Problem Penalaran BI .1 Problem Penalaran dalam Teks Keilmuan Siswa SMP

9 Berdasarkan data 12, penulis menghubungkan dua hal yang belum tentu memiliki kaitan erat, yaitu pengguna narkoba bertambah dengan penegak hukum yang lemah; resiko banjir dengan penebang melakukan tebang pilih; dampak negatif internet dengan perasaan takut orang tua. Penulis menghubungkan persoalan dengan seseorang. Padahal, persoalan pokoknya: bertambahnya pengguna narkoba; pengurangan resiko banjir; dampak negatif internet bagi remaja. Menurut Arifin dan Tasai 2009:158, penulis yang terlalu cepat menghubungkan persoalan dengan sifat seseorang sebenarnya telah mengalami problem penalaran. Data 13: Problem Penalaran Terbatas Alternatif Pilihan a Kebersihan sekolah merupakan suatu hal yang kurang menarik atau membosankan remaja. b Kita harus pandai-pandai memilih teknologi globalisasi yang masuk ke lingkungan kita, yakni ambil yang positif atau hindari yang negatif. c Sekarang orang lebih memilih mengakses internet untuk mencari informasi daripada ke perpustakaan. Pada data 13, penulis menentukan dua pilihan, yaitu kebersihan lingkungan dikatakan kurang menarik atau membosankan; teknologi perlu diambil yang positif atau hindari yang negatif; mencari informasi dengan mengakses internet atau ke perpustakaan. Syahroni dkk. 2013:94 berpendapat bahwa penulis hanya memberikan alternatif ini atau itu. Berkenaan dengan itu, Suparno dan Yunus 2007:55 menyarankan penulis tidak menyederhanakan persoalan karena dapat menyembunyikan informasi. Jadi, problem penalaran siswa SMP di PST berkenaan dengan 1 generalisasi terlalu luas, 2 argumentasi bidik orang, dan 3 terbatas alternatif pilihan. 2.2.2 Problem Penalaran dalam Teks Keilmuan Siswa SMA Data 14: Problem Penalaran Terbatas Alternatif Pilihan a Generasi muda menjadi mlempem atau hewan undur-undur yang jalannya mundur. 10 b Kesadaran masyarakat mengonsumsi obat perlu diubah agar masyarakat lebih menyukai mengonsumsi obat-obatan tradisional dibanding obat-obatan kimia. c Sebagai masyarakat Donggala kita harus berusaha menjaga potensi alam yang kita miliki atau diambil orang lain. Pada data 14, penulis mengungkapkan dua pilihan informasi. Inti permasalahannya, yaitu generasi menjadi mlempem atau mundur; mengonsumsi obat tradisional atau obat-obatan kimia, menjaga alam atau membiarkannya diambil orang lain. Menurut Syahroni dkk. 2013:94, dalam praktik penalaran itu, penulis hanya memberikan alternatif terbatas pada dua pilihan. Padahal, kenyataan sosialnya amat kompleks. Suparno dan Yunus 2007:55 menyarankan penulis tidak menyederhanakan persoalan. Jadi, keadaan latar belakang suatu masalah perlu diperjelas. Data 15: Problem Penalaran Generalisasi Terlalu Luas a Novel ini terlalu banyak mengekspos adegan kekerasan. b Novel ini sangat menarik dan berkesan untuk para pembacanya serta patut mendapat acungan jempol dan layak menjadi bahan bacaan, tidak hanya untuk remaja sebagaimana dikategorikan dalam novel tersebut, tetapi juga layak dibaca orang tua untuk anak-anaknya. c Novel ini mampu mengaduk-aduk perasaan pembaca. Pada data 15, penulis menyatakan generalisasi terlalu luas. Pernyataan itu tidak mampu memberikan informasi yang jelas kepada pembaca. Sebaliknya, pembaca berpeluang meragukan kebenarannya. Sebagai contoh, novel terlalu banyak mengekspos adegan kekerasan; novel sangat menarik untuk semua orang; novel mampu mengaduk-aduk perasaan pembaca. Terhadap ketiga pernyataan itu, pembaca mudah mempertanyakannya. Sehubungan dengan itu, Arifin dan Tasai 2009:156 menegaskan generalisasi yang meluas menjadikan pikiran tidak jelas karena dukungan premis yang tidak memadai. Data 16: Problem Penalaran Deduksi yang Salah a Karena merupakan novel terjemahan, novel banyak berisi kata-kata yang menggunakan bahasa yang kaku. 11 b Karena novel ini merupakan hasil terjemahan dari novel yang aslinya berbahasa Inggris, dalam novel banyak ditemukan kata-kata yang sulit dimengerti. c Ditinjau dari kebahasaan dan sensasi sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati pembaca yang haus akan novel. Dengan memperhatikan kalimat pada data 16, tampak bahwa penulis menyatakan novel berisi kata-kata yang kaku; novel berisi kata-kata yang sulit dimengerti; novel cukup mengobati pembaca yang haus. Padahal, secara berurutan, ketiga pernyataan itu disebabkan oleh novel terjemahan, novel berbahasa Inggris, dan kebahasaan dan sensasi sepanjang cerita. Dalam data 16 penulis mengungkapkan deduksi yang salah. Menurut Arifin dan Tasai 2009:156, penulis yang biasa salah dalam menyimpulkan penalaran disebabkan oleh pernyataan-pernyataan yang tidak jelas. Berdasarkan uraian itu, ada tiga problem penalaran siswa SMA di PST, yaitu 1 terbatas alternatif pilihan, 2 generalisasi terlalu luas, dan 3 deduksi yang salah. 3. Penutup 3.1 Simpulan Berdasarkan masalah dan uraian tersebut dapat disimpulkan dua temuan pokok, yaitu 1 problem penggunaan BI dan 2 problem penalaran dalam teks keilmuan siswa SMP dan SMA di PST. Kedua hal itu diuraikan berikut.

