Identifikasi Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Penelitian yang Relevan

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasipermasalahan sebagai berikut. 1. Kurangnya antusiasme siswa terhadap mata pelajaran seni musik di sekolah. 2. Kurangnya motivasi belajar siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Piyungan terhadap notasi musik sehingga tidak siap dalam mengahadapi materi menggubah lagu di kelas IX. 3. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Piyungan tidak kompeten menggubah lagu dalam bentuk notasi musik. 4. Materi notasi musik terasa membosankan ketika disampaikan menggunakan model pembelajaran konvensional yang mengedepankan ceramah saja. 5. Model discovery learning belum pernah dicoba dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan. 6. Belum diketahui adanya perbedaan motivasi belajar siswa antara model pembelajaran penemuan discovery learning dengan penggunaan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan. 6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan difokuskan pada perbedaan motivasi belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran penemuan discovery learning dengan model konvensional pada pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkanuraian latar belakang dan batasan masalah, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Adakah perbedaan motivasi belajar siswa antara yang menggunakanmodel discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik kelas VIII di SMP Negeri 1 Piyungan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa kelas VIII antara yang menggunakan model discovery learning dengan model konvensional dalam pembelajaran notasi musik di SMP Negeri 1 Piyungan.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemilihan model pembelajaran yang inovatif, menarik dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. 7 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat: a. diterapkan dalam pembelajaran notasi musik khususnya di SMP Negeri 1 Piyungan, b. menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh guru di sekolah khususnya SMP Negeri 1 Piyungan sehubungan dengan kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran notasi musik. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pendekatan Konstruktivisme Belajar Pembelajaran yang semakin dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan berfokus pada peserta didik. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif.Brook and Brooksmenyatakan bahwa kontruktivis adalah pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada proses penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan dan gambaran serta inisiatif pesera didik Hanafiah, 2012:62. Pendekatan konstruktivis berhubungan dengan model discovery learning atau pembelajaran penemuan.Pendekatan konstruktivis inilah yang mendasari model discovery learning, hanya saja pendekatan konstruktivis menuntut penemuan baru sedangkan discovery learning menemukan suatu pengetahuan yang sudah ada. Siregar 2010:43 mengemukakan perbedaan karakteristik antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut. 9 Tabel 1:Perbedaan PembelajaranKonvensional dan Pembelajaran Konstruktivistik Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Konstruktivistik Kurikulum disajikan dari bagian- bagian menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan- keterampilan dasar. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju kebagian- bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas. Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah ditetapkan Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks dan buku kerja. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan. Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digores informasi oleh guru, dan guru-guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya. Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang sebagai bagian dari pembelajaran, dan biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran dengan cara testing. Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa, serta melalui tugas- tugas pekerjaan. Siswa-siswi biasanya bekerja sendiri-sendiri tanpa ada grup dalam proses belajar. Siswa-siswi banyak belajar dan bekerja di dalam grup. Proses pembelajaran konstruktivis merupakan proses yang mendorong siswa lebih kooperatif dan kompetitif serta aktif, kreatif dan inovatif, proses pembelajaran di kelas pun akan lebih menyenangkan. Secara keseluruhan, konsep pembelajaran konstruktivis mendasari model discovery learning. Model pembelajaran ini mampu mencetak peserta didik yang lebih aktif karena sekecil apapun pendapat mereka akan sangat dihargai sehingga peserta didik memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. 10

2. Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan pembelajaran yang dinamis.Bukti bahwa pembelajaran tersebut bersifat dinamis adalah adanya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan sesama siswa, serta interaksi dengan sumber belajar yang ada. Dalam mencapai pembelajaran yang efektif dan dinamis, diperlukan suatu model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah sebuah rangka menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif Hanafiah, 2012:41.Ketika ingin mendapatkan sesuatu dengan hasil yang baik dan maksimal, maka perlu dilakukan persiapan untuk meminimalisir kesalahan maupun kekurangan, begitu pula dengan sebuah pembelajaran.Model pembelajaran merupakan sebuah persiapan yang harus dirancang demi mencapai pembelajaran yang mampu memberikan hasil terbaik dan maksimal bagi peserta didik. Dengan adanya model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, keterampilan, ide, cara berpikir, serta memberikan kebebasan pada mereka untuk mengekspresikan diri Trianto, 2010:51-52. Joyce dan Weil 1992:4 dalam Trianto 2010:53 mengemukakan bahwa sebuah model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang guna membantu menentukan perangkat-perangkat yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut seperti buku, film, komputer, dan perangkat pembelajaran lainnya. Pemilihan model pembelajaran sangat 11 dipengaruhi oleh materi yang akan dipelajari di dalam kelas dan tujuan dari penyampaian materi. Selain itu, penyusunan model pembelajaran pun dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa karena model pembelajaran yang baik adalah yang memudahkan siswa bukan malah sebaliknya Trianto, 2010: 54.Wiyani 2013:35 memaparkan bahwa model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan acuan oleh guru dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya. Dari penjelasan mengenai model pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran berfungsi sebagai acuan pendidik yang dirancang sesuai dengan materi pembelajaran serta kemampuan siswa demi meningkatkan mutu belajar serta untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang maksimal. Model pembelajaran memiliki lingkup yang luas sehingga membantu guru dalam memilih media atau perangkat pembelajaran untuk mendukung model pembelajaran yang diterapkan dalam kelas.

3. ModelDiscovery Learning

a. Pengertian Discovery Learning

Model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif sehingga pembelajaran tersebut berpusat pada siswa merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan di sekolah saat ini.Suryosubroto 1997:104 mengemukakan bahwa prinsip siswa belajar aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang 12 dilakukannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah model discovery learning. Menurut Supardi 2013:204 discovery learningmerupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri.Teknik pendekatan masalah merupakan teknik yang digunakan dalam model pembelajaran ini. Guru tidak memberikan materi dalam bentuk final sehingga siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri isi dari meteri yang akan disampaikan dan mencoba memecahkan masalah-masalah yang mereka temukan. Model pembelajaran ini tentunya berpusat pada siswa dan mendorong siswa untuk terlibat serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Menurut Suryosubroto 1997:192 model pembelajaran discovery merupakan komponen dari praktek yang memajukan siswa untuk belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Siswa sadar mengenai pengertian sehingga guru tidak perlu menjelaskan dengan kata-kata. Menurut Encyclopedia of Educational Research dalam Suryosubroto 1997:192, penemuan merupakan suatu model pembelajaran yang unik, guru bebas membentuk cara pembelajaran, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar sebaiknya berpusat pada peserta didik student center.Pengalaman belajar 13 hendaknya dirancang oleh guru secara sistematis, artinya pengalaman belajar memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan sesuai dengan urutan materi yang harus dikuasai siswa untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan Wiyani, 2013:155. Istilah discovery sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan atau inquiry dan pemecahan masalah atau problem solving.Beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari penemuan Suryosubroto, 1997:193.Berikut merupakan pendapat yang dikemukakan oleh Sund tentang hubungan anatara discovery dan inquiry. Sund 1975 dalam Suryosubroto 1997:193 mengemukakan bahwa discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Menurut Sund, inquiry dibentuk meliputi discovery. Inquiry lebih dalam pengertiannya dibandingkan dengan discovery. Artinya, proses inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya seperti merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, analisis data, serta menarik kesimpulan. Dari beberapa pengertian discovery learningdi atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan discovery learningmerupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk 14 aktif, belajar menemukan teori sendiri karena guru tidak memberikan suatu materi dalam bentuk final, memberikan kesempatan terhadap siswa untuk mengamati, menjelaskan, dan menyimpulkan.

