Kesiapan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Cendikia

4 1985. Dalam hal ini akan terjadi pengembangan kosakata atau leksikon dan bentuk- bentuk wacananya, termasuk di dalamnya laras bahasa ilmu dan teknologi yang dicoraki oleh sifat kerasionalannya. Pemodernan bahasa Indonesia menyangkut dua aspek, yaitu 1 pemekaran kosakata dan 2 mengembangan jumlah laras bahasa dan bentuk wacana. Pemekaran kosakata diperlukan agar pelambangan konsep dan gagasan kehidupan modern dapat disampaikan. Cakrawala sosial budaya yang melampaui batas peri kehidupan yang tertutup memerlukan tersedianya kosakata baru dalam bahasa Indonesia. Sumber kosakata baru itu berasal dari bahasa IndonesiaMelayu, bahasa daerah, dan bahasa asing. Sementara itu, pengembangan jumlah laras bahasa bertalian dengan retorika dan langgam bahasa yang konsepnya mengacu ke ragam bahasa yang dipandang dari sudut kelayakannya di dalam berbagai jenis situasi pemakaian bahasa. Laras bahasa yang memerlukannya dapat mengungkapkan pernyataan dengan tepat dan seksama melalui pernalaran reasoning yang benar.

3. Kesiapan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Cendikia

Danzel Carr dalam karangannya berjudul ‘Some Problems Arising from Linguistic Eleutheromania’, dalam The Journal of Asian Studies, Volume XVII: Number 2, February 1958 memberikan penilaian terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan kata-kata: English and the Bahasa Indonesia are pre-eminently fitted to be world languages. English nees a good spelling system and Indonesian needs a generation or twi adequate synonumic stabilization and differentiation. I am willing to wager that Indonesian will achieve its part of this goal earlier. Penilaian yang diberikan Profesor tersebut mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia luar biasa cocok untuk menjadi bahasa dunia dan bahasa cendikia seperti halnya bahasa Inggris 4 . Bahasa Inggris memerlukan suatu sistem ejaan yang baik, sedangkan bahasa 4 Pandangan senada mengenai kemampuan bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa dunia juga disampaikan oleh Profesor Spitzbardt, gurubesar Universitas Jena yang melakukan kunjungan ke Universitas Gadjah Mada pada awal tahun enam puluhan lihat: Herman Yohannes ‘Usaha Mencari Istilah Ilmiah Indonesia’ dalam Ilmuwan dan Bahasa Indonesia. 1988. 5 Indonesia membutuhkan satu atau dua generasi bagi pemantapan bentuk-bentuk sinonimnya. Bahkan, ibarat berlomba dia berani bertaruh bahwa bahasa Indonesia akan mencapai bagian dan tujuan tersebut terlebih dahulu. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak 28 Oktober 1928, tepatnya 85 tahun silam, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia telah dilakukan dengan semangat yang berkobar-kobar franticzeal untuk membebaskan diri dari kungkungan kebahasaan linguistic shacles asing. Kita dapat membedakan kurun waktu perkembangan kosakata dan istilah dalam bahasa Indonesia menjadi enam, yaitu 1 kurun pewarisan 1928— 1942, 2 kurun kebangkitan 1942—1956, 3 kurun peralihan 1956—1969, 4 kurun pematangan 1969—1980, 5 kurun jati diri 1980—1990, dan 6 kurun pengembangan 1990—sekarang. Kurun pewarisan menunjukkan bahwa sikap kita pada waktu itu seakan-akan menerima bahasa Indonesia sebagaimana adanya. Kurun kebangkitan patut dicatat sebagai tonggak sejarah karena pada masa itu kita mulai membina bahasa kebangsaan kita dengan penuh kesadaran. Kurun peralihan merupakan masa pergeseran pandangan yang semula peristilahan kita berorientasi ke bahasa Belanda beralih ke bahasa Inggris. Kurun pematangan merupakan masa tumbuhnya kesadaran bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia adalah serumpun. Masa penemuan jati diri merupakan masa kita mulai menemukan jatidiri tentang bahasa kita. Kita mulai memahami berbagai ciri khas bahasa Indonesia dan peluang yang ada menuju perkembangannya. Kurun pengembangan merupakan masa bahasa Indonesia mulai berkembang, baik dalam hal pemakaian maupun pemakainya, menuju bahasa yang luwes dan lentur dalam mengungkapkan ide dan gagasan.

1. Kesiapan Kosakata dan Istilah