Penutup Istilah mampu menggambarkan tentang realitas termasuk Konsep Ipteks.

14

5. Penutup

Karakteristik pemakaian bahasa hukum antara lain ditandai oleh adanya pemakaian kosakata khusus atau istilah yang diserap dari bahasa lain, terutama dari bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Istilah dalam bidang hukum masih banyak menggunakan bahasa sumbernya, khususnya bahasa Belanda, dalam pemakaiannya. Praktisi hukum secara tidak langsung akan mengomunikasikan istilah tersebut untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang terkadang hanya mereka pahami di dalam kelompok profesinya. Masyarakat atau warga negara yang berada di luar kelompoknya masih banyak yang tidak atau kurang bisa memahami peristilahan bidang hukum. Akhirnya, dapat dikatakan pemakaian istilah oleh praktisi hukum bercorak khusus sebagai penanda identitas kelompok. Ditemukan sejumlah cara penafsiran istilah hukum, yaitu dari perspektif kebahasaan tata bahasa, sistem, historis, sosiologis, dan otentisitasnya. Penafsiran kebahasaan difungsikan untuk menentukan arti dan maksud suatu istilah dengan acuan makna yang dikonvensikan para praktisi hukum sebagai ciri khas register hukum. Sementara itu, penafsiran unsur tindak pidana atau peristilahan dilakukan berdasarkan 1 makna referensial unsur tindak pidana, 2 narasi penceriteraan peristiwa pidana, dan 3 penentuan makna yang tercakup pada makna kata di atasnya hiponiminya. DAFTAR PUSTAKA Adam, Muhammad. 1985. Ilmu Pengetahuan Notariat. Bandung: Sinar Baru. Algra, N. E. 1983. Kamus Istilah Hukum Belanda-Indonesia.Bandung: Bina Cipta. Anwar, Khaidir. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: GajahMadaUniversity Press. Gautama, Sudargo. 1990. Contoh-contoh Kontrak, Rekes dan surat-surat Resmi Sehari-hari. Bandung: Citra aditya Bakti. Hadikusumo, Hilman. 1984. Bahasa Hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia. Halim, Amran ed.. 1984. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Balai Pustaka. Irma Hidayana. 2002. “Bahasa Hukumku Melambung Tinggi” dalam Jentera Edisi 1 Agustus 2002. Mahadi. 1983. Menuju Bahasa Hukum dan Bahasa Administrasi yang Lebih Memadahi dalam Kongres Bahasa Indonesia III. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 15 Mahadi dan Sabaruddin Ahmad.1979. Pembinaan Bahasa Hukum Indonesia. Bandung: Binacipta. Moeliono, Anton ed.. 1988. Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Moeljatno.2001. Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara. Rahayuningsih Hoed. 2003. “Penerjemahan Teks Hukum dan Permasalahannya” dalam Kongres Nasional Penerjemahan. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. Saleh, Ismail. 1988. Bahasa Indonesia sebagai Sarana untuk Menciptakan Tertib Hukum Masyarakat dalam Kongres Bahasa Indonesia V. Jakarta. Sugandhi. 1981. KUHP dan Penjelasannya. Surabaya: Usaha Nasional. Yayah B. Mugnisjah Lumintaintang. 2003. “Kualitas Laras bahasa Hukum Berikut Kesalahkaprahannya” dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa. 1 KOSAKATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGUNGKAP PIKIRAN CENDIKIA: PELUANG, KENDALA, DAN STRATEGI Fairul Zabadi, Badan Bahasa Saya tidak ingin semua bagian rumah saya ditembok dan jendelanya ditutup. Saya ingin budaya-budaya dari semua tempat berembus di seputar rumah saya sebebas mungkin. Tetapi, saya menolak untuk terbawa dan terempaskan”. Mahatma Gandy Abstrak Kosakata bahasa Indonesia menarik untuk diteliti karena memuat tiga golongan kata, yaitu 1 kata Indonesia asli yang digunakan untuk mengacu pada perasaan, gagasan, atau maujud entity yang dikenal dan dihasilkan masyarakat penuturnya, 2 kata daerah atau serumpun yang digunakan untuk mengacu pada gagasan yang relatif baru berkat adanya kontak bahasabudaya, dan 3 kata asing yang dipadankan melalui penerjemahan, penyerapan, dan gabungan penerjemahan dan penyerapan untuk gagasan atau maujud yang dikenal. Keberadaan ketiga golongan kata itu terekam dalam beberapa Kamus Bahasa Indonesia yang dari tahun ke tahun selalu menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan, baik dalam kuantitas maupun kualitas kosakatanya. Pengembangan kosakata itu tidak hanya dirancang agar serasi dengan perubahan masyarakat dan tuntutan kehidupan baru, tetapi juga dikemas agar berkaitan erat dengan pemodernan yang dapat diartikan pencendikiaan intellectualization bahasa Indonesia bagi sejumlah larasnya. Kosakata dan pengembangannya itu akan menafikan pandangan yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia, termasuk kosakatanya, belum mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, atau pikiran cendikia penuturnya. Kata kunci: kosakata, kecendikiaan, pemberdayaan, pemadanan

1. Pengantar