3.1.1 Problem Penggunaan BI

Dalam teks keilmuan siswa SMP, problem penggunaan BI berkenaan dengan penggunaan ejaan, pemakaian kata ganti, penulisan kata, pemilihan kata, dan penyusunan kalimat efektif. Sementara itu, dalam teks keilmuan siswa SMA, problem penggunaan BI berkenaan dengan penggunaan tanda baca, penulisan ejaan, penggunaan kata transitif, penggunaan kata di mana, dan penyusunan kalimat efektif. 12

3.1.2 Problem Penalaran BI

Dalam teks keilmuan siswa SMP, problem penalaran berupa a generalisasi terlalu luas, b argumentasi bidik orang, dan c terbatas alternatif pilihan. Sementara itu, dalam teks keilmuan siswa SMA, problem penalaran berupa a terbatas alternatif pilihan, b generalisasi terlalu luas, dan c deduksi yang salah.

3.2 Saran

Bertolak dari simpulan tersebut perlu ditegaskan bahwa problem penggunaan BI dan problem penalaran dalam teks keilmuan siswa SMP dan SMA di PST sebenarnya merupakan kasus keterbatasan pencapaian tujuan pembelajaran BI berdasarkan kurikulum yang berlaku. Temuan itu terungkap berdasarkan sumber data tulisan siswa yang didokumentasikan oleh tiga orang guru BI SMP di Kota Palu dan oleh tiga orang guru BI SMA di Kabupaten Donggala, PST. Jadi, temuan studi kasus tentang problem penggunaan BI dan problem penalaran dalam teks keilmuan BI siswa SMP dan SMA ini belumtidak dapat digeneralisasi ke sekolah sederajat di wilayah lain. Sungguhpun begitu, pembinaan kompetensi ber-BI siswa PDM perlu dirancang dan dikembangkan berbasis teks-teks keilmuan dengan memperhatikan satuan-satuan problem penggunaan BI dalam karya tulis siswa. Sejalan dengan pemikiran itu, kemampuan bernalar siswa pendidikan PDM juga perlu dilatih secara intensif dengan memperhatikan problem penalaran dalam teks-teks keilmuan BI di sekolah. Agar diperoleh hasil kajian yang komprehensif, keterpaduan penelitian terhadap kedua problem tersebut perlu segera dilaksanakan. Artinya, problem penggunaan BI dalam teks-teks keilmuan siswa SMP dan SMA di PST perlu diteliti sejak dini agar perubahan dan perkembangan daya nalar siswa dapat dipantau dan ditingkatkan secara berkelanjutan.