5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah
di atas,
dapat diidentifikasipermasalahan sebagai berikut.
1. Kurangnya antusiasme siswa terhadap mata pelajaran seni musik di
sekolah. 2.
Kurangnya motivasi belajar siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Piyungan terhadap notasi musik sehingga tidak siap dalam mengahadapi
materi menggubah lagu di kelas IX. 3.
Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Piyungan tidak kompeten menggubah lagu dalam bentuk notasi musik.
4. Materi notasi musik terasa membosankan ketika disampaikan
menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengedepankan ceramah saja.
5. Model discovery learning belum pernah dicoba dalam pembelajaran
notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan. 6.
Belum diketahui adanya perbedaan motivasi belajar siswa antara model pembelajaran penemuan discovery learning dengan penggunaan model
konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.
6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan difokuskan pada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model
pembelajaran penemuan discovery learning dengan model konvensional pada pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkanuraian latar belakang dan batasan masalah, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
“Adakah perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakanmodel discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi
musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan
model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemilihan model pembelajaran yang
inovatif, menarik dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
7
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat: a. diterapkan dalam pembelajaran notasi musik khususnya di SMP
Negeri 1 Piyungan, b. menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh guru di sekolah
khususnya SMP Negeri 1 Piyungan sehubungan dengan kurangnya
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran notasi musik.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Landasan Teori 1.
Pendekatan Konstruktivisme Belajar
Pembelajaran yang semakin dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran yang
menggunakan pendekatan berfokus pada peserta didik. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta
didik untuk belajar berpikir inovatif.Brook and Brooksmenyatakan bahwa kontruktivis adalah pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan
pada proses penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan dan gambaran serta inisiatif pesera didik Hanafiah, 2012:62.
Pendekatan konstruktivis berhubungan dengan model discovery learning atau pembelajaran penemuan.Pendekatan konstruktivis inilah yang
mendasari model discovery learning, hanya saja pendekatan konstruktivis menuntut penemuan baru sedangkan discovery learning menemukan suatu
pengetahuan yang sudah ada. Siregar 2010:43 mengemukakan perbedaan karakteristik antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran
konstruktivistik adalah sebagai berikut.
9
Tabel 1:Perbedaan PembelajaranKonvensional dan Pembelajaran Konstruktivistik
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Konstruktivistik
Kurikulum disajikan dari bagian- bagian menuju keseluruhan dengan
menekankan pada
keterampilan- keterampilan dasar.
Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan
menuju kebagian-
bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas.
Pembelajaran sangat
taat pada
kurikulum yang telah ditetapkan Pembelajaran lebih menghargai pada
pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan
buku kerja. Kegiatan kurikuler lebih banyak
mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan.
Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digores
informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara
didaktik
dalam menyampaikan
informasi kepada siswa. Siswa dipandang sebagai pemikir
yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya.
Penilaian hasil
belajar atau
pengetahuan siswa
dipandang sebagai bagian dari pembelajaran,
dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing.
Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan
kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang
dilakukan siswa, serta melalui tugas- tugas pekerjaan.
Siswa-siswi biasanya
bekerja sendiri-sendiri tanpa ada grup dalam
proses belajar. Siswa-siswi banyak belajar dan
bekerja di dalam grup.
Proses pembelajaran konstruktivis merupakan proses yang mendorong siswa lebih kooperatif dan kompetitif serta aktif, kreatif dan
inovatif, proses pembelajaran di kelas pun akan lebih menyenangkan. Secara keseluruhan, konsep pembelajaran konstruktivis mendasari model
discovery learning. Model pembelajaran ini mampu mencetak peserta didik yang lebih aktif karena sekecil apapun pendapat mereka akan sangat
dihargai sehingga peserta didik memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi.
