PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNINGTERHADAP MOTIVASI BELAJAR NOTASI MUSIK SISWA SMP NEGERI 1 PIYUNGAN.

(1)

i

BELAJAR NOTASI MUSIK SISWASMP NEGERI 1 PIYUNGAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Novia Kurniawati NIM12208241053

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya tulis sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Penulis,

Novia Kurniawati Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Novia Kurniawati

NIM : 12208241053

Program Studi : Pendidikan Seni Musik


(5)

v


(6)

vi

Karya tulis ini saya persembahkan untuk Ibu saya tercinta, Munfingah, adik kandung saya, Septiana Dwi Rakhmawati, dan rekan terdekat saya Rizky Nur Ahmad. Terima kasih telah memberi dukungan kepada saya dan memanjatkan doa


(7)

vii

Alkhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa SMP Negeri 1 Piyungan”. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Suwarta Zebua, M.Pd. dan Ibu Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. yang selalu membimbing saya proses penyelesaian skripsi. 2. Ibu Sri Windaryati selaku guru seni musik SMP Negeri 1 Piyungan

yang senantiasamemberikan pengarahan kepada saya sehingga kegiatan penelitian berjalan dengan lancar.

3. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan yang baik, aktif dan selalu memberikan semangat kepada saya.

4. Saudari Ratri Pratiwi, selaku validator instrumen yang telah sangat sabar mengajari saya cara menyusun instrumen yang baik dan benar. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan selama membimbing saya.

5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Penyusun menyadari skripsi ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan dari berbagai pihak untuk perubahan yang lebih baik.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Penulis,


(8)

viii

Halam an

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A.Landasan Teori ... 8

1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar ... 8

2. Model Pembelajaran ... 10

3. Model Discovery Learning ... 11

a) Pengertian Discovery Learning ... 11

b) Tahap-tahap Model Discovery Learning ... 14

c) Kelebihan danKekurangan Discovery Learning ... 15

4. Motivasi Belajar ... 16

a) Pengertian Motivasi ... 16

b) Pengertian Belajar ... 17

c) Pengaruh Motivasi dalam Belajar ... 18

d) Fungsi Motivasi ... 19

e) Teori Motivasi Belajar ... 21

f) Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 22

g) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 24

5. Teori Notasi Musik Dasar ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C.Kerangka Berpikir ... 33


(9)

ix

A.Jenis dan Desain Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian ... 37

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D.Populasi dan Sampel... 38

E. Langkah-langkah Penelitian ... 39

1. Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen ... 39

2. Kegiatan Belajar Kelas Kontrol... 41

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 43

G.Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 44

H.Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Deskripsi Data Penelitian ... 50

B. Hasil Analisis Data ... 64

1.Hasil Uji Instrumen ... 65

2.Hasil Uji Normalitas ... 70

3.Hasil Uji Homogenitas ... 71

C.Uji Hipotesis ... 72

D.Pembahasan ... 74

E. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A.Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(10)

x

Halam an

Gambar 1: Garis Paranada ... 26

Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada ... 26

Gambar 3: Kunci G ... 26

Gambar 4: Kunci F ... 26

Gambar 5: Grand Staff ... 27

Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu ... 27

Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda ... 28

Gambar 8: Persamaan Nilai Notasi ... 29

Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu ... 29

Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua ... 29

Gambar 11: Tangga Nada C Mayor ... 31

Gambar 12: Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadapMotivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan ... 35

Gambar 13: Diagram Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen ... 59

Gambar 14: Diagram Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen ... 61

Gambar 15: Diagram Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol ... 63


(11)

xi

Halaman Tabel 1:Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan

Pembelajaran Konstruktivistik ... 9

Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat ... 28

Tabel 3: Tanda Birama Sebagai Dasar Ketukan ... 30

Tabel 4: Format Pretest- Postest Control Group Design... 37

Tabel 5: Koefisien Korelasi ... 46

Tabel6: Hasil Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 56

Tabel 7: Hasil Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang MenggunakanModel Pembelajaran Konvensional ... 57

Tabel 8: Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 58

Tabel 9: Distribusi Frekuensi Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 59

Tabel 10: Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Discovery Learning ... 60

Tabel 11: Deskripsi Statistik Pretest dan Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 61

Tabel 12: Distribusi Frekuensi Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang MenggunakanModel Pembelajaran Konvensional ... 62

Tabel 13: Distribusi Frekuensi Data Posttest Motivasi Belajar Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ... 64

Tabel 14: Distribusi Item Angket Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba ... 65

Tabel 15: Distribusi Item Angket Motivasi Belajar Sesudah Uji Coba ... 66

Tabel 16: Hasil Uji Validitas Instrumen (Angket Motivasi Belajar) ... 66

Tabel 17: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Angket Motivasi Belajar) ... 70

Tabel 18: Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Motivasi Belajar Siswa ... 71

Tabel 19: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa ... 72

Tabel 20: Hasil Uji T Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73


(12)

xii

Halaman

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian dari Prodi ... 89

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dari Prodi ... 90

Lampiran 3: Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 91

Lampiran 4: Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian Daerah ... 92

Lampiran 5: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 93

Lampiran 6: Lembar Validasi Pakar ... 94

Lampiran 7: Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 96

Lampiran 8: Hasil Uji Validitas Instrumen (SPSS Output) ... 97

Lampiran 9: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen(SPSS Output) ... 98

Lampiran 10: Angket Motivasi Belajar Notasi Musik ... 99

Lampiran 11: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimendan Kontrol ... 101

Lampiran 12: Uji Deskriptif Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 110

Lampiran 13: Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar(SPSS Output) ... 111

Lampiran 14: Uji Normalitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 113

Lampiran 15: Uji Homogenitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa(SPSS Output) ... 115

Lampiran 16: Uji-T Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas Eksperimen dan KelasKontrol (SPSS Output) ... 116


(13)

xiii

BELAJAR NOTASI MUSIK SISWA SMP NEGERI 1 PIYUNGAN Oleh

Novia Kurniawati NIM 12208241053

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan. Setelah mengetahui tingkat perbedaan motivasi antara kedua kelompok tersebut, maka diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan motivasi belajar notasi musik siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen.Desain penelitian ini yaitu Pretest-Posttest Control Group Design.Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A-H SMP Negeri 1 Piyungan.Sampel penelitian ini yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan VIII F sebagai kelas kontrol.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan uji beda atau uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan. Hal tersebut dibuktikan dari perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa analisis pretest, nilai signifikansi atau p = 0.440 > 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan khusus kepada kelas eksperimen yaitu dengan diterapkannya discovery learning sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus yaitu hanya menggunakan model konvensional seperti pada umumnya, analisis posttest didapatkan nilai signifikansi atau p = 0.320 > 0.05. Berdasarkan hasil analisis posttest tersebut, terlihat bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu pendidikan di Indonesia semakin ditingkatkan, baik dari segi materi ajar maupun sisi pendidik. Maka, tidak heran jika pemerintah terus memperbaiki kurikulum pendidikan demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Suyadi dan Dahlia (2014:3) mengemukakan pengertian kurikulum sebagai berikut.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan, isi, bahan ajar, dan metode pembelajaran yang semuanya itu digunakan untuk membina siswa ke arah perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan perilaku tersebut telah terjadi pada siswa.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan sering mengalami perubahan sehingga banyak hal yang perlu dipersiapkan dan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dari penyusunan kurikulum tersebut dapat terwujud dengan maksimal. Modelpembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar khususnya di sekolah. Siswa cenderung memberikan perhatian mereka kepada guru yang mampu memberikan sesuatu yang berbeda dari hal-hal sebelumnya atau hal pada umumnya.

