menjalani terapi, 310 77 melengkapi terapi dengan sukses, sementara sisanya meninggal, pindah dari tempat penelitian. Jakubowiak, Bogorodskaya
, Borisov,
Danilova Kourbatova 2008 juga mendapatkan angka kegagalan pasien dalam menjalani terapi 4,6 . Frekuensi terhentinya terapi 63 pada pasien yang gagal
and 36 pada pasien yang terapi dengan sukses. Terhentinya terapi selama fase intensif dan 30 pada pasien yang gagal dan 45 pada hasil yang berhasil.
Boogaard, Lyimo, Boeree, Kibikib Aarnoutsec 2011 dalam penelitiannya juga mendapatkan rata-rata angka kepatuhan pada populasi yang diteliti adalah 96.3
standard deviation, SD: 7.7. Kepatuhan kurang dari 100 pada 70 dari pasien, kurang dari 95 pada 21 pasien, dan kurang dari 80 pada 2.
Anyaike et al. 2013 mendapatkan lebih dari dua pertiga 76,5 responden mengkonsumsi obat antara 3-6 bulan dengan rata-rata durasi 5,4 bulan,
SD=±1.8. Penelitian juga mendapatkan bahwa 80.5 pasien tidak meliupakan pengobatannya dalam 3 bulan terakhir, dan 10,4 lupa dengan pengobatannya.
Dari yang lupa meminum obatnya, 42,5 lupa karena bepergian, 21,7 merasa sakit dan depresi. 34 lupa karena mereka meminum obat di rumah dan 5,6
lupa karena merasa lebih baik dan tidak melanjutkan pengobatan. Alasan lain yang diberikan adalah: tidak ada uang untuk transportasi, menghindari efek
samping obat, lupa, tidak ingin dilihat di klinik ketika mengambil obat, dan tidak dapat mengambil obat karena liburan pemerintah yang tidak terjadwal.
2.4. Landasan Teori
Roy 1999 dalam Tomey dan Alligood 2006 mendefinisikan manusia adalah sistem adaptif yang holistik. Sebagai sistem adaptif, sistem manusia
Universitas Sumatera Utara
digambarkan sebagai keseluruhan dengan fungsi satu untuk beberapa tujuan. Sistem manusia mencakup manusia sebagai individu atau kelompok termasuk
keluarga, organisasi, komunitas dan sosial sebagai keseluruhan. Roy mendefinisikan manusia sebagai fokus utama dalam keperawatan, penerima
asuhan keperawatan, sistem kehidupan kompleks dan adaptif dengan proses internal kognator dan regulator, bertindak untuk memelihara adaptasi pada
empat mode adaptif fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Lingkungan adalah segala kondisi, keadaan dan pengaruh di sekeliling dan
mempengaruhi perkembangan dan perilaku dari anggota kelompok, dengan perhatian khusus dari kebersamaan manusia dan sumber bumi yang mencakup
stimulus fokal, kontekstual dan residual. Ini adalah perubahan lingkungan yang menstimulus orang tersebut untuk membuat respon adaptif. Lingkungan adalah
masukan bagi seseorang sebagai sistem adaptasi termasuk faktor internal dan eksternal. Faktor tersebut bisa jadi kecil atau besar, negatif atau positif. Perilaku
yang menunjukkan adaptasi dapat dilihat dari empat model adaptasi yang meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi Roy, 1999.
Konsep diri adalah gabungan dari keyakinan dan perasaan yang seseorang pegang mengenai dirinya pada suatu waktu; dibentuk dari persepsi internal dan
reaksi terhadap persepsi orang lain. Pengalaman individu dan interpretasi dari lingkungan membentuk persepsi diri. Oleh karena itu, perasaan yang diterima oleh
karena penyakit dan pengobatan dapat mempengaruhi konsep diri dan perilaku seseorang Roy, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini hal yang menjadi stimulus bagi pasien adalah penyakit TB paru dan regimen terapi dalam pengobatan TB paru.
Modus adaptasi yang akan diteliti adalah konsep diri.