10
2. Model Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan pembelajaran yang dinamis.Bukti bahwa pembelajaran tersebut bersifat dinamis adalah adanya
interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa, serta interaksi dengan sumber belajar yang ada. Dalam mencapai pembelajaran yang
efektif dan dinamis, diperlukan suatu model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran adalah sebuah rangka menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif Hanafiah,
2012:41.Ketika ingin mendapatkan sesuatu dengan hasil yang baik dan maksimal, maka perlu dilakukan persiapan untuk meminimalisir kesalahan
maupun kekurangan, begitu pula dengan sebuah pembelajaran.Model pembelajaran merupakan sebuah persiapan yang harus dirancang demi
mencapai pembelajaran yang mampu memberikan hasil terbaik dan maksimal bagi peserta didik. Dengan adanya model pembelajaran, guru
dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, keterampilan, ide, cara berpikir, serta memberikan kebebasan pada mereka untuk
mengekspresikan diri Trianto, 2010:51-52. Joyce dan Weil 1992:4 dalam Trianto 2010:53 mengemukakan
bahwa sebuah model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang guna membantu menentukan perangkat-perangkat yang
dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut seperti buku, film, komputer, dan perangkat pembelajaran lainnya. Pemilihan model pembelajaran sangat
11
dipengaruhi oleh materi yang akan dipelajari di dalam kelas dan tujuan dari penyampaian materi. Selain itu, penyusunan model pembelajaran pun
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa karena model pembelajaran yang baik adalah yang memudahkan siswa bukan malah sebaliknya
Trianto, 2010: 54.Wiyani 2013:35 memaparkan bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan acuan oleh guru
dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya. Dari penjelasan mengenai model pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan pendidik yang dirancang sesuai
dengan materi pembelajaran serta kemampuan siswa demi meningkatkan mutu belajar serta untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model pembelajaran memiliki lingkup yang luas sehingga membantu guru dalam memilih media atau perangkat pembelajaran untuk mendukung model
pembelajaran yang diterapkan dalam kelas.
3. ModelDiscovery Learning
a. Pengertian Discovery Learning
Model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif sehingga pembelajaran tersebut berpusat pada siswa merupakan model pembelajaran
yang banyak digunakan di sekolah saat ini.Suryosubroto 1997:104 mengemukakan bahwa prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa
mendapatkan pengetahuan
berdasarkan kegiatan-kegiatan
yang
12
dilakukannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah model discovery learning.
Menurut Supardi 2013:204 discovery learningmerupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar mencari dan
menemukan sendiri.Teknik pendekatan masalah merupakan teknik yang digunakan dalam model pembelajaran ini. Guru tidak memberikan materi
dalam bentuk final sehingga siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri isi dari meteri yang akan disampaikan dan mencoba
memecahkan masalah-masalah yang mereka temukan. Model pembelajaran ini tentunya berpusat pada siswa dan mendorong siswa untuk terlibat serta
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.
Menurut Suryosubroto 1997:192 model pembelajaran discovery merupakan komponen dari praktek yang memajukan siswa untuk belajar
aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Siswa sadar mengenai pengertian sehingga guru tidak perlu
menjelaskan dengan kata-kata. Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Suryosubroto 1997:192, penemuan merupakan suatu
model pembelajaran yang unik, guru bebas membentuk cara pembelajaran, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar
sebaiknya berpusat pada peserta didik student center.Pengalaman belajar
13
hendaknya dirancang oleh guru secara sistematis, artinya pengalaman belajar memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan sesuai dengan urutan materi yang harus dikuasai siswa untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan Wiyani, 2013:155.
Istilah discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan atau inquiry dan pemecahan masalah atau problem
solving.Beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari
penemuan Suryosubroto, 1997:193.Berikut merupakan pendapat yang dikemukakan oleh Sund tentang hubungan anatara discovery dan inquiry.
Sund 1975 dalam Suryosubroto 1997:193 mengemukakan bahwa discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu
konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut Sund, inquiry dibentuk meliputi discovery. Inquiry lebih dalam pengertiannya dibandingkan dengan
discovery. Artinya, proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data, analisis data, serta menarik kesimpulan.