Salah satu model pembelajaran yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah maju adalah model discovery learning.Model pembelajaran penemuan atau discovery learning memang belum banyak digunakan di sekolah umum.Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia (Hariyono dan Idel,


(15)

2005:167), discovery berarti penemuan sehingga dalam konsep model discovery ini siswa diharapkan mampu menemukan masalah yang mereka hadapi sehubungan dengan materi pelajaran yang guru sampaikan sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. Ketika guru menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, potensi, bakat, dan minat siswa akan semakin berkembang secara optimal dan maksimal (Supardi, 2013:174). Oleh sebab itu, kurangnya antusias dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dapat diantisipasi dengan penerapan discovery learning untuk mengembangkan motivasi dan potensi siswa.

Hadrian (2013:54) mengatakan bahwa, “Sebelum siswa dapat menyimpan memori atau belajar, sesuatu atau seseorang harus dapat menarik perhatian mereka.” Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dan mengaplikasikan media pembelajaran di dalam kelas. Model pembelajaran yang efektif dan media pembelajaran yang dikemas dengan unik, akan menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi terhadap siswa untuk belajar. Ketika guru masuk kelas dengan membawa sebuah hal yang baru dan terlihat berbeda dari biasanya, tentu siswa akan memusatkan perhatiannya pada benda itu. Dengan begitu, guru akan lebih mudah meminta perhatian siswa pada dirinya ketika menyampaikan materi.

Mata pelajaran seni budaya merupakan mata pelajaran gabungan dari beberapa bidang seni, yaitu seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni teater.Akan tetapi, dari keempat bidang seni tersebut, yang umum dipelajari


(16)

di sekolah adalah seni musik dan seni rupa. Akan tetapi, peneliti akan memfokuskan pembahasan dalam bidang seni musik.

Perkembangan materi seni musik dari waktu ke waktu semakin meningkat dengan baik.Siswa tidak hanya dituntut dapat bermusik secara praktik, tapi mampu memahami teori-teori dalam dunia musik secara umum.Akan tetapi, ketika siswa diperkenalkan dengan teori musik, siswa cenderung malas dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran seni musik karena yang ada di pikiran mereka, seni musik seharusnya membuat mereka senang bukan membuat mereka pusing dengan teori-teori musik yang ada.Salah satu teori dalam seni musik yang membuat siswa merasa malas untuk mempelajarinya adalah notasi musik.

Notasi musik merupakan bagian yang sangat penting dalam musik khususnya partitur atau teks musik karena setiap karya musik pasti ditulis dalam bentuk notasi musik.Untuk memahami notasi musik dibutuhkan ketekunan dan keseriusan dalam mempelajarinya.Bentuk notasi musik yang beraneka ragam seringkali membuat mindset siswa pusing dan bingung melihatnya sehingga tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.Apalagi, ketika materi notasi musik disampaikan menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengedepankan ceramah saja.Hal tersebut tidak membuat siswa termotivasi, tapi merasa bosan.

Tingkat penggunaan notasi musik dalam materi pembelajaran seni musik di sekolah sangatlah tinggi.Pada saat ini, notasi musik telah banyak


(17)

sekali muncul di buku paket siswa maupun guru bahkan siswa mulai dituntut untuk mampu menulis notasi musik. Berdasarkan Kurikulum 2013, tertuliskan Kompetensi Dasar(KD) 4.1 materi seni musik SMP/MTs Kelas IX adalah menggubah lagu modern secara unisono. Menurut pengalaman penulis ketika Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Piyungan, pada umumnya siswa tidak dapat menyelesaikan tugas menggubah lagu dengan baik dan benar dikarenakan ketidakpahaman siswa mengenai notasi musik.Bahkan, ketika dijelaskan mengenai notasi musik, para siswa kurang tertarik dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sehubungan dengan materi menggubah lagu yang dipelajari di kelas IX, pengenalan notasi musik sebaiknya diajarkan sejak kelas VII atau kelas VIII sehingga siswa akan siap menerima materi menggubah lagu di kelas IX. Oleh sebab itu, perlu ditumbuhkan motivasi belajar notasi musik pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Negeri 1 Piyungan sehingga mereka dapat mengenal dan memahami notasi musik serta siap menggubah materi lagu dalam bentuk notasi musik di kelas IX. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh penulis di SMP N 1 Piyungan, discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang patut dicoba di kelas untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar notasi musik siswa.


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasipermasalahan sebagai berikut.

1. Kurangnya antusiasme siswa terhadap mata pelajaran seni musik di sekolah.

2. Kurangnya motivasi belajar siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Piyungan terhadap notasi musik sehingga tidak siap dalam mengahadapi materi menggubah lagu di kelas IX.

3. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Piyungan tidak kompeten menggubah lagu dalam bentuk notasi musik.

4. Materi notasi musik terasa membosankan ketika disampaikan menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengedepankan ceramah saja.

5. Model discovery learning belum pernah dicoba dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

6. Belum diketahui adanya perbedaan motivasi belajar siswa antara model pembelajaran penemuan (discovery learning) dengan penggunaan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.


(19)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan difokuskan pada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran penemuan (discovery learning) dengan model konvensional pada pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkanuraian latar belakang dan batasan masalah, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

“Adakah perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakanmodel discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemilihan model pembelajaran yang inovatif, menarik dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.


(20)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat:

a. diterapkan dalam pembelajaran notasi musik khususnya di SMP Negeri 1 Piyungan,

b. menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh guru di sekolah khususnya SMP Negeri 1 Piyungan sehubungan dengan kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran notasi musik.


(21)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar

Pembelajaran yang semakin dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan berfokus pada peserta didik. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif.Brook and Brooksmenyatakan bahwa kontruktivis adalah pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada proses penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan dan gambaran serta inisiatif pesera didik (Hanafiah, 2012:62).

Pendekatan konstruktivis berhubungan dengan model discovery learning atau pembelajaran penemuan.Pendekatan konstruktivis inilah yang mendasari model discovery learning, hanya saja pendekatan konstruktivis menuntut penemuan baru sedangkan discovery learning menemukan suatu pengetahuan yang sudah ada. Siregar (2010:43) mengemukakan perbedaan karakteristik antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut.


(22)

Tabel 1:Perbedaan PembelajaranKonvensional dan Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Konstruktivistik

Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar.

Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju kebagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas. Pembelajaran sangat taat pada

kurikulum yang telah ditetapkan

Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.

Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja.

Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan. Siswa dipandang sebagai “kertas

kosong” yang dapat digores informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada siswa.

Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.

Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.

Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan.

Siswa-siswi biasanya bekerja sendiri-sendiri tanpa ada grup dalam proses belajar.

Siswa-siswi banyak belajar dan bekerja di dalam grup.

Proses pembelajaran konstruktivis merupakan proses yang mendorong siswa lebih kooperatif dan kompetitif serta aktif, kreatif dan inovatif, proses pembelajaran di kelas pun akan lebih menyenangkan. Secara keseluruhan, konsep pembelajaran konstruktivis mendasari model discovery learning. Model pembelajaran ini mampu mencetak peserta didik yang lebih aktif karena sekecil apapun pendapat mereka akan sangat dihargai sehingga peserta didik memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi.


(23)

2. Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan pembelajaran yang dinamis.Bukti bahwa pembelajaran tersebut bersifat dinamis adalah adanya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa, serta interaksi dengan sumber belajar yang ada. Dalam mencapai pembelajaran yang efektif dan dinamis, diperlukan suatu model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah sebuah rangka menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif (Hanafiah, 2012:41).Ketika ingin mendapatkan sesuatu dengan hasil yang baik dan maksimal, maka perlu dilakukan persiapan untuk meminimalisir kesalahan maupun kekurangan, begitu pula dengan sebuah pembelajaran.Model pembelajaran merupakan sebuah persiapan yang harus dirancang demi mencapai pembelajaran yang mampu memberikan hasil terbaik dan maksimal bagi peserta didik. Dengan adanya model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, keterampilan, ide, cara berpikir, serta memberikan kebebasan pada mereka untuk mengekspresikan diri (Trianto, 2010:51-52).

