Pengantar Istilah mampu menggambarkan tentang realitas termasuk Konsep Ipteks.

1 KOSAKATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGUNGKAP PIKIRAN CENDIKIA: PELUANG, KENDALA, DAN STRATEGI Fairul Zabadi, Badan Bahasa Saya tidak ingin semua bagian rumah saya ditembok dan jendelanya ditutup. Saya ingin budaya-budaya dari semua tempat berembus di seputar rumah saya sebebas mungkin. Tetapi, saya menolak untuk terbawa dan terempaskan”. Mahatma Gandy Abstrak Kosakata bahasa Indonesia menarik untuk diteliti karena memuat tiga golongan kata, yaitu 1 kata Indonesia asli yang digunakan untuk mengacu pada perasaan, gagasan, atau maujud entity yang dikenal dan dihasilkan masyarakat penuturnya, 2 kata daerah atau serumpun yang digunakan untuk mengacu pada gagasan yang relatif baru berkat adanya kontak bahasabudaya, dan 3 kata asing yang dipadankan melalui penerjemahan, penyerapan, dan gabungan penerjemahan dan penyerapan untuk gagasan atau maujud yang dikenal. Keberadaan ketiga golongan kata itu terekam dalam beberapa Kamus Bahasa Indonesia yang dari tahun ke tahun selalu menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan, baik dalam kuantitas maupun kualitas kosakatanya. Pengembangan kosakata itu tidak hanya dirancang agar serasi dengan perubahan masyarakat dan tuntutan kehidupan baru, tetapi juga dikemas agar berkaitan erat dengan pemodernan yang dapat diartikan pencendikiaan intellectualization bahasa Indonesia bagi sejumlah larasnya. Kosakata dan pengembangannya itu akan menafikan pandangan yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia, termasuk kosakatanya, belum mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, atau pikiran cendikia penuturnya. Kata kunci: kosakata, kecendikiaan, pemberdayaan, pemadanan

1. Pengantar

Era global dan perdagangan bebas menuntut kita untuk menggunakan sarana yang penting dalam berhubungan dengan dunia luar, yaitu bahasa yang berfungsi sebagai wahana komunikasi global language for wider communication. Gerakan ke arah satu dusun besar menjagat universe ini mau tidak mau akan memerlukan suatu bahasa yang mengglobal cakupannya. Ancang-ancang dini yang dimulai oleh raksasa leksikografi Samuel Johnson 1709—1784 di Inggris dan Noah Webster 1758—1843 di Amerika telah meletakkan batu dasar kemapanan bahasa Inggris untuk lebih mendunia jika dibandingkan dengan bahasa lainnya. Kemapanan bahasa Inggris itu semakin terlihat ketika penuturnya tidak lagi mengalami tantangan callange dan kendala constraint dalam mengungkapkan pikiran cendikia Crytal, 2003. Meskipun demikian, bahasa 2 Inggris tidak tinggal diam. Ia terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan masyarakat penggunanya. Hal yang sama sesungguhnya juga terjadi pada bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, bahasa Indonesia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik kosakata, pedoman atau kaidah, maupun jumlah penuturnya. Dalam hal kosakata, bahasa Indonesia yang sebagian besar kosakatanya berasal dari bahasa Melayu, bahasa daerah, dan bahasa asing telah memiliki 90.000 lema Kamus Besar Bahasa Iindonesia Edisi Keempat, 2008 dan 387.983 kata dari berbagai bidang ilmu yang terekam dalam bentuk glosarium Sugiono, 2008. Dalam hal pedoman atau kebijakan pun bahasa Indonesia mengalami perkembangan. Pedoman Umum Pembentukan Istilah PUPI Edisi III yang terbit 2008 memberi kemudahan kepada pakar Indonesia untuk memadankan kosakata asing menjadi kosakata bahasa Indonesia. Kemudahan itu tampak ketika mengindonesiakan kata dan istilah asing melalui penyerapan. Dalam hal penutur bahasa Indonesia, perkembangannya dapat dilihat pada semakin banyak jumlah penduduk Indonesia 1 250 juta dan semakin banyak negara yang mengajarkan bahasa Indonesia 35 negara dan 176 lembaga pengajar BIPA sebagai mata pelajaran di tingkat pendidikan menengah atau pendidikan tinggi. Persoalannya adalah masih ada pemilik bangsa ini, termasuk para cendikiawan, yang mengatakan bahwa kosakata bahasa Indonesia belum mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, atau pikiran cendikia penuturnya 2 . 1 Di dalam buku berjudul Ethnologue: Languages of the world, yang disunting oleh Paul M Lewis 2009 edisi ke-16, disebutkan bahwa berdasarkan jumlah penuturnya, bahasa Indonesia menempati urutan ke-9 dari sekitar 6.912 bahasa yang dituturkan orang di seluruh dunia. Urutan pertama bahasa Mandirin, kedua bahasa Inggris, dan ketiga bahasa Hindi bahasa resmi di India,selain bahasa Inggris. Berdasarkan data yang diambil dari http:www.asal-usul.com20100610-bahasa-paling-banyak-digunakan-dunia.html ; jumlah penutur bahasa Indonesia diperkirakan sekitar 259 juta. 2 Seorang dosen bergelar Ph.D lulusan Monash University Australia menjawab pertanyaan mahasiswa ketika mahasiswanya menanyakan apa padanan istilah-istilah yang ditayangkannya di layar saat perkuliahan, “Makanya belajar Bahasa Inggris itu penting, gunanya supaya bisa paham term-term dalam Science and Technology. Saya lebih suka menggunakan term-term aslinya, karena bahasa Indonesia itu miskin kosakata ilmiah, gatek gagap teknologi, dan kurang gaul” http:bahasa.kompasiana.com 3 Keberadaan bahasa Indonesia dengan kemampuan kosakatanya dalam mengungkapkan pendapat dan gagasan itu apabila dikaitkan dengan proposisi Naisbit 3 tentang globalisasi yang menempatkan perspektif lokal atau perspektif etnik tribe dalam menyikapi semua fenomena masyarakat atau negara sangatlah tepat. Jika berpikir lokal dan bertindak global think locally, act globally ala Naisbit itu dihubungkan pula dengan semangat Sumpah Pemuda, 85 tahun silam, keraguan dan kepesimisan pada kemampuan kosakata bahasa Indonesia dalam pengungkapkan pikiran cendikia harus dikikis habis. Di dalam makalah ini dibahas keberadaan bahasa Indonesia dan kesiapan kosakatanya menjadi bahasa cendikia. Pencendikiaan bahasa Indonesia tidak hanya dilihat dari masa lalu, tetapi juga dipandang dari gejala yang ada sekarang ini; sedangkan kesiapan kosakata dilihat dari sudut pemberdayaan kosakata bahasa Indonesia melalui pemanfaatan bahasa daerah dan bahasa asing.

2. Pencendikiaan dan Pemodernan Bahasa Indonesia