Dari beberapa pengertian discovery learningdi atas, dapat disimpulkan
bahwa model
pembelajaran penemuan
discovery learningmerupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
14
aktif, belajar menemukan teori sendiri karena guru tidak memberikan suatu materi dalam bentuk final, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk
mengamati, menjelaskan, dan menyimpulkan.
b. Tahap-tahapModel Discovery Learning
Djamarah 2013:19-20 menjelaskan tahap-tahap pokok dari model discovery learning yaitu terdiri dari simulation, problem statement, data
collection, data processing, verivication, dan generalization. a Simulation. Guru mengajukan permasalahan kepada siswa atau siswa
menemukan sendiri permasalahan dalam buku teks atau sumber- sumber lainnya.
b Problem Statement. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, kemudian
merumuskan masalah tersebut. Dari rumusan masalah yang telah dibuat, siswa dibimbing untuk mencari hipotesis atau jawaban
sementara.
c Data Collection. Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat, siswa diberi keputusan untuk membuktikannya melalui
kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, mencari hal-hal
yang relevan, atau wawancara dengan narasumber.
d Data Processing. Semua data yang telah di dapat diolah dengan cara diklasifikasikan,
ditabulasikan, atau
bila perlu
dihitung menggunakan analisis statistik.
e Verification. Verifikasi atau pembuktian merupakan kegiatan membuktikan apakah hipotesis yang telah dibuat dapat terjawab atau
tidak setelah dilakukan pengolahan data. f Generalization. Tahap selanjutnya adalah siswa dibimbing untuk
menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya.
Strategi pembelajaran dengan discovery learning ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransfer dalam memecahkan permasalahan
Supardi, 2013:205.
15
c. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Suryosubroto 1997:200-202
memaparkan kelebihan
dan kekurangan dari model pembelajaran discovery sebagai berikut.
Kelebihan model pembelajaran penemuan atau discovery: a
dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitifnya,
b pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya
sehingga pengetahuan yang berhasil di dapat oleh siswa akan bersifat kukuh tertancap dalam pikirannya,
c model pembelajaran ini mampu membangkitkan gairah pada siswa,
d mendorong siswa untuk bergerak maju sesuai kemampuannya
sendiri, e
mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri cara belajarnya sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar,
f memperkuat kepercayaan diri siswa melalui proses-proses penemuan
yang dihadapinya dan memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,
g model pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi
kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide,
h membantu perkembangan siswa menuju rasa keraguan atau
kecurigaan yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a diperlukan persiapan mental untuk belajar dengan cara seperti ini, misalnya siswa yang lamban mungkin akan bingung dalam usahanya
untuk mengembangkan pikiran jika berhadapan degnan hal-hal yang abstrak,
b model pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu hilang karena membantu seorang
siswa menemukan teori-teori, c menimbulkan kekecewaan terhadap guru atau siswa yang terbiasa
dengan cara pembelajaran yang konvensional karena tidak mampu berpartisipasi dengan baik dalam proses pembelajaran dengan model
penemuan,
d mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan keterampilan,
16
e tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk menemukan ide-ide dalam beberapa ilmu, misalnya IPA,
f menyempitkan otak siswa untuk berpikir kreatif jika pengertian- pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu pembelajaran berpusat pada peserta
didik, menggerakkan siswa untuk mandiri, dan mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa, sedangkan untuk kekurangan dari model discovery
learning dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu kurang berhasil jika diterapkan dalam kelas besar, siswa yang tidak aktif dan kurang percaya diri
akan sulit mengikuti pembelajaran, dan model discovery learning mengedepankan teori dari pada praktik sehingga siswa kurang dapat
berpikir kreatif.
4. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Belajar merupakan rutinitas wajib yang seharusnya dilakukan oleh pelajar atau siswa di sekolah.Akan tetapi, pada umumnya siswa merasa
bahwa belajar merupakan kegiatan yang mudah sekali membosankan. Rasa malas seringkali menghantui hati dan pikiran siswa ketika akan dimulainya
kegiatan belajar. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Santrock 2008:510, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Cropley 1985 dalam Siregar
2011:48 pun menjelaskan bahwa motivasi juga dapat dijelaskan sebagai
17
tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu.Indrakusuma 1971 dalam Habsari 2005:74 menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang
dapat memberikan dorongan pada kegiatan yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Sumijo 1984 dalam Habsari 2005:74
menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul dalam diri seseorang untuk berprestasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Astuti 2010:67, motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena berfungsi menggerakkan serta mengarahkan kegiatan
belajar. Motivasi diyakini sebagai penguat atau reinforcement. Dari pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan penuh konsistensi hingga mencapai tujuan atau prestasi yang
diingankannya.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi hingga liang lahat
Siregar, 2011: 3. Menurut Slameto 2013:2, belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku yang terjadi dapat bersifat pengetahuan kognitif,
keterampilan psikomotorik, maupun menyangkut nilai dan sikap afektif. Burton dalam bukunya The Guidance of Learning Activities
mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
18
pada diri individu karena adanya interaksi dengan sesama individu maupun lingkungan sekitarnya. Harold Spears mengungkapkan bahwa “learning is
to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction belajar adalah mengamai, membaca, meniru, mencoba
sesuatu pada dirinya, mendengar dan mengikuti aturan. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang telah direncanakan Siregar, 2011:4.
Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu
karena adanya interaksi antar sesama maupun interaksi dengan lingkungannya.
c. Pengaruh Motivasi dalam Belajar
Reid 2007:19 mengungkapkan bahwa idealnya, motivasi haruslah intrinsik yaitu pembelajar memiliki motivasi diri self-motivating. Anak
tidak akan belajar tanpa adanya motivasi dalam dirinya. Akan tetapi, tidak semua anak termotivasi untuk belajar sehingga anak perlu dimotivasi oleh
orang tua di rumah maupun guru di sekolahnya. Motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam diri manusia
untuk mendapatkan sebuah prestasi di akhir proses belajarnya. Studi yang dilakukan Walberg dkk. 1983 menyimpulkan bahwa motivasi memiliki
kontribusi antara 11-20 terhadap prestasi belajar, sedangkan studi yang dilakukan Suciati 1990 menyimpulkan bahwa motivasi memiliki
19
kontribusi hingga 36, dan Mc.Cellend menunjukkan bahwa motivasi memiliki kontribusi hingga 64 terhadap prestasi belajar Siregar,
2011:52. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan dalam diri individu untuk belajar dan seringkali diperlukan dukungan dari individu lain maupun faktor lain untuk
memunculkan motivasi dalam diri individu tersebut. Motivasi sangat berperan besar dalam pencapaian prestasi belajar.
d. Fungsi Motivasi
Motivasi belajar siswa dalam kelas bergantung pada situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas bergantung pada guru karena kelas adalah
tempat berhimpun siswa dan guru dalam rangka transfer bahan pelajaran dari guru. Pengelolaan kelas yang baik akan memperlancar proses
pembelajaran sedangkan pengelolaan kelas yang kurang baik akan menghambat proses pembelajaran sehingga hasil dari pembelajaran tersebut
akan kurang baik pula. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan dengan interaksi edukatif yang terjadi di kelas, apalagi kertika guru tidak
mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menarik atau malah cenderung menurunkan motivasi siswa dalam kelas. Guru seharusnya
mampu menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa merasa termotivasi untuk terus belajar dan mengurangi rasa bosan pada
siswa Supardi, 2013:99.