Joyce dan Weil (1992:4) dalam Trianto (2010:53) mengemukakan bahwa sebuah model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang guna membantu menentukan perangkat-perangkat yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut seperti buku, film, komputer, dan perangkat pembelajaran lainnya. Pemilihan model pembelajaran sangat


(24)

dipengaruhi oleh materi yang akan dipelajari di dalam kelas dan tujuan dari penyampaian materi. Selain itu, penyusunan model pembelajaran pun dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa karena model pembelajaran yang baik adalah yang memudahkan siswa bukan malah sebaliknya (Trianto, 2010: 54).Wiyani (2013:35) memaparkan bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan acuan oleh guru dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya.

Dari penjelasan mengenai model pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan pendidik yang dirancang sesuai dengan materi pembelajaran serta kemampuan siswa demi meningkatkan mutu belajar serta untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang maksimal. Model pembelajaran memiliki lingkup yang luas sehingga membantu guru dalam memilih media atau perangkat pembelajaran untuk mendukung model pembelajaran yang diterapkan dalam kelas.

3. ModelDiscovery Learning a. Pengertian Discovery Learning

Model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif sehingga pembelajaran tersebut berpusat pada siswa merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan di sekolah saat ini.Suryosubroto (1997:104) mengemukakan bahwa prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang


(25)

dilakukannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah model discovery learning.

Menurut Supardi (2013:204) discovery learningmerupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri.Teknik pendekatan masalah merupakan teknik yang digunakan dalam model pembelajaran ini. Guru tidak memberikan materi dalam bentuk final sehingga siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri isi dari meteri yang akan disampaikan dan mencoba memecahkan masalah-masalah yang mereka temukan. Model pembelajaran ini tentunya berpusat pada siswa dan mendorong siswa untuk terlibat serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

Menurut Suryosubroto (1997:192) model pembelajaran discovery merupakan komponen dari praktek yang memajukan siswa untuk belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Siswa sadar mengenai pengertian sehingga guru tidak perlu menjelaskan dengan kata-kata. Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Suryosubroto (1997:192), penemuan merupakan suatu model pembelajaran yang unik, guru bebas membentuk cara pembelajaran, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar sebaiknya berpusat pada peserta didik (student center).Pengalaman belajar


(26)

hendaknya dirancang oleh guru secara sistematis, artinya pengalaman belajar memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan sesuai dengan urutan materi yang harus dikuasai siswa untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan (Wiyani, 2013:155).

Istilah discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan atau inquiry dan pemecahan masalah atau problem solving.Beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari penemuan (Suryosubroto, 1997:193).Berikut merupakan pendapat yang dikemukakan oleh Sund tentang hubungan anatara discovery dan inquiry.

Sund (1975) dalam Suryosubroto (1997:193) mengemukakan bahwa discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut Sund, inquiry dibentuk meliputi discovery. Inquiry lebih dalam pengertiannya dibandingkan dengan discovery. Artinya, proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, analisis data, serta menarik kesimpulan.

Dari beberapa pengertian discovery learningdi atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan (discovery learning)merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk


(27)

aktif, belajar menemukan teori sendiri karena guru tidak memberikan suatu materi dalam bentuk final, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk mengamati, menjelaskan, dan menyimpulkan.

b. Tahap-tahapModel Discovery Learning

Djamarah (2013:19-20) menjelaskan tahap-tahap pokok dari model discovery learning yaitu terdiri dari simulation, problem statement, data collection, data processing, verivication, dan generalization.

a) Simulation. Guru mengajukan permasalahan kepada siswa atau siswa menemukan sendiri permasalahan dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya.

b) Problem Statement. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, kemudian merumuskan masalah tersebut. Dari rumusan masalah yang telah dibuat, siswa dibimbing untuk mencari hipotesis atau jawaban sementara.

c) Data Collection. Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat, siswa diberi keputusan untuk membuktikannya melalui kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, mencari hal-hal yang relevan, atau wawancara dengan narasumber.

d) Data Processing. Semua data yang telah di dapat diolah dengan cara diklasifikasikan, ditabulasikan, atau bila perlu dihitung menggunakan analisis statistik.

e) Verification. Verifikasi atau pembuktian merupakan kegiatan membuktikan apakah hipotesis yang telah dibuat dapat terjawab atau tidak setelah dilakukan pengolahan data.

f) Generalization. Tahap selanjutnya adalah siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya.

Strategi pembelajaran dengan discovery learning ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransfer dalam memecahkan permasalahan (Supardi, 2013:205).


(28)

c. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Suryosubroto (1997:200-202) memaparkan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran discovery sebagai berikut.

Kelebihan model pembelajaran penemuan atau discovery:

a) dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitifnya,

b) pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya sehingga pengetahuan yang berhasil di dapat oleh siswa akan bersifat kukuh tertancap dalam pikirannya,

c) model pembelajaran ini mampu membangkitkan gairah pada siswa, d) mendorong siswa untuk bergerak maju sesuai kemampuannya

sendiri,

e) mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri cara belajarnya sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar,

f) memperkuat kepercayaan diri siswa melalui proses-proses penemuan yang dihadapinya dan memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,

g) model pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide,

h) membantu perkembangan siswa menuju rasa keraguan atau kecurigaan yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

a) diperlukan persiapan mental untuk belajar dengan cara seperti ini, misalnya siswa yang lamban mungkin akan bingung dalam usahanya untuk mengembangkan pikiran jika berhadapan degnan hal-hal yang abstrak,

b) model pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori,

c) menimbulkan kekecewaan terhadap guru atau siswa yang terbiasa dengan cara pembelajaran yang konvensional karena tidak mampu berpartisipasi dengan baik dalam proses pembelajaran dengan model penemuan,

d) mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan,


(29)

e) tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk menemukan ide-ide dalam beberapa ilmu, misalnya IPA,

f) menyempitkan otak siswa untuk berpikir kreatif jika pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, menggerakkan siswa untuk mandiri, dan mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa, sedangkan untuk kekurangan dari model discovery learning dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu kurang berhasil jika diterapkan dalam kelas besar, siswa yang tidak aktif dan kurang percaya diri akan sulit mengikuti pembelajaran, dan model discovery learning mengedepankan teori dari pada praktik sehingga siswa kurang dapat berpikir kreatif.

4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Belajar merupakan rutinitas wajib yang seharusnya dilakukan oleh pelajar atau siswa di sekolah.Akan tetapi, pada umumnya siswa merasa bahwa belajar merupakan kegiatan yang mudah sekali membosankan. Rasa malas seringkali menghantui hati dan pikiran siswa ketika akan dimulainya kegiatan belajar. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Menurut Santrock (2008:510), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Cropley (1985) dalam Siregar (2011:48) pun menjelaskan bahwa motivasi juga dapat dijelaskan sebagai


(30)

tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu.Indrakusuma (1971) dalam Habsari (2005:74) menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang dapat memberikan dorongan pada kegiatan yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Sumijo (1984) dalam Habsari (2005:74) menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul dalam diri seseorang untuk berprestasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Astuti (2010:67), motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena berfungsi menggerakkan serta mengarahkan kegiatan belajar. Motivasi diyakini sebagai penguat atau reinforcement.

