72
Tabel 19: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa
No. Data
Levene Statistic
df1 df2 Sig. p Keterangan
1 Motivasi Belajar Pretest
1.712 1
52 0.196
Signifikansi 0.05 = homogen
2 Motivasi Belajar Posttest
2.621 1
52 0.111
Signifikansi 0.05 = homogen
Berdasarkan tabel rangkuman hasil uji homogenitas di atas, diketahui bahwa seluruh data memiliki p 0.05 sehingga seluruh data
bersifat homogen.
C. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan model discovery learning
dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan dan hipotesis dalam penelitian ini yaitu “ada perbedaan
motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di
SMP Negeri 1 Piyungan”. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, data penelitian bersifat
normal dan homogen sehingga analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut yaitu uji-t tepatnya menggunakan Independent-Samples T
Test dengan bantuan program aplikasi IBM SPSS Statistics 20 for Windows. Data bersifat signifikan apabila nilai p 0.05.
73
Tabel 20: Hasil Uji T Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol
Data Levene’s Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
t Sig. 2-tailed
Motivasi Belajar Pretest
1.712 0.196
-0.778 0.440
Motivasi Belajar Posttest
2.621 0.111
-1.004 0.320
hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16, halaman 116 Berdasarkan tabel hasil uji-t di atas, diketahui F = 1.712 dan Sig. p
= 0.196 0.05 varian sama, serta t = -0.778 dan nilai Sig. 2-tailed atau p motivasi belajar awal pretest lebih besar dari 0.05 yaitu p = 0.440 0.05.
Dengan demikian, hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan motivasi belajar di awal atau pretest antara kelas eksperimen yang menggunakan model discovery learning dan kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan pretest, kelas eksperimen diberikan perlakuan
khusus dengan menerapkan model discovery learning dalam pembelajaran notasi musik, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus
karena hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah seperti pada umumnya. Hasil uji-t posttest motivasi belajar
menunjukkan bahwa F = 2.621 dan Sig. p = 0.111 0.05 varian sama, serta t = -1.004 dan nilai p lebih dari 0.05 yaitu p = 0.320 0.05. Dengan
demikian hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara motivasi belajar akhir posttest siswa kelas eksperimen
74
yang menggunakan model discovery learning dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan kedua hasil uji-t di atas, hipotesis penelitian ini yaitu ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model
discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi
musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyunganditolak.
D.
Pembahasan Tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang
menggunakan model discovery learning dengan model konvensional
dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan
Hasil perhitungan uji-t menggunakan program aplikasi IBM SPSS Statistics 20 for Windowsmenunjukkan bahwa pada motivasi belajar akhir
antara kelas yang menggunakan model discovery learning dan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional, nilai signifikansi yang
didapat yaitu 0.320, lebih besar dari 0.005 p = 0.320 0.05. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara motivasi belajar yang muncul pada diri siswa kelas VIII setelah melaksanakan pembelajaran notasi musik menggunakan model discovery
learning maupun model pembelajaran konvensional di SMP Negeri 1 Piyungan.
75
Jika dilihat dari hasil deksriptif statistik pretest dan posttest, rata-rata motivasi belajar siswa tidak mengalami perubahan atau peningkatan yang
berarti sehingga perbedaan motivasi di antara kedua kelas tersebut terbilang kecil.Rata-rata nilai pretest motivasi belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran discovery learning adalah 69.79 sedangkan rata-rata nilai pretest motivasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional adalah 68.35.Hal tersebut menunjukkan adanya kesetaraan motivasi belajar awal antara kedua kelas tersebut sehingga tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.Kemudian, dari hasil deksriptif statistik posttest motivasi belajar siswa, diketahui nilai rata-rata motivasi belajar akhir siswa
sedikit meningkat.Nilai rata-rata kelas yang menggunakan model discovery learning mencapai 72.04, sedangkan rata-rata nilai posttest motivasi belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 70.27. Hal tersebut menunjukkan bahwa selisih nilai posttest motivasi belajar
kedua kelas tersebut hanya 1.77 poin saja sehingga dapat diartikan tidak adanya peningkatan dan perbedaan yang berarti terhadap motivasi belajar
akhir siswa kelas yang menggunakan pembelajaran discovery learning maupun kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Selanjutnya yaitu mengenai kekurangan model discovery learning yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak mengalami perbedaan motivasi
belajar yang signifikan sehingga hipotesis tidak terbukti.Kekurangan dari discovery learning yaitu menyempitkan otak siswa untuk berpikir kreatif
jika pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih
76
dahulu oleh guru. Selain itu, mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan
kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Berdasarkan pengamatan penulis, pada umumnya, siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Piyungan memiliki karakteristik suka pada hal yang bersifat praktik.Mereka lebih menyukai seni musik dalam hal praktik dari pada teori sehingga ketika
pembelajaran notasi musik berlangsung, mereka kurang antusias dan cepat bosan dengan materi yang sudah disediakan oleh guru, mereka tidak dapat
mengembangkan otak dan kemampuan psikomotorik pada dirinya.Apalagi, dalam konsep discovery learning, siswa hanya fokus pada teori yang sudah
