c. Multidrug-Resistant Tuberculosis MDR TB
Pengobatan MDR TB berdasarkan pada opini para ahli dan membutuhkan ciptaan kombinasi regimen obat yang dipilih dari lima kelompok hirarki obat-
obatan dari garis pertama dan garis kedua. Terapi berkaitan dengan risiko tinggi terhadap intoleransi dan efek toksik serius. Regimen dapat dipilih berdasarkan
standar atau empiris dan kemudian diganti pada terapi individu setelah data dianggap uji kerentanan obat menjadi ada. Akan tetapi, uji kerentanan obat yang
reliabel tidak secara luas tersedia ada di daerah dimana endemik tuberkulosis, terutama pada obat garis kedua Zumla et al., 2013.
Pedoman pengobatan WHO untuk MDR TB merekomendasikan bahwa pada fase intensif terapi diberikan paling sedikit 8 bulan. Fluoroquinolone dan agen
yang dapat diinjeksikan secara rutin dimasukkan untuk menghasilkan regimen dengan sedikitnya empat obat pada garis kedua yang akan memiliki kepastian dan
hampir pasti efektif, seperti pyrazinamide. Terapi harus diberikan untuk sekurangnya 20 bulan pada pasien yang tidak menerima pengobatan untuk MDR
TB sebelumnya dan sampai 30 bulan bagi mereka yang sudah menerima pengobatan sebelumnya Zumla et al., 2013.
Sebuah penelitian observasional menunjukkan bahwa regimen yang lebih pendek, dengan pengobatan yang diberikan 9 sampai 12 bulan, memiliki efikasi
yang dapat diterima dan beberapa reaksi merugikan pada populasi dengan pajanan terhadap obat garis kedua. Regimen ini lebih luas dievaluasi terus menerus dengan
regimen pengobatan standar pada pasien dengan MDR TB. Sejak hampir semua
Universitas Sumatera Utara
obat yang direkomendasikan memiliki efek samping yang serius yang membuat kesulitan pada pengobatan, kosultasi pada para ahli selalu disarankan untuk
pengobatan MDR TB Zumla et al., 2013.
2.2. Konsep Diri 2.2.1 Definisi konsep diri
Konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep
diri yang positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu
yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara
pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi interaksinya dengan orang lain Kozier, Erb, Berman Snyder, 2010.
Roy 1999 dalam Marriner Tomey dan Alligood 2006 mengatakan bahwa konsep diri adalah gabungan dari keyakinan dan perasaan yang seseorang pegang
mengenai dirinya pada suatu waktu; dibentuk dari persepsi internal dan reaksi terhadap persepsi orang lain. Pengalaman individu dan interpretasi dari
lingkungan membentuk persepsi diri. Oleh karena itu, perasaan yang diterima oleh karena penyakit dan pengobatan dapat mempengaruhi konsep diri dan perilaku
seseorang. Roy dan Andrew mengidentifikasi 5 aspek yang berbeda dari konsep diri, yang terdiri dari citra tubuh, sensasi tubuh, ideal diri, konsistensi diri dan
moral-etik-spiritual diri. Sensasi tubuh adalah bagaimana perasaan seseorang dan pengalaman sebagai dirinya. Citra tubuh adalah bagaimana pandangan seseorang
Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya secara fisik dan pandangan seseorang terhadap penampilan personal. Konsistensi diri adalah bagian dari diri yang berusaha untuk
mempertahankan organisasi
diri yang
konsisten dan
mencegah ketidakseimbangan. Ideal diri adalah apa yang seseorang inginkan atau mampu
lakukan. Moral-etikal-spiritual diri adalah aspek dari diri yang terdiri dari sistem kepercayaan dan evaluasi dari relasi di seluruh bidang.
2.2.2. Dimensi Konsep Diri
a. Pemahaman diri: pemahaman yang dimiliki individu mengenai dirinya,
termasuk daya tilik diri terhadap kemampuan, sifat, dan keterbatasan dirinya
b. Pengharapan diri: harapan individu, mungkin berupa harapan realistis atau
tidak realistis c.
Sosial diri: cara pandang orang lain dan masyarakat terhadap individu d.
Evaluasi sosial: penilaian individu dalam hubungan dengan orang lain, kejadian, atau situasi Kozier et al., 2010.
2.2.3. Komponen Konsep Diri
Konsep diri mencakup semua persepsi diri yaitu penampilan, nilai dan keyakinan, yang memengaruhi perilaku dan ditunjukkan ketika menggunakan
kata-kata saya atau aku Kozier et al., 2010. Konsep diri yang positif memberikan rasa berarti, menyeluruh, dan konsisten pada seseorang. Konsep diri
yang sehat memiliki derajat stabilitas yang tinggi dan menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Komponen konsep diri yang sering dipertimbangkan adalah
identitas, citra tubuh, dan penampilan peran. Harga diri sangat berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
konsep diri. Harga diri berasal dari konsep diri, dan harga diri mempengaruhi konsep diri Potter Perry, 2009.
a. Identitas
Identitas meliputi perasaan internal akan individualitas, menyeluruh, dan konsistensi seseorang pada waktu dan situasi yang berbeda. Identitas
menunjukkan batasan dan pemisahan dari yang lainnya. Menjadi “diri sendiri”
atau hidup dalam kehidupan nyata merupakan dasar dari identitas yang benar
Potter Perry, 2009.
Identitas personal individu merupakan sensasi individualitas dan keunikan yang disadari dan secara kontinu muncul sepanjang hidup. Individu sering kali
memandang identitas mereka dari nama, jenis kelamin, usia, ras, asal etnis atau budaya, pekerjaan atau peran, bakat, dan karakteristik situasional lainnya Kozier
et al., 2010.
Stuart Laraia 2005 dalam Potter Perry 2009 mengatakan bahwa pencapaian identitas merupakan hal penting dalam menjalin hubungan dekat,
karena individu mengekspresikan identitas mereka saat berhubungan dengan orang lain. Semakin individu dikenal oleh kelompok sosial, maka akan semakin
besar harga dirinya. Seorang individu yang mengalami diskriminasi, prasangka, atau tekanan lingkungan biasanya akan menempatkan dirinya secara berbeda dari
individu yang memiliki kondisi kehidupan sebaliknya [Ruiz et al., 2002 dalam Potter Perry 2009].
Individu yang memiliki rasa identitas yang kuat mengintegrasikan citra tubuh, performa peran, dan harga diri ke dalam konsep diri sepenuhnya. Rasa identitas
Universitas Sumatera Utara
ini memberi individu sensasi kontinuitas dan kesatuan kepribadian. Selain itu, individu memandang dirinya sendiri sebagai orang yang unik Kozier et al.,
2010.
b. Citra Tubuh