Dari pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan penuh konsistensi hingga mencapai tujuan atau prestasi yang diingankannya.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi hingga liang lahat (Siregar, 2011: 3). Menurut Slameto (2013:2), belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku yang terjadi dapat bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Burton dalam bukunya The Guidance of Learning Activities mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku


(31)

pada diri individu karena adanya interaksi dengan sesama individu maupun lingkungan sekitarnya. Harold Spears mengungkapkan bahwa “learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamai, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya, mendengar dan mengikuti aturan). Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang telah direncanakan (Siregar, 2011:4).

Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antar sesama maupun interaksi dengan lingkungannya.

c. Pengaruh Motivasi dalam Belajar

Reid (2007:19) mengungkapkan bahwa idealnya, motivasi haruslah intrinsik yaitu pembelajar memiliki motivasi diri (self-motivating). Anak tidak akan belajar tanpa adanya motivasi dalam dirinya. Akan tetapi, tidak semua anak termotivasi untuk belajar sehingga anak perlu dimotivasi oleh orang tua di rumah maupun guru di sekolahnya.

Motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam diri manusia untuk mendapatkan sebuah prestasi di akhir proses belajarnya. Studi yang dilakukan Walberg dkk. (1983) menyimpulkan bahwa motivasi memiliki kontribusi antara 11-20% terhadap prestasi belajar, sedangkan studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa motivasi memiliki


(32)

kontribusi hingga 36%, dan Mc.Cellend menunjukkan bahwa motivasi memiliki kontribusi hingga 64% terhadap prestasi belajar (Siregar, 2011:52).

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri individu untuk belajar dan seringkali diperlukan dukungan dari individu lain maupun faktor lain untuk memunculkan motivasi dalam diri individu tersebut. Motivasi sangat berperan besar dalam pencapaian prestasi belajar.

d. Fungsi Motivasi

Motivasi belajar siswa dalam kelas bergantung pada situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas bergantung pada guru karena kelas adalah tempat berhimpun siswa dan guru dalam rangka transfer bahan pelajaran dari guru. Pengelolaan kelas yang baik akan memperlancar proses pembelajaran sedangkan pengelolaan kelas yang kurang baik akan menghambat proses pembelajaran sehingga hasil dari pembelajaran tersebut akan kurang baik pula. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan dengan interaksi edukatif yang terjadi di kelas, apalagi kertika guru tidak mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menarik atau malah cenderung menurunkan motivasi siswa dalam kelas. Guru seharusnya mampu menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa merasa termotivasi untuk terus belajar dan mengurangi rasa bosan pada siswa (Supardi, 2013:99).


(33)

Motivasi dapat berjalan dengan efektif jika memperhatikan kebutuhan anak didik. Keanekaragaman cara belajar merupakan salah satu cara yang mampu meningkatkan gairah belajar siswa. Peranan guru sebagai motivator sangatlah penting dalam interaksi edukatif karena pekerjaan sebagai guru tidak dapat lepas dari kemahiran sosial. (Supardi, 2013:98).

Motivasi merupakan suatu instrumen yang sangat penting dalam diri manusia.Fungsi motivasi sangat besar bagi keberhasilan atau kesuksesan manusia dalam mencapai cita-citanya.Berikut fungsi motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman (2008:85).

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Fungsi motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Uno (2008:17) sebagai berikut.

a) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan.

b) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. c) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Dari pemaparan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, menentukan arah tujuan, serta menyeleksi langka-langkah yang harus dilakukan.


(34)

e. Teori Motivasi Belajar

Mc.Cown, Driscoll, dan Roop (1997) dalam Kusumaningtyas (2010:21) mengungkapkan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga hal, yaitu:

a) Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu menjadikan motivasi sebagai dorongan untuk mencapai sebuah prestasi pada akhir pencapaiannya. Setiap orang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap perilakunya. Prestasi merupakan sebuah impian besar yang terdapat dalam dirinya. Tanpa adanya motivasi yang kuat, maka prestasi akan sulit untuk didapatkan. Oleh sebab itu, peserta didik yang ingin mencapai prestasi di bidang akademik maupun non akademik di sekolah maupun di luar sekolah, harus memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mampu melewati segala tahap ujian dan mendapatkan hasil terbaik sehingga prestasi pun dapat digenggam.

b) Kebutuhan untuk pemenuhan diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam hidupnya. Tanpa adanya motivasi, tentu saja kebutuhan yang diperlukan setiap manusia tidak dapat tercukupi.Untuk mendapatkan segala hal yang dibutuhkan, manusia harus memiliki motivasi untuk mendapatkannya.

c) Kebutuhan untuk mandiri. Manusia yang mandiri merupakan manusia yang memiliki kegigihan dalam dirinya.Kegigihan itu muncul karena


(35)

adanya motivasi dalam dirinya untuk menyelesaikan segala perbuatannya.

Siregar (2011:52) menjelaskan bahwa Keller (1983) memiliki pendapat lain mengenai teori motivasi, Keller menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang disebut dengan ARCS Modelyaitu attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfication (kepuasan). Keller berpendapat bahwa keempat hal tersebut merupakan kondisi motivasional yang penting untuk dipraktekkan dalam pembelajaran sehingga motivasi dalam siswa dapat terjaga dari awal sampai akhir pembelajaran.

f. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam kelas. Adapun berbagai ciri yang dapat terlihat jelas dari seorang siswa yang memiliki motivasi belajar menurut Supriyadi (2005:86) yaitu siswa selalu memperhatikan materi yang diajarkan, tekun dalam belajar, tertarik untuk belajar, sering belajar, berkomitmen dalam memenuhi tugas-tugas sekolah, serta semangat untuk hadir di sekolah dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Sadirman (2008:83) juga mengemukakan beberapa ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya, yaitu:

a) tekun dalam menyelesaikan atau menghadapi tugas yang di dapat, b) ulet dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi,

c) menunjukkan minatnya untuk menyelesaikan berbagai macam masalah,


(36)

d) lebih senang bekerja mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain,

e) cepat bosan pada tugas-tugas rutin karena terkesan monoton,

f) dapat mempertahankan pendapat yang dimilikinya (tidak mudah berubah pikiran), dan

g) berpendirian kuat.

Dari beberapa ciri orang yang bermotivasi di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang tekun dalam belajar, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi pada hal baru, ingin selalu memecahkan masalah yang ada, mandiri, tidak suka dengan hal yang monoton, dan memiliki pendirian yang kuat merupakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya.

Kusumaningtyas (2010:24) merangkum pendapat Mc.Cown dkk.(1997) yang menyatakan bahwa motivasi belajar meliputi adanya keterlibatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan dan berkomitmen untuk terus belajar dalam jangka waktu kedepan.Aspek-aspek motivasi menurut Mc.Cown dkk dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

a) Keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi dalam dirinya memiliki keinginan yang kuat dan inisiatif untuk belajar karena ada rasa ingin tahu atau curiosity yang tinggi dalam dirinya.

b) Keterlibatan yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan tugas-tugas. Motivasi seseorang dapat diamati melalui usaha dan keterlibatan seseorang pada suatu keinginan.


(37)

c) Komitmen untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi cenderung akan lebih tekun untuk belajar dan memiliki komitmen untuk terus belajar karena dia yakin bahwa belajar mampu membawa dirinya dalam keberhasilan.

