Bahasa sebagai Teks Penutup

Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28 – 31 Oktober 2013 Page 4 direalisasikan ke dalam teks dengan propertinya ciri-ciri kebahasaan termasuk struktur teks dan teksturnya Sturat-Smith, 2007. Dengan demikian, setiap proses sosial atau genre yang berbeda direalisasikan ke dalam teks yang berbeda. Di dalam pengertian seperti ini, genre sama dengan jenis teks Moessner, 2001; Santosa, 2003. Konsep bahasa sebagai teks ini menunjukkan bahwa teks tidak sekedar pengembangan struktur gramatikal. Teks bukan merupakan kumpulan kalimat-kalimat. Akan tetapi, teks merupakan realisasi sistem nilai, norma sosial, proses sosial dengan tujuan sosialnya. Oleh karena itu, teks mempunyai sistem tersendiri yang berupa semantik wacana, yang mengandung nilai dan norma sosial-budaya. Oleh karena itu, teks tidak dapat diukur dengan jumlah kalimat atau banyak sedikit kata yang dimiliki. Teks, secara sistemik, adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan sosialnya di dalam konteks situasi dan budaya tertentu. Oleh karena itu teks harus dipahami sebagi proses dan produk Halliday Hasan 1985, Knapp Watkins, 2005. Sebagai proses teks harus dipandang sebagai proses negosiasi antara aspek register medan, pelibat dan sarana sehingga menghasilkan bahasa yang digunakan untuk mencapai tujuan sosialnya. Sebagai produk, teks merupakan hasil dari konfigurasi kontelstual anata meda, pelibat, dan sarana sehingga menghasilkan teks yang dapat direkam dan didekonstruk. Jika digambarkan, maka konsep bahasa di dalam kurikulum 2013 ini seperti yang terdapat di dalam Gambar 1. Gambar 1: Bahasa, teks dan konteks Nilai dan norma konteks budaya budaya Proses sosial konteks situasi genre Register: Bahasa sebagai teks Uniti: struktur teks dan tekstur semantik wacana, gramatika, leksis, fonologi grafologi diadaptasi dari Martin 1992 Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28 – 31 Oktober 2013 Page 5

3. Konsep Genre

Banyak definisi mengenai genre, tetapi terdapat tiga tradisi studi genre yang kuat di dunia ini, yaitu ESP English for Specific Purposes, Sydney School, dan NR New Rhethoric lihat Hyon, 1996; Lewin, Fine, and Lynne 2001. Masing-masing mempunyai fokus yang berbeda. Misalnya ESP memfokuskan pada genre yang dihasilkan dari sub-kultur yang menghasilkan genre makro, sedangkan Sydney School mengembangkan genre untuk pendidikan yang berasal dari super- ordinate culture, yang menghasilkan genre mikro lihat Santosa 2010. Sementara itu, NR lebih memfokuskan studi etnografiknya di dalam mempelajari genre. Untuk pengembangan kurikulum 2013, kita mengadopsi genre yang telah dikembangkan di Sydney Schools. Genre adalah proses sosial yang berorientasi pada tujuan itu. Dan tujuan sosial itu dicapai secara bertahap Martin, 1992. Maka genre bukan bahasa, tetapi lebih pada semacam aturan sosial yang berupa tahapan prosedural yang secara konvensional digunakan untuk mencapai tujuan sosial tertentu lihat juga, Taboada, 2011. Karena setiap genre mempunyai nilai, norma, dan tujuan tertentu, maka setiap genre menghasilkan teks tertentu. Dalam pengertian ini genre seolah-olah sama dengan jenis teks lihat juga Lee, 2001. Genre terdiri dari genre mikro dan genre makro Martin, 2006. Genre mikro berasal dari kristalisasi proses sosial di dalam kebudayaan superordinat sehingga genre ini bersifat generik. Genre makro berasal dari kebudayaan sub-ordinat dengan demikian dekat dengan konteks situasi, dan oleh sebab itu bersifat lebih unik tidak generik Santosa, 2010. Genre makro ini menurut Martin 2008 sama dengan konsep genre EAP yang dikemukakan Swales 1980 dan Bhatia 2004 dan Dijk 2001 lihat juga Santosa, 2011a; 2011b; 2012. Genre mikro terdiri dari genre faktual, dan cerita, serta genre lisan Martin 1992; 2006. Genre faktual terdiri dari delapan jenis, seperti: deksripsi, laporan, rekon, prosedur, eksplanasi, eksposisi, diskusi dan eksplorasi. Sementara itu, genre cerita terdapat empat jenis, yaitu, genre rekon, anekdot, eksemplem, dan naratif. Ahli lain mengklasifikasikan genre berbeda-beda. Akan tetapi, di dalam kurikulum 2013 menggunakan konsep Martin ini. Konsep genre mikro dan makro ini pulalah di dalam kurikulum 2013 direalisasikan ke dalam kompetensi inti KI dan Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28 – 31 Oktober 2013 Page 6 kompetensi dasar KD serta indikator ketercapaian KD dan KI Kemendikbud, 2013. Di dalam KI C dan D Kurikulum 2013 secara implisit mensiratkan pembelajaran berdasarkan jenis teks. Di dalam KD, jenis teks tersebut diurai berdasarkan ranah kedekatan dengan siswa serta tingkat kesulitan tatanan nila dan norma sosial yang terealisir di dalam bahasanya. Berikut ini template atu prototipe jenis teks yang terdapat di dalam kurikulum 2013 beserta indikator kebahasaannya.

4. Genre Tahapan, dan Ciri Kebahasaan

Di dalam kurikulum 2013 terdapat tiga macam genre, faktual, cerita dan tanggapan. Pembagian genre ini masih membuka peluang klasifikasi baru, karena sifat klasifikasi ini terbuka dan umum. Genre faktual digali dari kehidupan riil yang ada di dalam masyarakat kita. Genre ini pada dasarnya bersifat genre mikro, walapun di dalam beberapa contoh nanti kita juga dapatkan genre makro. Pada dasarnya terdapat delapan macam genre: deskripsi, laporan, rekon, prosedur, eksplanasi, eksposisi, diskusi, dan eksplorasi. Masing-masing genre mempunyai tujuan sosial dan tahapan atau urutan aktifitas yang berbeda. Seperti yang terlihat di dalam Tabel 1, deskripsi digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang bersifat unik. Walaupun deskripsi mempunyai tahapan yang sama-sama tidak terstruktur dengan laporan, tetapi laporan digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang bersifat generik. Tabel 1: Genre Faktual fungsi sosial aktifitas generalisasi +generalisasi: dokumen menjelaskan memecahkan debat aktifitas tak terstruktur deskripsi laporan eksposisi diskusi aktifitas terstruktur rekon prosedur eksplanasi eksplorasi diambil dari Martin 1992 dengan modifikasi