Kesiapan Kosakata dan Istilah

5 Indonesia membutuhkan satu atau dua generasi bagi pemantapan bentuk-bentuk sinonimnya. Bahkan, ibarat berlomba dia berani bertaruh bahwa bahasa Indonesia akan mencapai bagian dan tujuan tersebut terlebih dahulu. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak 28 Oktober 1928, tepatnya 85 tahun silam, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia telah dilakukan dengan semangat yang berkobar-kobar franticzeal untuk membebaskan diri dari kungkungan kebahasaan linguistic shacles asing. Kita dapat membedakan kurun waktu perkembangan kosakata dan istilah dalam bahasa Indonesia menjadi enam, yaitu 1 kurun pewarisan 1928— 1942, 2 kurun kebangkitan 1942—1956, 3 kurun peralihan 1956—1969, 4 kurun pematangan 1969—1980, 5 kurun jati diri 1980—1990, dan 6 kurun pengembangan 1990—sekarang. Kurun pewarisan menunjukkan bahwa sikap kita pada waktu itu seakan-akan menerima bahasa Indonesia sebagaimana adanya. Kurun kebangkitan patut dicatat sebagai tonggak sejarah karena pada masa itu kita mulai membina bahasa kebangsaan kita dengan penuh kesadaran. Kurun peralihan merupakan masa pergeseran pandangan yang semula peristilahan kita berorientasi ke bahasa Belanda beralih ke bahasa Inggris. Kurun pematangan merupakan masa tumbuhnya kesadaran bahwa bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia adalah serumpun. Masa penemuan jati diri merupakan masa kita mulai menemukan jatidiri tentang bahasa kita. Kita mulai memahami berbagai ciri khas bahasa Indonesia dan peluang yang ada menuju perkembangannya. Kurun pengembangan merupakan masa bahasa Indonesia mulai berkembang, baik dalam hal pemakaian maupun pemakainya, menuju bahasa yang luwes dan lentur dalam mengungkapkan ide dan gagasan.