Selanjutnya, dari model motivasi ARCS yang diungkapkan Keller.terdapat empat aspek motivasi yang terdapat dalam diri siswa dan sangat penting untuk dijaga selama proses pembelajaran. Siregar (2011:52) telah merangkumnya sebagai berikut.

a) Attention (perhatian), yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini muncul ketika siswa menghadapi sesuatu yang baru, aneh, lain dari yang pernah ada, atau kontradiktif sekalipun.

b) Relevance (relevansi), yaitu adanya hubungan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ketika siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran tersebut kedepannya, maka ia akan merasa termotivasi untuk mempelajarinya.

c) Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa dirinya kompeten atau mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga siswa akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

d) Satisfaction (kepuasan), yaitu suatu kepuasan yang muncul dalam diri siswa setelah mencapai suatu tujuan (keberhasilan) dan dengan adanya kepuasan tersebut siswa akan termotivasi untuk terus mencapai tujuan yang serupa.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar tentunya tidak muncul begitu saja.Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Schiefelbein dan Simons (1981) dalam Kusumaningtyas (2010:25), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi dalam diri peserta didik yaitu sumber dan proses sekolah,kualitas guru, dankarakteristik siswa.Mc.Cown dkk.(1997) dalam Kusumaningtyas (2010:25) mengungkapkan bahwa peningkatan motivasi


(38)

belajar sebagai indikator berhasilnya tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Imron (1996) dalam Siregar (2011:53) menyatakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:

a) Cita-cita/aspirasi belajar. b) Kemampuan pembelajar. c) Kondisi pembelajar.

d) Kondisi lingkungan pembelajar.

e) Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran(bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar, dll).

f) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi tidak dapat muncul begitu saja.Terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti karakteristik siswa, kualitas guru, dan kondisi sekolah, baik dari segi fisik maupun non fisik.

5. Teori Notasi Musik Dasar

Musik merupakan susunan tinggi rendahnya nada yang berjalan dalam waktu.Panjang pendek suatu bunyi dapat digambarkan dengan simbol-simbol yang disebut not (pitch), sedangkan panjang pendek diam juga disimbolkan dalam tanda istirahat/rest (Mudjilah, 2010:5).

Surmani, dkk.dalam buku Alfred’s Essentials of Music Theory (1998:3-11), teori musik dasar dijabarkan sebagai berikut.


(39)

1. Garis Paranada (Staff)

Musik dalam bentuk notasi balok ditulis di atas garis paranada.Garis paranada atau staff terdiri dari 5 baris.

Gambar 1: Garis Paranada

Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)

Notasi musik dapat ditulis tepat di atas garis atau di antara dua garis seperti berikut.

Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk.

2. Kunci G (Treble Clef)

Gambar 3: Kunci G Sumber: Surmani, dkk.

Kunci G berbentuk seperti huruf G yang dikreasikan bentuknya.Kunci G digunakan untuk menulis notasi yang memiliki titinada tinggi.Tanda kunci G berpusat pada baris kedua sehingga sangat mudah untuk mengingat letak nada g’ melalui kunci ini (Mudjilah, 2010:20).

3. Kunci F (Bass Clef)

Gambar 4: Kunci F Sumber: Surmani, dkk.


(40)

Kunci F digunakan untuk menulis nada-nada rendah.Tanda kunci G berpusat pada baris keempat sehingga sangat mudah untuk mengingat letak nada f melalui kunci ini (Mudjilah, 2010:20).

4. Grand Staff

Gambar 5: Grand Staff Sumber: Surmani, dkk. 5. Garis Bantu (Ledger Line)

Garis bantu atau ledger line merupakan garis pendek yang ditambahkan pada garis paranada baik di atas atau di bawah dan berfungsi untuk memperluas tingkat nada pada penulisan not dalam garis paranada tersebut.

Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)


(41)

6. Birama, Garis Birama dan Garis Birama Ganda

Musik dibagi menjadi beberapa bagian yang sama menggunakan garis biramadan ruang yang terdapat diantara dua garis birama disebut birama. Garis birama ganda ditulis diakhir dari penulisan notasi musik dalam satu partitur lagu/musik.

Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda Sumber: Surmani, dkk. (dengan modifikasi)

7. Nilai Not dan Tanda Istirahat

Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat

Not Nilai Istirahat (rest)

Not bernilai 1 atau utuh Not bernilai 1/2

Not bernilai ¼ Not bernilai 1/8 Not bernilai 1/16 Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)

Satu not utuh senilai dengan dua not 1/2 juga senilai dengan empat not ¼, senilai dengan delapan not 1/8, senilai dengan 16 not 1/16, dan seterusnya, begitu pula dengan nilai tanda istirahatnya.


(42)

Gambar8:Persamaan Nilai Notasi Sumber: Mudjillah (dengan modifikasi)

Selain not asli seperti di atas, ada pula penulisan notasi musik dalam bentuk not bertitik, tanda istirahat bertitik dan legato.

Menurut Mudjilah (2010:7), tanda titik yang berada di belakang not atau tanda istirahat, tanda titik tersebut memiliki nilai 1/2 dari not yang ada di depannya atau diikutinya.

Contoh :

Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)

Jika ada dua titik yang menyertai not atau tanda istirahat, maka titik kedua bernilai 1/2 dari titik sebelumnya.

Contoh:

Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua Sumber: Mudjilah (dengan modifikasi)

Selain simbol-simbol dasar di atas, untuk dapat membaca notasi musik diperlukan pemahaman teori musik lebih dalam sebagai berikut.

1. Tanda Birama

Mudjilah (2010:8-10) menjelaskan bahwa dalam musik, panjang pendek not akan membentuk suatu irama. Getaran yang teratur disebut dengan beat atau ketukan, dan kecepatan mengetuk atau menghitung not disebut dengan tempo. Selanjutnya, Mudjilah membagi tanda birama sebagai dasar ketukan sebagai berikut.


(43)

Tabel 3:Tanda Birama sebagai Dasar Ketukan Dasar Ketukan Tanda Birama

Penyebut 1 Penyebut 2 Penyebut 4 Penyebut 8 Sumber: Mudjillah (dengan modifikasi)

Tanda birama adalah sebuah tanda yang terdapat di awal suatu karya musik yang menunjukkan satuan ketukan dan jumlah ketukan dalam tiap birama (Mudjilah, 2010:10).

Contoh:

- Tanda birama 2/4 berarti terdapat dua ketukan dalam tiap birama dengan setiap ketukan bernilai not 1/4.

- Tanda birama 3/8 berarti terdapat tiga ketukan dalam tiap birama dengan setiap ketukan bernilai not 1/8.

2. Tangga Nada C Mayor

Mudjilah (2010:25) mengemukakan bahwa

Tangga nada adalah susunan nada-nada secara alphabetis yang disusun ke atas dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah dari nada tertinggi ke nada terendah. Tangga nada diatonis merupakan sebuah sistem tangga nada yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut mempunyai jarak 1 tone (whole-tone) dan 1 semitone (half-tone) secara bervariasi.

Terdapat dua jenis tangga nada diatonis yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.Tangga nada mayor merupakan tangga nada yang memiliki jarak 1 semitone pada nada ke 3-4 dan ke 7-1(oktaf), sedangkan jarak-jarak nada yang lain adalah 1 tone (Hanna S.M., 2010:25). Sebagai


(44)

dasar pembelajaran notasi musik, tangga nada C Mayor merupakan tangga nada dasar yang sesuai untuk dipelajari sebagai permulaan pengenalan tangga nada. Berikut susunan tangga nada C Mayor:

Gambar 11: Tangga Nada C Mayor Sumber: blog.cantatechoir.com

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kholik pada tahun 2013 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan”. Kesamaan dalam penelitian ini adalah variabel motivasi belajar siswa dan metode yang diterapkan yaitu pembelajaran discovery.