20
Motivasi dapat berjalan dengan efektif jika memperhatikan kebutuhan anak didik. Keanekaragaman cara belajar merupakan salah satu
cara yang mampu meningkatkan gairah belajar siswa. Peranan guru sebagai motivator sangatlah penting dalam interaksi edukatif karena pekerjaan
sebagai guru tidak dapat lepas dari kemahiran sosial. Supardi, 2013:98. Motivasi merupakan suatu instrumen yang sangat penting dalam diri
manusia.Fungsi motivasi sangat besar bagi keberhasilan atau kesuksesan manusia dalam mencapai cita-citanya.Berikut fungsi motivasi yang
dikemukakan oleh Sardiman 2008:85. a
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. c
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Fungsi motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Uno 2008:17 sebagai berikut.
a Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan.
b Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. c Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Dari pemaparan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan, menentukan arah tujuan, serta menyeleksi langka-langkah yang harus dilakukan.
21
e. Teori Motivasi Belajar
Mc.Cown, Driscoll, dan Roop 1997 dalam Kusumaningtyas 2010:21 mengungkapkan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga hal,
yaitu: a Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu menjadikan motivasi sebagai
dorongan untuk mencapai sebuah prestasi pada akhir pencapaiannya. Setiap orang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka ia akan
terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap perilakunya. Prestasi merupakan sebuah impian besar yang terdapat dalam dirinya. Tanpa
adanya motivasi yang kuat, maka prestasi akan sulit untuk didapatkan. Oleh sebab itu, peserta didik yang ingin mencapai prestasi di bidang
akademik maupun non akademik di sekolah maupun di luar sekolah, harus memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mampu melewati
segala tahap ujian dan mendapatkan hasil terbaik sehingga prestasi pun dapat digenggam.
b Kebutuhan untuk pemenuhan diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam hidupnya. Tanpa adanya motivasi, tentu saja
kebutuhan yang diperlukan setiap manusia tidak dapat tercukupi.Untuk mendapatkan segala hal yang dibutuhkan, manusia harus memiliki
motivasi untuk mendapatkannya. c Kebutuhan untuk mandiri. Manusia yang mandiri merupakan manusia
yang memiliki kegigihan dalam dirinya.Kegigihan itu muncul karena
22
adanya motivasi
dalam dirinya
untuk menyelesaikan
segala perbuatannya.
Siregar 2011:52 menjelaskan bahwa Keller 1983 memiliki pendapat lain mengenai teori motivasi, Keller menyusun seperangkat
prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang disebut dengan ARCS Modelyaitu attention perhatian, relevance
relevansi, confidence kepercayaan diri, dan satisfication kepuasan. Keller berpendapat bahwa keempat hal tersebut merupakan kondisi
motivasional yang penting untuk dipraktekkan dalam pembelajaran sehingga motivasi dalam siswa dapat terjaga dari awal sampai akhir
pembelajaran.
f. Aspek-aspek Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam kelas. Adapun berbagai ciri yang dapat terlihat jelas dari seorang siswa yang
memiliki motivasi belajar menurut Supriyadi 2005:86 yaitu siswa selalu memperhatikan materi yang diajarkan, tekun dalam belajar, tertarik untuk
belajar, sering belajar, berkomitmen dalam memenuhi tugas-tugas sekolah, serta semangat untuk hadir di sekolah dan mengikuti pembelajaran dengan
baik. Sadirman 2008:83 juga mengemukakan beberapa ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya, yaitu:
a tekun dalam menyelesaikan atau menghadapi tugas yang di dapat, b ulet dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi,
c menunjukkan minatnya untuk menyelesaikan berbagai macam
masalah,
23
d lebih senang bekerja mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain,
e cepat bosan pada tugas-tugas rutin karena terkesan monoton, f dapat mempertahankan pendapat yang dimilikinya tidak mudah
berubah pikiran, dan g berpendirian kuat.