diberikan pada guru sehingga pemikiran mereka kurang berkembang. Salah satu aspek motivasi menurut Mc.Cown Kusumaningtyas,
2010:24 yaitu keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar.Hal yang mendasari keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar yaitu adanya rasa
ingin tahu curiosity yang tinggi dalam diri seseorang. Berdasarkan pengamatan penulis, hanya sebagian kecil dari siswa kelas eksperimen yang
memiliki highcuriosity ketika pembelajaran notasi musik di kelas, hanya sedikit siswa yang aktif dan mau menggali banyak informasi mengenai
notasi musik saat pembelajaran berlangsung sehingga rata-rata posttest motivasi siswa setelah pembelajaran menggunakan discovery learning
hanya meningkat sedikit, tidak jauh berbeda dengan rata-rata posttest motivasi siswa kelas konvensional dan hal tersebut mengakibatkan uji-t
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
77
Imron 1996 yang dikutip oleh Siregar 2011:53 menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dikaitkan dengan keadaan siswa saat penulis melakukan proses
pembelajaran di sekolah sehingga akan terlihat lebih jelas alasan motivasi belajar siswa tidak mengalami perbedaan yang signifikan antara kelas
setelah diterapkannya model discovery learning pada pembelajaran notasi musik di sekolah. Faktor yang pertama yaitu kondisi diri dan lingkungan
peserta didik.Kondisi ini memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi belajar siswa.Penelitian yang berjalan singkat tidak mampu mendeteksi
keadaan siswa di luar kelas.Kondisi diri dan lingkungan siswa yang tak dapat dipantau ini dapat menjadi penyebab naik turunnya motivasi belajar
siswa. Faktor yang kedua yaitu unsur-unsur dinamis belajarpembelajaran bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar, dll.Hal tersebut
ditunjukkan dengan masih minimnya buku pegangan yang dimiliki siswa sehubungan dengan notasi musik sehingga menyulitkan siswa untuk
mendapatkan informasi dan menjawab hipotesis dalam tahap-tahap discovery learning.
Terdapat beberapa penelitian yang melibatkan proses discovery learning di lingkungan sekolah menunjukkan hasil analisis bahwa discovery
learning dapat memberikan dampak positif dan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan atau prestasi belajar siswa, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Abdul Kholik pada tahun 2013 dengan penelitian berjudul
78
“Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Guided Discovery untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika
Topik Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematikadengan metode
penemuan terbimbing
GuidedDiscovery sebagai
upaya untuk
meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Kalasan
Kabupaten Slemanberjalan
sesuai dengan
karakteristik penemuanterbimbing.Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Gordella Nugraheni pada tahun 2014 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo”. Dalam kesimpulan
penelitian tersebut dijelaskan bahwa penerapan metode discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV
SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo dengan bimbingan dan pengarahan dari guru.
Dalam sebuah penelitian eksperimen, sangat memungkinkan jika data yang didapat, kemudian di analisis, ternyata mendapati hasil uji
hipotesis yang tidak signifikan.Hal tersebut terjadi pada beberapa penelitian seperti yang dikemukakan oleh Tina Wahyu Lestari.Penelitian tersebut
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning disertai Media Kartu Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dan Hasil
Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA SMPN 10 Jember”. Hasil penelitian
79
menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learning disertai media kartu masalah tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kompetensi pengetahuan Artikel Ilmiah Mahasiswa, 2015, II 1 : 1. Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fattah Intan Rosila
dengan judul “Pengaruh Model Discovery Learning dengan Metode Praktikum pada Materi Ekosistem terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas X MAN Yogyakarta II”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learningdisertai metode praktikum,
discovery learning, dan konvensional pada materi ekosistem tidak berpengaruh terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa kelas X MAN
Yogyakarta II. Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa model
discovery learningtidak selalu memberikan pengaruh yang signifikan tehadap hasil belajar kompetensi pengetahuan siswa.Hasil belajar yang tidak
mengalami perubahan signifikan dapat disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa.Studi yang dilakukan Walberg dkk. dalam Siregar,
2015: 52 menyimpulkan bahwa motivasi memiliki kontribusi antara 11- 20 terhadap prestasi belajar. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa model discovery learning tidak selalu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa
sehingga memungkinkan siswa mendapat hasil belajar yang kurang maksimal. Hal tersebut terjadi pada penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan
80
model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model
discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan. Model discovery
learning tidak berpengaruh besar terhadap motivasi belajar notasi musik siswa dan kurang efektif untuk pembelajaran notasi musik bagi siswa kelas
VIII di SMP Negeri 1 Piyungan. Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara hasil posttest motivasi belajar kelas
eksperimen yang menggunakan model discovery learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional dalam pembelajaran notasi
musik. Keduanya memiliki rata-rata hasil posttest yang hampir sama serta tidak terdukungnya beberapa kriteria situasi dan kondisi proses discovery
learning.
E. Keterbatasan Penelitian