Analisis penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran matematikadengan metode penemuan terbimbing (GuidedDiscovery) sebagai upaya untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Kalasan Kabupaten Slemanberjalan sesuai dengan


(45)

karakteristik penemuanterbimbing.Pada pra tindakan, hasil pengukuran motivasi belajar siswadengan angket menunjukkan bahwa rata-ratapersentase motivasi belajar siswasebesar 67,29% dengan kategorisedang, dan pada akhir tindakan sebesar74,40% dengan kategori tinggi. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningatkan di setiap siklusnya.Rata-rata hasil belajar pada pra tindakanadalah 56,42 dengan persentase ketuntasansebanyak 14%. Pada siklus I rata-rata hasilbelajar meningkat menjadi 78,57 denganpersentase ketuntasan 68% dan pada siklus IIrata-rata hasil belajar meningkat menjadi85,18 dengan persentase ketuntasan 82%.

Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gordella Nugraheni pada tahun 2014 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo”. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu variabel motivasi belajar siswa dan metode yang digunakan yaitu metode discovery.

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa bahwa penerapan metode discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo dengan bimbingan dan pengarahan dari guru. Dalam kesimpulan penelitiannya, cara untuk meningkatkan motivasi belajar IPS pada metode discovery adalah dengan memberikan stimulasi kepada siswa menggunakan media benda konkret atau gambar dan kegiatan


(46)

tanya jawab guna menumbuhkan keingintahuan siswa. Setelah itu, guru memfasilitasi siswa dengan gambar serta LKS dalam tahap pengumpulan data, dan yang terakhir adalah dengan melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh tahap discovery. Berdasarkan hasil pengolahan data, peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut: pencapaian hasil motivasi belajar siswa yang pada pra tindakan hanya 31% siswa kemudian pada siklus I dan siklus II telah mencapai minimal 80% siswa memiliki motivasi belajar IPS berkategori tinggi dengan rata-rata skor motivasi belajar pada pra tindakan adalah 55, pada siklus I menjadi 82, pada siklus II menjadi 88.

Dari dua penelitian yang relevan di atas, terlihat bahwa model discovery learningmeningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pada penelitian kali ini, penulis fokus terhadap motivasi belajar siswa dalam pengenalan notasi musik di sekolah sehingga dalam hasil penelitian diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan model discovery learning seperti dua penelitian relevan di atas.

C. Kerangka Berpikir

Sebuah pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu menangkap dan memahami materi yang diberikan oleh guru dengan baik dan menyeluruh.Akan tetapi, untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, perlu adanya motivasi yang tinggi dalam diri siswa untuk belajar.Semakin berkembangnya dunia pendidikan, guru semakin mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan berpengaruh besar


(47)

bagi motivasi siswa. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada penjelasan guru di depankelas tidaklah menjadi sebuah model pembelajaran yang sesuai di masa pendidikan saat ini. Model pembelajaran yang sangat dibutuhkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa sehingga guru hanyalah sebagai fasilitator.

Dalam pembelajaran notasi musik di sekolah, masih banyak guru di sekolah yang belum menerapkan model pembelajaran yang tepat guna meningkatkan motivasi belajar siswa.Notasi musik cenderung disampaikan dalam bentuk metode ceramah yang terkesan membosankan.Hingga saat ini, notasi musik masih menjadi hal yang kurang diminati oleh siswa, padahal notasi musik merupakan bagian dari seni musik yang sangat penting untuk dipelajari.

Melihat kondisi seperti itu, penulis mencari pemecahan masalah guna meningkatkan motivasi belajar siswa mengenai notasi musik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memicu semangat serta meningkatkan keingintahuan siswa pada notasi musik. Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah di atas yaitu model discovery learning.Model discovery learningmemposisikan guru sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dengan


(48)

demikian, situasi pembelajaran akan menjadi aktif, menarik, dan menyenangkan sehingga akan muncul gairah atau semangat untuk belajar dan motivasi belajar siswa pun dapat meningkat.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 12:Kerangka Pikir Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Narbuko (2015: 141), hipotesis adalah dugaan sementara yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Kurangnya Variasi Model Pembelajaran Notasi Musik

Siswa Kurang Bersemangat dalam Mempelajari Notasi Musik

Kegiatan Belajar Mengajar Membosankan

Penerapan Discovery Learning

Siswa Termotivasi untuk Belajar Notasi Musik


(49)

“Ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan.”


(50)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ekperimen bertujuan untuk melihat apakah sesuatu yang baru dapat mempengaruhi atau menyebabkan hal lain terjadi (Suwartono, 2014: 133). Analisis dari penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara memanipulasi variabel bebas untuk kemudian melihat efeknya pada variabel terikat (Suharsaputra, 2014:151). Jenis penelitian eksperimen ini adalah eksperimen kuasi atau semu karena tidak semua variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat dapat dikontrol (Suharsaputra, 2014:154).

Desain penelitian merupakan alat penuntun bagi peneliti untuk mengambil data, menentukan sampel hingga analisis data (Sarwono, 2006:27-28).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest- Postest Control Group Design.Sugiyono (2013:114) menjelaskan bahwa Pretest- Postest Control Group Design terdiri dari dua kelompok yang telah dipilih secara acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok. Hasil pretest dikatakan baik bila nilai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.


(51)

Tabel 4: Format Pretest - Posttest Control Group Design

Keterangan:

RE : Kelompok eksperimen (E) yang dipilih secara random (R)

RK : Kelompok kontrol (K) yang dipilih secara random (R)

X : Perlakuan kelompok eksperimen O1 : Pretest kelompok eksperimen

O2 : Posttest kelompok eksperimen

O3 : Pretest kelompok kontrol

O4 : Posttest kelompok kontrol

B. Variabel Penelitian

Menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud dalam buku Narbuko (2015:118), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas merupakan variabel pengaruh sehingga secara bebas mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain sehingga variabel ini muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah atau mengganti variabel bebas (Narbuko, 2015:119). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran notasi musik menggunakan model discovery learning, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar notasi musik siswa.

RE O1 X O2 RK O3


(52)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Piyungan dengan fokus penelitian yaitu peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016 (jadwal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 96).

D. Populasi dan Sampel

Hasan (2002:58) mengemukakan bahwa populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang dianggap mampu mewakili populasi. Dalam hubungan populasi dan sampel, Prof. Sutrisno Hadi, MA.menjelaskan bahwa sampel yang baik adalah sampel yang representatif yaitu yang mencerminkan populasi secara maksimal (Narbuko, 2015:107). Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 15 subjek per kelompok untuk metode eksperimental (Umar, 2011:79).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Piyungan berjumlah 217 orangyang terdiri dari delapan kelas (kelas A - kelas H) pada tahun ajaran 2015-2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel tanpa pilih-pilih sehingga seluruh individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama (kelompok) memiliki kesempatanyang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Narbuko,


(53)

2015:111). Setelah dilakukan pengambilan sampel secara acak dengan teknik random sampling, kelas yang terpilih sebagai kelompok kelas eksperimen adalah kelas VIII A sebanyak 28 orang, sedangkan kelas kontrol adalah kelas VIII F sebanyak 26 orang. Pada kelas eksperimen, kelas VIII A mendapat perlakuan berupa pembelajaran notasi musik menggunakan model discovery learning, sedangkan kelas VIII F tidak mendapatkan perlakuan khusus sehingga hanya menggunakan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di kelas tersebut.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelas di SMPN 1 Piyungan sebagai objek penelitian, yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol. Dalam kegiatan belajar, kelas eksperimen menggunakan model discovery learning, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pelaksanaan kegiatan belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kegiatan Belajar Kelas Eksperimen

Kegiatan belajar kelas eksperimen dilakukan di kelas VIII A SMPN 1 Piyungantahun ajaran 2015/2016. Materi yang dibahas dalam kegiatan belajar ini adalah notasi musik. Selama proses pembelajaran, penulis bertindak sebagai pengajar sekaligus pengamat. Secara garis besar, alur proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model discovery learning adalah sebagai berikut.