Dari beberapa ciri orang yang bermotivasi di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang tekun dalam belajar, memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi pada hal baru, ingin selalu memecahkan masalah yang ada, mandiri, tidak suka dengan hal yang monoton, dan memiliki pendirian yang kuat
merupakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya. Kusumaningtyas
2010:24 merangkum
pendapat Mc.Cown
dkk.1997 yang menyatakan bahwa motivasi belajar meliputi adanya keterlibatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan
dan berkomitmen untuk terus belajar dalam jangka waktu kedepan.Aspek- aspek motivasi menurut Mc.Cown dkk dijelaskan secara rinci sebagai
berikut. a Keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar. Peserta didik yang memiliki
motivasi dalam dirinya memiliki keinginan yang kuat dan inisiatif untuk belajar karena ada rasa ingin tahu atau curiosity yang tinggi dalam
dirinya. b Keterlibatan yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan tugas-
tugas. Motivasi seseorang dapat diamati melalui usaha dan keterlibatan seseorang pada suatu keinginan.
24
c Komitmen untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi cenderung akan lebih tekun untuk belajar dan memiliki komitmen untuk terus
belajar karena dia yakin bahwa belajar mampu membawa dirinya dalam keberhasilan.
Selanjutnya, dari model motivasi ARCS yang diungkapkan Keller.terdapat empat aspek motivasi yang terdapat dalam diri siswa dan
sangat penting untuk dijaga selama proses pembelajaran. Siregar 2011:52 telah merangkumnya sebagai berikut.
a Attention perhatian, yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
ini muncul ketika siswa menghadapi sesuatu yang baru, aneh, lain dari yang pernah ada, atau kontradiktif sekalipun.
b Relevance relevansi, yaitu adanya hubungan antara materi
pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ketika siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran tersebut kedepannya, maka ia
akan merasa termotivasi untuk mempelajarinya.
c Confidence kepercayaan diri, yaitu merasa dirinya kompeten atau
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga siswa akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
d Satisfaction kepuasan, yaitu suatu kepuasan yang muncul dalam
diri siswa setelah mencapai suatu tujuan keberhasilan dan dengan adanya kepuasan tersebut siswa akan termotivasi untuk terus
mencapai tujuan yang serupa.
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar tentunya tidak muncul begitu saja.Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Schiefelbein dan Simons
1981 dalam Kusumaningtyas 2010:25, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi dalam diri peserta didik yaitu sumber dan proses
sekolah,kualitas guru, dankarakteristik siswa.Mc.Cown dkk.1997 dalam Kusumaningtyas 2010:25 mengungkapkan bahwa peningkatan motivasi
25
belajar sebagai indikator berhasilnya tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Imron 1996 dalam Siregar 2011:53 menyatakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu:
a Cita-citaaspirasi belajar.
b Kemampuan pembelajar.
c Kondisi pembelajar.
d Kondisi lingkungan pembelajar.
e Unsur-unsur dinamis belajarpembelajaranbahan pelajaran, alat
bantu belajar, suasana belajar, dll. f
Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
tidak dapat
muncul begitu
saja.Terdapat banyak
faktor yang
mempengaruhinya seperti karakteristik siswa, kualitas guru, dan kondisi sekolah, baik dari segi fisik maupun non fisik.
5. Teori Notasi Musik Dasar
Musik merupakan susunan tinggi rendahnya nada yang berjalan dalam waktu.Panjang pendek suatu bunyi dapat digambarkan dengan
simbol-simbol yang disebut not pitch, sedangkan panjang pendek diam juga disimbolkan dalam tanda istirahatrest Mudjilah, 2010:5.
Surmani, dkk.dalam buku Alfred’s Essentials of Music Theory
1998:3-11, teori musik dasar dijabarkan sebagai berikut.
26
1. Garis Paranada Staff Musik dalam bentuk notasi balok ditulis di atas garis
paranada.Garis paranada atau staff terdiri dari 5 baris.
Gambar 1: Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk. dengan modifikasi
Notasi musik dapat ditulis tepat di atas garis atau di antara dua garis seperti berikut.
Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk.
