Pendahuluan Hakekat Kehadiran Istilah

2

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks

Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menerapkan prinsip-prinsip: 1 bahasa dipandang sebagai teks, bukan hanya kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, 2 penggunaan bahasa tidak lain adalah proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, 3 bahasa bersifat fungsional yang tidak dapat dilepaskan dari konteks yang mencerminkan ide, sikap, nilai, dan pandangan penggunanya, dan 4 bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Setiap teks memiliki struktur tersendiri yang merupakan cerminan struktur berpikir. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, semakin banyak struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik dapat mengonstruksi ilmu pengetahuan melalui kemampuan mengobservasi observing, menanya questioning, mengasosiasikan associating, menganalisis analysing, dan menyajikan presenting hasil analisis secara memadai. Dengan kata lain, dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial, budaya, dan akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Buku ajar dalam Kurikulum 2013 menyajikan berbagai jenis teks, yang terdiri atas teks sastra dan nonsastra. Teks nonsastra dapat berupa teks laporan dan teks prosedural serta teks transaksional dan teks ekspositori. Sementara teks sastra dapat berupa teks cerita naratif dan teks cerita nonnaratif. Jenis-jenis teks tersebut dapat dibedakan atas dasar tujuan fungsi sosial teks, struktur teks tata organisasi, dan ciri-ciri kebahasaan teks-teks tersebut. Sesuai dengan prinsip tersebut, teks yang berbeda tentu memiliki fungsi yang berbeda, struktur teks yang berbeda, dan ciri-ciri kebahasaan yang berbeda. Dengan demikian, pembelajaran bahasa berbasis teks merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menguasai dan menggunakan jenis-jenis teks tersebut di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa diharapkan selalu menggunakan jenis teks yang sesuai dengan tujuan kegiatan yang dilakukannya. Dengan demikian, jenis-jenis teks 3 tersebut diproduksi dalam konteks sosial yang melatarbelakangi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik konteks situasi maupun konteks budaya. Buku ajar dirancang berbasis aktivitas, artinya siswa aktif melakukan kegiatan belajar melalui kegiatan-kegiatan, tugas-tugas, baik secara mandiri, pasangan, maupun kelompok. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan buku ajar sesuai Kurikulum 2013, peserta didik akan menempuh tahapan-tahapan: 1 pembangunan konteks, 2 pemodelan teks, 3 pembuatan teks secara bersama-sama, dan 4 pembuatan teks secara mandiri. Teks buatan siswa diharapkan dapat dipublikasikan melalui forum komunikasi atau media publikasi yang tersedia di sekolah. Pembangunan konteks dimaksudkan sebagai langkah awal yang dilakukan oleh guru bersama siswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan. Pemodelan adalah tahap yang berisi pembahasan teks yang disajikan sebagai model pembelajaran. Pembangunan teks secara bersama-sama, semua siswa. Tahap kegiatan berikutnya adalah kegiatan belajar mandiri. Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan dan mengkreasikan teks sesuai dengan tujuan berkomunikasinya. Purwo 1984 membagi dua pola penataan materi pembelajaran bahasa, yaitu pembelajaran dengan fokus utamanya pada bentuk form bahasa dan pembelajaran dengan fokus utama pada fungsi function bahasa. Belajar bahasa lebih dari sekadar mempersoalkan kegramatikalan karena yang lebih penting adalah kecocokan penggunaan suatu tuturan pada konteks sosiokulturalnya. Pembelajaran dengan penekanan pada bentuk bahasa telah berlangsung cukup lama, yaitu sepanjang periode 1880 s.d. 1970-an, sedangkan pembelajaran dengan penekanan pada fungsi bahasa telah berlangsung mulai 1980-an. Purwo 1984 lebih lanjut menyatakan bahwa secara metodologis, pembelajaran bahasa dengan penekanan pada bentuk telah menjadi bahan utama bagi pendekatan pembelajaran bahasa melalui: Metode Penerjemahan Tata Bahasa Grammar Translation Method, Metode Langsung Direct Method, Metode Audiolingual Audiolingual Method, Teori Pembelajaran Kognitif Cognitive Learning Theory, dan Pendekatan Komunikatif Communicative Approach. Namun, perbedaan di antara keempat metode tersebut terletak pada prosedur penyajian materinya. Pada pendekatan Metode Penerjemahan Tata Bahasa dan Teori Pembelajaran Kognitif, penyajian materi