13 PUPI, 2008. Penerjemahan dapat dilakukan melalui penerjemahan langsung misalnya
bonded zone menjadi kawasan berikat dan supermarket menjadi swalayan dan penerjemahan dengan perekaan invention misalnya, survive menjadi sintas dan
catering menjadi jasa boga. Penyerapan kata dan istilah asing menjadi istilah Indonesia diupayakan agar dapat meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia
secara timbal balik mengingat keperluan masa depan, mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena lebih dahulu dikenal, mempermudah kesepakatan
antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya, dan lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk. Penyerapan kata dan istilah asing
menjadi kata dan istilah Indonesia dapat dilakukan melalui empat cara. Pertama, dengan penyesuaian ejaan dan lafal. Misalnya, camera dan microfon diserap menjadi kamera
dan mikrofon ejaan c pada kedua kata asing tersebut disesuaikan dengan ejaan dalam bahasa Indonesia, yaitu k, dan dilafalkan seturut kaidah lafal bahasa Indonesia, yaitu
{kamera} dan {mikrofon}. Kedua, dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. Misalnya, file menjadi fail. Ketiga, dengan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi lafalnya
disesuaikan. Misalnya, bias dan nasal menjadi bias dan nasal ejaan kedua kata bahasa
asing tersebut tidak perlu diubah atau disesuikan dengan ejaan bahasa Indonesia, ejaannya diserap utuh, tetapi lafalnya harus disesuaikan dengan lafal bahasa Indonesia,
yaitu {bias} dan {nasal}, bukan {b ī∂s} dan {nâs∂l} seperti lafal bahasa Inggris.
Keempat, dengan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal penyerapan utuh. Misalnya, allegro moderato, divide et impera, Aufklärung, dulce et utile, esprit de corps, vis-à-vis yang jika
ditulis miring dalam bahasa Indonesia. Penyerapan dilakukan apabila kata yang diserap itu memang diperlukan untuk suatu pengungkapan karena kosakata di dalam bahasa
penyerap tidak tersedia. Sementara itu, gabungan penerjemahan dan penyerapan dilakukan dengan menerjemahkan satu bentuk kata dan menyerap bentuk kata lain.
Misalnya, clay colloid menjadi koloid lempung clay diterjemahkan menjadi lempung,
sedangkan colloid diserap menjadi koloid.
5. Peluang, Tantangan, dan Strategi
Sebagai bahasa yang termasuk sepuluh besar dalam hal jumlah penutur, bahasa Indonesia memiliki peluang dan tantangan agar menjadi bahasa dunia yang mampu
14 mengungkapkan pikiran cendikia penuturnya. Menurut hemat saya ada tiga peluang besar
yang dimiliki dan harus dimanfaatkan bahasa Indonesia agar mampu menjadi bahasa cendikia. Pertama, bahasa Indonesia memiliki jumlah kosakata yang sangat memadai
untuk mengungkapkan pikiran cendikia. Jumlah kosakata ini akan terus bertambah mengingat Indonesia memiliki 743 bahasa daerah
7
SIL, 2006 yang akan menjadi menyokong utama kosakata bahasa Indonesia. Kedua, bahasa Indonesia memiliki
pedoman dan kebijakan yang bersifat dinamis dan terbuka untuk menerima kosakata asing menjadi kosakata bahasa Indonesia. Dalam PUPI edisi I dan II tidak ada perbedaan
yang mencolok dalam hal penentuan sumber istilah. Keduanya masih tetap berpegang pada aturan bahwa sumber utama pengembangan istilah adalah bahasa Indonesia umum,
kemudian bahasa serumpundaerah—jika tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia umum—, lalu bahasa asing—apabila tidak ditemukan dalam bahasa umum dan bahasa
serumpundaerah. Sementara itu, dalam PUPI Edisi III hierarki pemilihan sumber istilah itu tidak lagi begitu diutamakan. Ketiga kelompok bahasa yang menjadi sumber
pencarian istilah tersebut memiliki peluang yang sama menjadi kosakata bahasa Indonesia. Ketiga, bahasa Indonesia digunakan oleh sekitar 259 juta penutur dan sudah
diajarkan di 35 negara. Jumlah penutur dan orang asing yang akan berlajar bahasa Indonesia akan terus bertambah seiring dengan semakin membaiknya perekonomian
Indonesia dan semakin besarnya peran Indonesia di percaturan dunia. Meskipun peluang untuk menjadi bahasa dunia dan pengungkap pikiran cendikia,
bahasa Indonesia masih memiliki tantangan yang harus segera diatasi. Tantangan utama yang dihadapi adalah masyarakat Indonesia masih banyak yang lebih membanggakan
bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Hal itu terbukti dengan banyaknya masyarakat Indonesia, termasuk pejabatnya, yang masih menggunakan kata dan istilah asing untuk
mengungkapkan gagasan dan pemikirannya. Padahal, konsep dan gagasan itu dapat dituangkan dalam kosakata bahasa Indonesia. Selain itu, tantangan yang masih dihadapi
bahasa Indonesia adalah a kektidaktahuan atau kekurangpahaman masyarakat terhadap
7
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kesimpangsiuran dalam menentukan jumlah bahasa daerah di Indonesia. Esser 1951 dan Alisjahbana 1954 menyebutkan ada 200 bahasa daerah,
Salzener 1960 menyebutkan ada 96 bahasa daerah, Grimes 1988 menyebutkan ada 672, dan Lembaga Bahasa Nasional 1972 menyebut ada 418 bahasa daerah. Kesimpangsiuran itu terjadi antara lain karena
ketidakseragaman kuesioner, teori, metode, dan teknik yang digunakan.
15 kosakata bahasa Indonesia; b penyebaran hasil kodifikasi, seperti kamus, glosarium,
tata bahasa masih tidak merata dan tidak lancer; c penerbitan hasil kodifikasi dan pengembangan bahasa masih belum banyak dan belum sampai kapada sasaran pengguna;
dan d pengajar di Perguruan Tinggi masih banyak menggunakan kata dan istilah bahasa Inggris, sedangkan insan media tidak merasa terikat pada produk yang sudah dibakukan.
Untuk mengatasi tantangan agar kosakata bahasa Indonesia berperan dalam menyampaikan pikiran cendikia, strategi yang menurut hemat saya dapat dilakukan
antara lain sebagai berikut. 1. Meningkatkan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indonesia
sehingga mereka bangga menggunakan bahasa Indonesia. 2. Meningkatkan jumlah objek pembinaan, yaitu kelompok yang belum dapat
berbahasa Indonesia dan kelompok yang belum mahir berbahasa Indonesia. 3. Menyebarkan hasil kodifikasi pengindonesiaan kata dan istilah asing kepada
penutur bahasa Indonesia, terutama kepada penutur yang menjadi garda depan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
4. Melakukan penerbitan hasil kodifikasi dan pengembangan bahasa sebanyak- sabanyaknya. Hal itu akan lebih mudah dilakukan apabila penerbitan, baik buku,
kamus, kata dan istilah yang berkaitan dengan kebahasaan ditangani langsung oleh lembaga resmi pemerintah yang manangani persoalan kebahasaan.
6. Penutup