2. Kunci G Treble Clef
Gambar 3: Kunci G Sumber: Surmani, dkk.
Kunci G
berbentuk seperti
huruf G
yang dikreasikan
bentuknya.Kunci G digunakan untuk menulis notasi yang memiliki titinada tinggi.Tanda kunci G berpusat pada baris kedua sehingga sangat mudah
untuk mengingat letak nada g’ melalui kunci ini Mudjilah, 2010:20. 3. Kunci F Bass Clef
Gambar 4: Kunci F Sumber: Surmani, dkk.
27
Kunci F digunakan untuk menulis nada-nada rendah.Tanda kunci G berpusat pada baris keempat sehingga sangat mudah untuk mengingat letak
nada f melalui kunci ini Mudjilah, 2010:20. 4. Grand Staff
Gambar 5: Grand Staff Sumber: Surmani, dkk.
5. Garis Bantu Ledger Line Garis bantu atau ledger line merupakan garis pendek yang
ditambahkan pada garis paranada baik di atas atau di bawah dan berfungsi untuk memperluas tingkat nada pada penulisan not dalam garis paranada
tersebut.
Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu Sumber: Surmani, dkk. dengan modifikasi
28
6. Birama, Garis Birama dan Garis Birama Ganda Musik dibagi menjadi beberapa bagian yang sama menggunakan
garis biramadan ruang yang terdapat diantara dua garis birama disebut birama. Garis birama ganda ditulis diakhir dari penulisan notasi musik
dalam satu partitur lagumusik.
Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda
Sumber: Surmani, dkk. dengan modifikasi 7. Nilai Not dan Tanda Istirahat
Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat
Not Nilai
Istirahat rest Not bernilai 1 atau
utuh Not bernilai 12
Not bernilai ¼ Not bernilai 18
Not bernilai 116
Sumber: Mudjilah dengan modifikasi Satu not utuh senilai dengan dua not 12 juga senilai dengan empat
not ¼, senilai dengan delapan not 18, senilai dengan 16 not 116, dan seterusnya, begitu pula dengan nilai tanda istirahatnya.
29
Gambar8:Persamaan Nilai Notasi Sumber: Mudjillah dengan modifikasi
Selain not asli seperti di atas, ada pula penulisan notasi musik dalam bentuk not bertitik, tanda istirahat bertitik dan legato.
Menurut Mudjilah 2010:7, tanda titik yang berada di belakang not atau tanda istirahat, tanda titik tersebut memiliki nilai 12 dari not yang ada
di depannya atau diikutinya. Contoh :
Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu Sumber: Mudjilah dengan modifikasi
Jika ada dua titik yang menyertai not atau tanda istirahat, maka titik kedua bernilai 12 dari titik sebelumnya.
Contoh:
Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua
Sumber: Mudjilah dengan modifikasi Selain simbol-simbol dasar di atas, untuk dapat membaca notasi musik
diperlukan pemahaman teori musik lebih dalam sebagai berikut. 1. Tanda Birama
Mudjilah 2010:8-10 menjelaskan bahwa dalam musik, panjang pendek not akan membentuk suatu irama. Getaran yang teratur disebut
dengan beat atau ketukan, dan kecepatan mengetuk atau menghitung not disebut dengan tempo. Selanjutnya, Mudjilah membagi tanda birama
sebagai dasar ketukan sebagai berikut.
30
Tabel 3:Tanda Birama sebagai Dasar Ketukan
Dasar Ketukan Tanda Birama
Penyebut 1 Penyebut 2
Penyebut 4 Penyebut 8
Sumber: Mudjillah dengan modifikasi Tanda birama adalah sebuah tanda yang terdapat di awal suatu karya musik
yang menunjukkan satuan ketukan dan jumlah ketukan dalam tiap birama Mudjilah, 2010:10.
