitan pada pengobatan, kosultasi pada para ahli selalu disarankan untuk pengobatan MDR TB Zumla et al., 2013. 2.2. Konsep Diri 2.2.1 Definisi konsep diri Konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri yang positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi interaksinya dengan orang lain Kozier, Erb, Berman Snyder, 2010. Roy 1999 dalam Marriner Tomey dan Alligood 2006 mengatakan bahwa konsep diri adalah gabungan dari keyakinan dan perasaan yang seseorang pegang mengenai dirinya pada suatu waktu; dibentuk dari persepsi internal dan reaksi terhadap persepsi orang lain. Pengalaman individu dan interpretasi dari lingkungan membentuk persepsi diri. Oleh karena itu, perasaan yang diterima oleh karena penyakit dan pengobatan dapat mempengaruhi konsep diri dan perilaku seseorang. Roy dan Andrew mengidentifikasi 5 aspek yang berbeda dari konsep diri, yang terdiri dari citra tubuh, sensasi tubuh, ideal diri, konsistensi diri dan moral-etik-spiritual diri. Sensasi tubuh adalah bagaimana perasaan seseorang dan pengalaman sebagai dirinya. Citra tubuh adalah bagaimana pandangan seseorang Universitas Sumatera Utara terhadap dirinya secara fisik dan pandangan seseorang terhadap penampilan personal. Konsistensi diri adalah bagian dari diri yang berusaha untuk mempertahankan organisasi diri yang konsisten dan mencegah ketidakseimbangan. Ideal diri adalah apa yang seseorang inginkan atau mampu lakukan. Moral-etikal-spiritual diri adalah aspek dari diri yang terdiri dari sistem kepercayaan dan evaluasi dari relasi di seluruh bidang.

2.2.2. Dimensi Konsep Diri

Dokumen yang terkait

Hubungan Motivasi Perawat dan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

11 84 207

Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

5 94 131

Pengaruh Faktor Sosial Budaya dan Personal terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

2 67 151

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Pada Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

1 74 121

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

Hubungan Caring Process dengan Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien rawat inap di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

0 0 23

HUBUNGAN CARING PROCESS DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA LUBUK PAKAM TESIS

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tuberkulosis (TB) Paru 2.1.1. Definisi TB Paru - Korelasi Konsep Diri dengan Kepatuhan Pasien TB Paru dalam Menjalani Pengobatan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

0 0 32

Korelasi Konsep Diri dengan Kepatuhan Pasien TB Paru dalam Menjalani Pengobatan di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam

0 1 18