1. Kesiapan Kosakata dan Istilah

Masuknya kosakata dari bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang tidak dapat dihindari sebagai pertanda bahwa bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Tujuan utama adalah untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia sehingga mampu menjadi pilihan utama ketika menyampaikan gagasan atau ide dalam era global ini. 6 Untuk mengetahui kosakata bahasa Indonesia, kamus bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai sumber karena di dalam kamuslah bentuk kodifikasi leksikon bahasa Indonesia itu direkam dan disimpan. Kosakata bahasa Indonesia yang terekam di dalam kamus sebagai bentuk kodifikasi pada tahun 1988 berjumlah 62.100 lema; pada tahun 1991 berjumlah 68.000 lema, pada tahun 2001 berjumlah 78.000 lema; dan pada tahun 2008 berjumlah 90.000 lema. Data yang ada memperlihatkan bahwa dari 90.000 kosakata bahasa Indonesia yang terekam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat ternyata 3.631 kosakata 5 berasal dari 72 bahasa daerah lihat: Budiwiyanto, 2008. Konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia dan kekerapan penggunaannya, baik oleh wartawan, penulis, pejabat, masyarakat menjadi faktor utama yang memengaruhi banyak sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemanfaatan kosakata daerah sebagai pengungkap konsep atau ide yang belum ada dalam kosakata bahasa Indonesia menjadi sangat perlu agar nuansa keindonesiaannya juga tampak. Sementara itu, 387.983 kosakata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia tersebar dalam berbagai bidang ilmu dan sudah dibakukan dan diterbitkan dalam bentuk senarai dan kamus bidang ilmu. Untuk memudahkan pengguna bahasa, 184.479 kata dan istilah yang dipadankan itu sudah disusun dalam bentuk glosarium cakram padat compact disk. Padanan kosakata dan istilah yang paling banyak terdapat di bidang kedokteran, kemudian bidang biologi, fisika, kimia, matematika. Hal itu mengindikasikan bahwa bidang ilmu dasar memiliki padanan kasakata dan istilah yang lebih banyak dibandingkan dengan bidang-bidang ilmu lain Zabadi, 2010. Konsep kosakata bahasa asing yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia dan kekerapan penggunaan kosakata dan istilah bahasa asing, baik oleh wartawan, penulis, pejabat, masyarakat menjadi faktor utama yang memengaruhi banyak sedikitnya kosakata bahasa asing diserap ke dalam bahasa Indonesia. 5 Besarnya jumlah penutur ternyata tidak selalu menentukan jumlah kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, misalnya bahasa Minangkabau dengan penutur 6.500.000 menyumbangkan 929 kosakata dalam bahasa Indonesia, melebihi sumbangan bahasa Sunda yang hanya 223 kosakata dengan jumlah penutur 27.000.000. Konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia dan kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah, baik oleh wartawan, penulis, pejabat, masyarakat menjadi faktor utama yang memengaruhi banyak sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia. 7 2 Kesiapan Pedoman dan Kebijakan Upaya untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengungkap pikiran cendikia juga telah dilakukan, baik oleh pemerintah, pakar, maupun penggiat bahasa dalam bentuk pengembangan pedoman dan kebijakan. Pengembangan itu tidak hanya dalam upaya untuk memodernkan bahasa Indonesia, tetapi juga untuk mengantisipasi masuknya kata dan istilah asing yang tidak seturut dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam upaya memberi panduan dalam pengembangan kosakata dan istilah itulah disusun Pedoman Umum Pembentukan Istilah PUPI, 1975. Setelah digunakan selama 14 tahun pedoman itu disempurnakan dan diterbitkan sebagai edisi kedua 1989. Perubahan tatanan kehidupan dunia baru dengan globalisasinya telah mengubah pola pikir dan masyarakat pengguna bahasa. Kosakata asing masuk ke dalam bahasa Indonesia seiring dengan masuknya ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan ke dalam masyarakat Indonesia. Untuk mengantisipasi itu, PUPI Edisi Kedua yang sudah berusia 30 tahun itu ditinjau dan disempurnakan sehingga terbit PUPI Edisi Ketiga 2005. Di dalam pedoman edisi ketiga terjadi pergeseran paradigma dalam menentukan sumber pengidonesiaan kata dan istilah asing. Ketiga kelompok bahasa –bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing--yang menjadi sumber pencarian istilah baru memiliki peluang yang sama menjadi kosakata bahasa Indonesia. Prinsip dasar yang tidak boleh dilanggar adalah kata yang menjadi sumber itu harus memiliki ketepatan makna, singkat, dan tidak berkonotasi negatif. Hal yang menarik terjadi pada awal tahun 1995 ketika masyarakat kita begitu suka menggunakan kata dan istilah asing untuk menamai tempat, usaha, hasil usaha, atau petemuan-pertemuan yang mereka adakan. Gejala itu telah disikapi pemerintah dengan menerbitkan buku Pedoman Pengindonesian Kata dan Ungkapan Asing 6 yang tidak 6 Dasar hukum pengeluaran buku pedoman ini adalah UUD 1945 Pasal 36 tentang Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia, Ketetapan MPR No. II tahun 1993 tentang GBHN; UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok- pokok pemerintahan daerah; Keputusan Presiden No.57 tentang Ejaan Yang Disempurnakan; Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 20 tahun 1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia; Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 1U1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia; dan Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Wali Kotamadya No. 4341021SJ tahun 1996 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. 8 hanya menjadi pijakan dan dasar dalam mengindonesiakan kata dan ungkapan asing, tetapi juga menjadi sumber untuk mendapatkan istilah asing yang sudah diidonesiakan. Upaya terkini yang dihembuskan pemerintah untuk menjadikan dan mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai pengungkap pikiran cendikia adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan”. Jika undang-undang tersebut dapat diterapkan, penempatan bahasa Indonesia sebagai pengungkap pikiran cendikia akan lebih tampak. Sebagai bagian dari program perencanaan bahasa, peraturan ini diharapkan dapat menjadi penangkal kekhawatiran Robin dan Fishben 1991 yang menduga bahwa setengah bahasa di dunia tidak akan bertahan hidup pada abad XXI jika tidak dilakukan perencanaan yang tepat.

4. Menungkan Pikiran Cendikia melalui Kosakata dan Istilah Bahasa Indonesia