Contoh: - Tanda birama 24 berarti terdapat dua ketukan dalam tiap birama dengan
setiap ketukan bernilai not 14. - Tanda birama 38 berarti terdapat tiga ketukan dalam tiap birama dengan
setiap ketukan bernilai not 18. 2. Tangga Nada C Mayor
Mudjilah 2010:25 mengemukakan bahwa Tangga nada adalah susunan nada-nada secara alphabetis yang
disusun ke atas dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah dari nada tertinggi ke nada terendah. Tangga nada diatonis
merupakan sebuah sistem tangga nada yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut mempunyai jarak 1 tone whole-tone dan
1 semitone half-tone secara bervariasi.
Terdapat dua jenis tangga nada diatonis yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.Tangga nada mayor merupakan tangga nada yang
memiliki jarak 1 semitone pada nada ke 3-4 dan ke 7-1oktaf, sedangkan jarak-jarak nada yang lain adalah 1 tone Hanna S.M., 2010:25. Sebagai
31
dasar pembelajaran notasi musik, tangga nada C Mayor merupakan tangga nada dasar yang sesuai untuk dipelajari sebagai permulaan pengenalan
tangga nada. Berikut susunan tangga nada C Mayor:
Gambar 11: Tangga Nada C Mayor
Sumber: blog.cantatechoir.com
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kholik pada tahun 2013 dengan penelitian berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Guided Discovery untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran
di Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan ”. Kesamaan dalam penelitian ini
adalah variabel motivasi belajar siswa dan metode yang diterapkan yaitu pembelajaran discovery.
Analisis penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran matematikadengan metode penemuan terbimbing GuidedDiscovery
sebagai upaya untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Kalasan Kabupaten Slemanberjalan sesuai dengan
32
karakteristik penemuanterbimbing.Pada pra tindakan, hasil pengukuran motivasi belajar siswadengan
angket menunjukkan bahwa rata-
ratapersentase motivasi
belajar siswasebesar
67,29 dengan
kategorisedang, dan pada akhir tindakan sebesar74,40 dengan kategori tinggi. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningatkan di setiap
siklusnya.Rata-rata hasil belajar pada pra tindakanadalah 56,42 dengan persentase ketuntasansebanyak 14. Pada siklus I rata-rata hasilbelajar
meningkat menjadi 78,57 denganpersentase ketuntasan 68 dan pada siklus IIrata-rata hasil belajar meningkat menjadi85,18 dengan persentase
ketuntasan 82. Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gordella
Nugraheni pada tahun 2014 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo”. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu variabel
motivasi belajar siswa dan metode yang digunakan yaitu metode discovery. Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa
bahwa penerapan metode discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan
Panjatan Kabupaten Kulon Progo dengan bimbingan dan pengarahan dari guru. Dalam kesimpulan penelitiannya, cara untuk meningkatkan motivasi
belajar IPS pada metode discovery adalah dengan memberikan stimulasi kepada siswa menggunakan media benda konkret atau gambar dan kegiatan
33
tanya jawab guna menumbuhkan keingintahuan siswa. Setelah itu, guru memfasilitasi siswa dengan gambar serta LKS dalam tahap pengumpulan
data, dan yang terakhir adalah dengan melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh tahap discovery. Berdasarkan hasil pengolahan data,
peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut: pencapaian hasil motivasi belajar siswa yang pada pra tindakan hanya 31 siswa
kemudian pada siklus I dan siklus II telah mencapai minimal 80 siswa memiliki motivasi belajar IPS berkategori tinggi dengan rata-rata skor
motivasi belajar pada pra tindakan adalah 55, pada siklus I menjadi 82, pada siklus II menjadi 88.
Dari dua penelitian yang relevan di atas, terlihat bahwa model discovery learningmeningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pada
penelitian kali ini, penulis fokus terhadap motivasi belajar siswa dalam pengenalan notasi musik di sekolah sehingga dalam hasil penelitian
diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan model discovery learning seperti dua penelitian relevan di atas.
C. Kerangka Berpikir