Penyakit TB paru yang diderita pasien mendatangkan stigma, isolasi dan diskriminasi yang diberikan oleh masyarakat
terhadap pasien TB paru sehingga menyebabkan penurunan harga diri. Semua pandangan eksternal yang didapatkan dari lingkungan mempengaruhi konsep diri
penderita TB paru. Pasien TB paru menggunakan proses kognitif yang disaring oleh konsep diri
untuk menginterpretasikan regimen pengobatan TB paru sebagai ancaman atau tantangan. Pasien akan menggunakan proses berpikir kognitif sadar dan tidak
sadar untuk mengevaluasi pengalaman dalam menamakan, mengklarifikasi, mendefinisikan, dan memulai respon perilaku. Untuk tujuan penelitian ini,
persepsi kognitif digunakan untuk menggambarkan proses yang digunakan seseorang untuk menginterpretasikan stimulus baik sebagai ancaman atau
tantangan untuk konsep diri mereka. Ketika sesuatu diterima sebagai ancaman untuk diri, hal tersebut akan menyebabkan kecemasan. Orang akan berusaha
untuk meringankan kecemasan dengan menggunakan respon yang berpusat pada emosional seperti mendefinisikan kembali situasi, menolak, atau menghindari
stress pada situasi tersebut yang melindungi harga diri. Meskipun proteksi terhadap konsep diri baik, ketidakpatuhan terhadap pengobatan terjadi, yang
menyebabkan memburuknya adaptasi fisik. Meskipun respon berpusat pada emosional tidak membantu individu ke arah tindakan yang mengubah situasi
Universitas Sumatera Utara
dengan cara yang bermanfaat, hal tersebut dapat menjadi cara mempertahankan harapan, optimisme, atau harga diri, yang dapat bermanfaat dalam beberapa hal.
Individu dapat juga menerima stimulus sebagai tantangan. Persepsi sebagai tantangan terjadi ketika penambahan dan pertumbuhan potensial diantisipasi dan
menghasilkan kegembiraan. Stresor yang dianggap sebagai tantangan terhadap adaptasi menyebabkan respon penyelesaian masalah. Respon berpusat pada
masalah menggunakan strategi penyelesaian masalah mengatur lingkungan dan diri. Usaha individu menggunakan respon berpusat pada masalah mengatur ke
arah mendefinisikan masalah, menghasilkan alternatif solusi, mempertimbangkan alternatif dalam hal biaya dan keuntungan, memilih solusi dan bertindak.
Mengubah tekanan lingkungan, penghambat, sumber, dan prosedur adalah cara penyelesaian masalah Roy, 1999.
Dalam penelitian ini, ketika pasien menerima penyakit TB paru dan pengobatannya sebagai suatu ancaman terhadap dirinya, hal tersebut akan
menyebabkan kecemasan. Pasien akan berusaha untuk meringankan kecemasan dengan menggunakan respon yang berpusat pada emosional seperti
mendefinisikan kembali situasi, menolak, menghindari, atau mendevaluasikan penyakit dan pengobatan untuk melindungi harga diri. Salah satu cara adalah
dengan tidak mengikuti regimen pengobatan yang dianjurkan. Hal ini dapat berdampak terhadap memburuknya adaptasi fisik. Sebaliknya ketika individu
menerima penyakit TB paru dan pengobatannya sebagai suatu tantangan maka pasien akan berespon dengan menggunakan strategi penyelesaian masalah yang
Universitas Sumatera Utara
mengatur lingkungan dan dirinya. Pasien akan mamatuhi regimen pengobatan sehingga kondisi fisik membaik.
Ancaman dan tantangan dapat terjadi secara simultan meskipun satu atau lainnya biasanya didominasi. Dalam penelitian ini konsep diri pada pasien TB
paru diukur menggunakan kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori adaptasi Roy.
Roy mengatakan bahwa keperawatan memiliki tujuan khusus untuk membantu usaha adaptasi seseorang dengan mengatur lingkungan. Hal ini
dilakukan dengan melakukan 6 tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, diagnosa keperawatan, penetapan
tujuan, intervensi dan evaluasi. Intervensi keperawatan berfokus pada pengaturan stimulus lingkungan dengan “mengubah, meningkatkan, mengurangi,
memindahkan, atau mempertahankannya.
2.5. Kerangka Konsep