(54)

a) Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan pemberian pretest dalam bentuk angket/kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum diberikan materi pembelajaran mengenai notasi musik menggunakan model discovery learning.Kemudian, dilanjutkan dengan penyampaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran pada materi notasi musik.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam kegiatan belajar kelas kontrol menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Sebelumnya, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan selama kegiatan belajar, seluruh siswa bekerjasama dalam bentuk tim. Dalam penerapannya, proses pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah sebagai berikut.

a. Simulation: siswa diberikan dua partitur lagu dalam bentuk notasi musik b. Problem Statement: siswa diberikan kesempatan untuk menyusun

pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan masalah yang mereka dapatkan dalam partitur lagu yang telah diberikan. Kemudian, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa dibimbing untuk membuat hipotesis atau jawaban sementara.

c. Data Collection: siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka susun. Data dapat


(55)

diperoleh melalui berbagai sumber seperti buku atau wawancara dengan narasumber.

d. Data Processing: data yang telah dikumpulkan, dipresentasikan oleh masing-masing kelompok dan diklasifikasikan

e. Verification: hipotesis dibuktikan bersama-sama

f. Generalization: siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya. c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pada kelas kontrol adalah penarikan kesimpulan dari kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.Kemudian dilanjutkan dengan pemberian posttest dalam bentuk angket yang bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar notasi musik siswa setelah dilaksanakan kegiatan belajar dengan model pembelajaran konvensional.

2. Kegiatan Belajar Kelas Kontrol

Kegiatan belajar kelas kontrol dilakukan di kelas VIII F SMPN 1 Piyungantahun ajaran 2015/2016.Materi yang dibahas dalam kegiatan belajar ini adalah notasi musik. Selama proses pembelajaran, penulis bertindak sebagai pengajar sekaligus pengamat. Secara garis besar, alur proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol diawali dengan pemberian pretest dalam bentuk angket/kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui


(56)

motivasi belajar siswa sebelum diberikan materi pembelajaran mengenai notasi musik menggunakan model pembelajaran konvensional.Kemudian, dilanjutkan dengan penyampaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam kegiatan belajar kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional atau model pembelajaran yang biasa dilakukan yaitu dengan ceramah.Dalam kegiatan belajar ini, siswa diberikan materi mengenai notasi musik seperti bentuk simbol-simbol yang biasa dijumpai di teks lagu/partitur lagu dan pengertian dari simbol-simbol tersebut. Selain itu, siswa akan dijelaskan mengenai tangga nada dasar C Mayor sebagai dasar pengetahuan siswa mengenai tangga nada. Setelah dijelaskan materi mengenai notasi musik, siswa diberikan sebuah teks lagu dalam bentuk notasi balok dan notasi angka berhubungan dengan materi yang telah dijelaskan, kemudian guru menjelaskan notasi musik yang terdapat pada teks lagu tersebut.

Setelah guru selesai menjelaskan materi notasi musik, siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang telah dibahas.

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pada kelas kontrol adalah penarikan kesimpulan dari kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.Kemudian dilanjutkan dengan pemberian posttest dalam bentuk angket yang bertujuan untuk mengetahui


(57)

tingkat motivasi belajar notasi musik siswa setelah dilaksanakan kegiatan belajar dengan model pembelajaran konvensional.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:142).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.Dalam angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden telah memiliki jawaban yang tinggal dipilih oleh responden (Sukmadinata, 2009:219).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen afektif berupa angket.Instrumen afektif yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah instrumen sikap. Menurut Mardapi (2008:109), Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif.Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa.Dengan demikian, melalui instrumen sikap tersebut, dapat diketahui tingkat kesenangan, keaktifan hingga tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran notasi musik.


(58)

Skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Sarwono (2006:96), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Sikap dapat dikategorikan: 1.pengaruh atau penolakan, 2.penilaian, 3.suka atau tidak suka, dan 4. kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian (angket) hendaknya diujicoba terlebih dahulu kepada sampel kecil sebelum dibagikan kepada sampel besar untuk mengambil data penelitian.Hal ini bertujuan untuk memperbaiki angket jika ternyata item pernyataan yang disusun tidak dapat mengukur perilaku yang diukur (Hamdi, 2014:66).Cara uji coba adalah menyebarkan instrumen kepada responden yang dianggap mampu mewakili responden sebenarnya (Darmono, 2005:65).Responden yang digunakan untuk uji coba instrumen pada penelitian ini yaitu kelas VIII H sebanyak 27 orang karena kelas tersebut merupakan kelas yang tidak digunakan untuk penelitian dan bersifat representatif.

Suharsaputra (2014:4) berpendapat bahwa untuk mendapatkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan diperlukan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan pula sehingga instrumen penelitian harus memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas agar data yang dihasilkan akurat dan objektif.


(59)

Ada beberapa tipe validitas yang perlu dinilai sebelum dilakukan uji validitas menggunakan program aplikasi IBM SPSS Statistics 20 for Windows, yaitu:

1. Validitas Isi

Menurut Kerlinger (1986) dalam Nisfiannoor (2009:212), untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat telah memenuhi validitas isi, dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang yang kompeten atau pakar.Validitas isi merupakan kerepresentatifan butir-butir dalam instrumen. Hal-hal yang perlu dilihat dalam validitas isi yaitu:

a) Validitas tampang (face validity), yaitu penilaian terhadap format instrumen. Jika penampilan instrumen meyakinkan dan terkesan baik untuk mengungkapkan apa yang akan diukur, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

b) Validitas logis (logical validity/sampling validity), yaitu penilaian terhadap isi instrumen apakan telah merespresentasikan ciri-ciri atribut yang akan diukur. Dalam instrumen penelitian ini, instrumen tersebut harus merepresentasikan ciri-ciri motivasi belajar dalam diri siswa. 2. Validitas Konstruk

Penilaian validitas konstruk yaitu mengacu pada aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Dalam instrumen penelitian ini, aspek yang perlu dinilai yaitu sehubungan dengan pemahaman siswa terhadap notasi musik.


(60)

1. Validitas Instrumen

Instrumen penelitian dikatakan valid atau memiliki validitas jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121).

Instrumen dalam penelitian ini adalah angket dan untuk mengetahui validitas angket tersebut perlu dilakukan validitas menggunakan Korelasi Product Moment Pearson.Koefisien korelasi berkisar 0 s.d. 1.Sarwono (2009:66-67) mengelompokkan patokan angka korelasi sebagai berikut. Tabel 5:Koefisien Korelasi

Angka Korelasi

0 Tidak adanya korelasi

>0 – 0.25 Korelasi sangat lemah >0.25 – 0.5 Korelasi cukup >0.5 – 0.75 Korelasi kuat >0.75 – 0.99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Validitas instrumen dilakukan menggunakan bantuan programaplikasi IBM SPSS Statistics 20 for Windows.Patokan yang digunakan untuk menentukan butir instrumen valid atau tidak yaitu dengan menggunakan patokan 0.2. Jika koefisien korelasi Pearson atau r > 0.2 maka butir instrumen tersebut valid, tetapi jika r < 0.2, maka butir instrumen tersebut tidak valid, atau dengan melihat nilaiSig. (2-tailed) pada tiap butirnya, yaitu bila nilai Sig. (2-tailed) atau p< 0.05, berarti butir instrumen tersebut valid dan bila p > 0.05, berarti butir instrumen tersebut gugur (Nisfiannoor, 2009:230 dan 251).Menurut Azwar (2006) dalam


(61)

Kusumaningtyas (2010:71), koefisien 0.3-0.5 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisiensi memprediksi hasil suatu produk. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai patokan validitas di atas, penelitian ini menggunakan patokan korelasi r ≥ 0.3.Butir instrumen yang valid memiliki rhitung≥ 0.3 dan nilai Sig. (2-tailed) atau phitung< 0.05.Jika ada

salah satu patokan yang tidak sesuai, maka butir instrumen tersebut tidak valid.

