Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks

3 tersebut diproduksi dalam konteks sosial yang melatarbelakangi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik konteks situasi maupun konteks budaya. Buku ajar dirancang berbasis aktivitas, artinya siswa aktif melakukan kegiatan belajar melalui kegiatan-kegiatan, tugas-tugas, baik secara mandiri, pasangan, maupun kelompok. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan buku ajar sesuai Kurikulum 2013, peserta didik akan menempuh tahapan-tahapan: 1 pembangunan konteks, 2 pemodelan teks, 3 pembuatan teks secara bersama-sama, dan 4 pembuatan teks secara mandiri. Teks buatan siswa diharapkan dapat dipublikasikan melalui forum komunikasi atau media publikasi yang tersedia di sekolah. Pembangunan konteks dimaksudkan sebagai langkah awal yang dilakukan oleh guru bersama siswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan. Pemodelan adalah tahap yang berisi pembahasan teks yang disajikan sebagai model pembelajaran. Pembangunan teks secara bersama-sama, semua siswa. Tahap kegiatan berikutnya adalah kegiatan belajar mandiri. Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan dan mengkreasikan teks sesuai dengan tujuan berkomunikasinya. Purwo 1984 membagi dua pola penataan materi pembelajaran bahasa, yaitu pembelajaran dengan fokus utamanya pada bentuk form bahasa dan pembelajaran dengan fokus utama pada fungsi function bahasa. Belajar bahasa lebih dari sekadar mempersoalkan kegramatikalan karena yang lebih penting adalah kecocokan penggunaan suatu tuturan pada konteks sosiokulturalnya. Pembelajaran dengan penekanan pada bentuk bahasa telah berlangsung cukup lama, yaitu sepanjang periode 1880 s.d. 1970-an, sedangkan pembelajaran dengan penekanan pada fungsi bahasa telah berlangsung mulai 1980-an. Purwo 1984 lebih lanjut menyatakan bahwa secara metodologis, pembelajaran bahasa dengan penekanan pada bentuk telah menjadi bahan utama bagi pendekatan pembelajaran bahasa melalui: Metode Penerjemahan Tata Bahasa Grammar Translation Method, Metode Langsung Direct Method, Metode Audiolingual Audiolingual Method, Teori Pembelajaran Kognitif Cognitive Learning Theory, dan Pendekatan Komunikatif Communicative Approach. Namun, perbedaan di antara keempat metode tersebut terletak pada prosedur penyajian materinya. Pada pendekatan Metode Penerjemahan Tata Bahasa dan Teori Pembelajaran Kognitif, penyajian materi 4 didahului dengan materi tata bahasanya, lalu diikuti struktur bahasanya induktif, pada pendekatan Metode Langsung dan Metode Audiolingual yang didahulukan adalah struktur bahasanya, kemudian diikuti uraian tata bahasanya deduktif. Adapun penekanan pada materi penguasaan penggunaan bahasa menjadi pusat perhatian pembelajaran bahasa melalui metode Pendekatan Komunikatif atau yang sering disebut dengan Metode Pendekatan FungsionalNosional FunctionalNotional Approach. Di dalam Kurikulum 2013, bahasa Indonesia menekankan pembelajaran berbasis teks. Satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis. Teks dapat berwujud teks tulis maupun teks lisan bahkan dalam multimodal: perpaduan teks lisan dan tulis serta gambaranimasifilm. Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama yang harus dimiliki. Pertama adalah konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu pesan, pikiran, gagasan, atau ide yang hendak disampaikan field, sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan tenor, dan dalam format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas mode. Unsur kedua adalah konteks situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks budaya yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi. Terdapat perbedaan antara satu jenis teks tertentu dan jenis teks lain. Perbedaan dapat terjadi misalnya pada struktur teks itu sendiri. Struktur teks membentuk struktur berpikir sehingga di setiap penguasaan jenis teks tertentu, siswa akan memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan struktur teks yang dikuasainya. Dengan berbagai macam teks yang sudah dikuasainya, siswa akan mampu menguasai berbagai struktur berpikir. Bahkan, satu topik tertentu dapat disajikan dalam jenis teks yang berbeda dan tentunya dengan struktur berpikir yang berbeda pula. Dengan memperhatikan jenis-jenis teks itu, serta adanya unsur utama yang harus dimiliki sebuah teks, salah satunya adalah mode sarana bahasa yang digunakan untuk mengemas pesan, pikiran, gagasan, dan ide yang disampaikan melalui teks melalui pembelajaran bahasa berbasis teks, materi sastra dan materi kebahasaan dapat disajikan. 5

C. Strategi Pembelajaran dalam Buku Ajar

Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat, dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: 1 berpusat pada peserta didik, 2 mengembangkan kreativitas peserta didik, 3 menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4 bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan 5 menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses 6 berpikirnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Guru memberikan kemudahan untuk proses ini dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik ke pemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”. Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, danatau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Secara umum jenjang pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang keempat dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar. Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat stimulus luar yang diberikan guru, teman, atau lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik. Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi kompetensi yang