2. Reliabilitas Instrumen

Instrumen dikatakan reliabel yaitu instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:121). Reliabilitas instrumen menggunakan uji Alpha Cronbach.

Reliabilitas instrumen dilakukan menggunakan bantuan program aplikasiIBM SPSS Statistics 20 for Windows.Menurut Caplan, Naidu, dan Tripathi,Journal of Health and Social Behavior (1984) dalam Suharsaputra (2014:114), patokan reliabilitas instrumen yang dianggap cukup untuk suatu tujuan penelitian yaitu nilai koefisien alpha 0.50 atau lebih.Menurut Jackson (2003) dalam Kusumaningtyas (2010:72), reliabilitas ±0.7-1.00 merupakan kategori reliabilitas kuat dan cukup memuaskan.


(62)

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model discovery learning terhadap motivasi belajar siswa di kelas eksperimen.Data yang dihasilkan berupa skor pretest dan posttest.Tahapan yang perlu dilakukan dalam analisis data yaitu pertama, uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas, dan yang kedua yaitu uji hipotesis.

1. Uji Prasyarat Analisis a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah data yang diperoleh masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak (Nurjanah, 2015:60).Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan uji yang dilakukan untuk menguji normalitas data.

Uji normalitas instrumen dilakukan menggunakan bantuan program aplikasiIBM SPSS Statistics 20 for Windows.Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p> 0.05 dan data tidak normal bila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p < 0.05 (Nisfiannoor, 2009:93). b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakan variansi antara kelompok yang diuji berbeda atau tidak, variansinya homogen atau heterogen (Nisfiannoor, 2009:92).Uji homogenitas varian dilakukan menggunakan ANOVAdengan bantuan program aplikasiIBM SPSS Statistics 20 for Windows.ANOVA (Analysis of Variance) atau sering disebut uji F merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis variansi


(63)

dari dua sample atau lebih (Suharsaputra, 2014:170). Data dikatakan homogen jika nilai Sig. atau p> 0.05 dan tidak homogen jika nilai Sig. atau p < 0.05 (Nisfiannoor, 2009:97).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengambil keputusan.Data yang diuji yaitu skor pretest dan posttest antara kelompok siswa yang menerapkan model discovery learning dengan kelompok siswa yang menerapakan model pembelajaran konvensional.Uji hipotesis ini menggunakan uji-t yaitu dengan syarat data berdistribusi normal dan homogen (Nurjanah, 2015:64).

Uji t yang digunakan yaitu Independent Sample T-Test dan dapat dilakukan menggunakan bantuan program aplikasiIBM SPSS Statistics 20 for Windows.Langkah yang dilakukan yaitu dengan memilih menu Analyze, Compare Means kemudian Independent Sample T-Tes (Nisfiannoor, 2009:112).Apabila dalam perhitungan diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p< 0.05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model discovery learningdengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Akan tetapi, apabila dalam perhitungan diperoleh nilai Sig. (2-tailed)atau p > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa kelas eksperimen yangmenggunakan model discovery learning dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. (Nisfiannoor, 2009:114).


(64)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Data yang terdapat dalam hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan di SMP Negeri 1 Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Populasi yang dipilih sebagai objek pengambilan data penelitian yaitu peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 217 orang yang terbagi menjadi delapan kelas (kelas VIII A-VIII H). Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu dua kelompok sehingga penulis mengambil sampel secara acak kemudian didapati kelas VIII A sebanyak 26 orang dan kelas VIII F sebanyak 28 orang.Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2016.Tempat pelaksanaan dilakukan di masing-masing kelas dan waktu menyesuaikan jadwal sekolah.

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji coba instrumen penelitian.Instrumen yang digunakan yaitu berbentuk angket tertutup.Angket yang telah selesai disusun tidak dapat lansung digunakan sebagai alat pengambilan data karena harus diketahui validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.Uji coba instrumen cukup dilakukan di salah satu kelompok saja yang dipilih secara acak.Uji coba angket penelitian ini dilakukan di kelas VIII H yang terdiri dari 27 orang.Setelah itu, data hasil uji coba perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Dengan demikian diketahui


(65)

tingkat validitas dan reliabilitas angket yang akan digunakan untuk pengambilan data sesugguhnya.

Tahap kedua yaitu pengambilan data pretest. Angket yang telah dikatakan valid dan reliabel dapat digunakan untuk tahap pretest. Pretest bertujuan untuk mengetahui keadaan awal motivasi belajar notasi musik siswa. Data pretest didapat dari pengisian angket oleh seluruh sampel. Pretest dilaksanakan pada hari yang berbeda sebelum dilaksanakannya tahap ketiga.

Tahap ketiga yaitu treatment atau perlakuan.Treatment dilaksanakan pada masing-masing kelompok sampel.Kelas VIII A yang terpilih secara acak sebagai kelas ekperimen, diperlakukan secara khusus dengan diterapkannya discovery learning pada pembelajaran notasi musik di dalam kelas.Kelas VIII F yang berlaku sebagai kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan khusus sehingga hanya menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran notasi musik di kelas.Hasil treatment dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelas Eksperimen

Tahap-tahap pembelajaran notasi musik menggunakan model discovery learning:

Sebelum tahap-tahap discovery learning diterapkan, terlebih dahulu siswa dibagi menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 4 orang.Akan tetapi, di tengah-tengah pembelajaran terdapat 2 siswa yang merupakan pengurus osis izin mengikuti kegiatan PLS bagi siswa baru sehingga terdapat perubahan


(1)

Lampiran 14: Uji Normalitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa

(SPSS Output)

KELAS EKSPERIMEN

1. Pretest

NPar Tests

2. Posttest


(2)

KELAS KONTROL

1. Pretest

NPar Tests

2. Posttest


(3)

Lampiran 15: Uji Homogenitas Data Skor Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa

(SPSS Output)

1. Pretest

Oneway

2. Posttest


(4)

Lampiran 16: Uji-T Motivasi Belajar Notasi Musik Siswa Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol (SPSS Output)

1. Pretest

T-Test

2. Posttest


(5)

Lampiran 17: Dokumentasi

Gambar 1: Pembagian Angket Uji Coba di Kelas VIII H Gambar 2: Pengisian Angket Uji Coba di Kelas VIII H

Gambar 6: Pembagian Angket Pretest Kelas Eksperimen Gambar 7: Pengisian Angket Pretest Kelas Eksperimen

Gambar 9: Proses Pembelajaran Notasi Musik Menggunakan Gambar 12: Proses Pembelajaran Notasi Musik Menggunakan Model Discovery Learning Menggunakan Model Discovery Learning

Gambar 13: Pembagian Angket PosttestKelas Eksperimen Gambar 14: Pengisian Angket Posttest Kelas


(6)

Gambar 17: Pembagian Angket Pretest Gambar 18: Pengisian Angket Pretest Kelas Kontrol Kelas Kontrol(VIII F)

Gambar 21:Proses Pembelajaran Notasi Musik Gambar 22: Proses Pembelajaran Notasi Musik Menggunakan Model Konvensional (VIII F) Menggunakan Model Konvensional

Gambar 25: Pembagian Angket PosttestKelas Gambar 26: Pengisian Angket Posttest Kelas Kontrol Kontrol(VIII F)