b. Tahap-tahapModel Discovery Learning

Djamarah 2013:19-20 menjelaskan tahap-tahap pokok dari model discovery learning yaitu terdiri dari simulation, problem statement, data collection, data processing, verivication, dan generalization. a Simulation. Guru mengajukan permasalahan kepada siswa atau siswa menemukan sendiri permasalahan dalam buku teks atau sumber- sumber lainnya. b Problem Statement. Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan, kemudian merumuskan masalah tersebut. Dari rumusan masalah yang telah dibuat, siswa dibimbing untuk mencari hipotesis atau jawaban sementara. c Data Collection. Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat, siswa diberi keputusan untuk membuktikannya melalui kegiatan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, mencari hal-hal yang relevan, atau wawancara dengan narasumber. d Data Processing. Semua data yang telah di dapat diolah dengan cara diklasifikasikan, ditabulasikan, atau bila perlu dihitung menggunakan analisis statistik. e Verification. Verifikasi atau pembuktian merupakan kegiatan membuktikan apakah hipotesis yang telah dibuat dapat terjawab atau tidak setelah dilakukan pengolahan data. f Generalization. Tahap selanjutnya adalah siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya. Strategi pembelajaran dengan discovery learning ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah ditransfer dalam memecahkan permasalahan Supardi, 2013:205. 15

c. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Suryosubroto 1997:200-202 memaparkan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran discovery sebagai berikut. Kelebihan model pembelajaran penemuan atau discovery: a dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitifnya, b pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya sehingga pengetahuan yang berhasil di dapat oleh siswa akan bersifat kukuh tertancap dalam pikirannya, c model pembelajaran ini mampu membangkitkan gairah pada siswa, d mendorong siswa untuk bergerak maju sesuai kemampuannya sendiri, e mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri cara belajarnya sehingga siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar, f memperkuat kepercayaan diri siswa melalui proses-proses penemuan yang dihadapinya dan memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, g model pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide, h membantu perkembangan siswa menuju rasa keraguan atau kecurigaan yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak. Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut: a diperlukan persiapan mental untuk belajar dengan cara seperti ini, misalnya siswa yang lamban mungkin akan bingung dalam usahanya untuk mengembangkan pikiran jika berhadapan degnan hal-hal yang abstrak, b model pembelajaran ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, misalnya sebagian besar waktu hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, c menimbulkan kekecewaan terhadap guru atau siswa yang terbiasa dengan cara pembelajaran yang konvensional karena tidak mampu berpartisipasi dengan baik dalam proses pembelajaran dengan model penemuan, d mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan, 16 e tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk menemukan ide-ide dalam beberapa ilmu, misalnya IPA, f menyempitkan otak siswa untuk berpikir kreatif jika pengertian- pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik, menggerakkan siswa untuk mandiri, dan mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa, sedangkan untuk kekurangan dari model discovery learning dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu kurang berhasil jika diterapkan dalam kelas besar, siswa yang tidak aktif dan kurang percaya diri akan sulit mengikuti pembelajaran, dan model discovery learning mengedepankan teori dari pada praktik sehingga siswa kurang dapat berpikir kreatif.

4. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Belajar merupakan rutinitas wajib yang seharusnya dilakukan oleh pelajar atau siswa di sekolah.Akan tetapi, pada umumnya siswa merasa bahwa belajar merupakan kegiatan yang mudah sekali membosankan. Rasa malas seringkali menghantui hati dan pikiran siswa ketika akan dimulainya kegiatan belajar. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut Santrock 2008:510, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Cropley 1985 dalam Siregar 2011:48 pun menjelaskan bahwa motivasi juga dapat dijelaskan sebagai 17 tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu.Indrakusuma 1971 dalam Habsari 2005:74 menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang dapat memberikan dorongan pada kegiatan yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Sumijo 1984 dalam Habsari 2005:74 menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan kerja yang timbul dalam diri seseorang untuk berprestasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Astuti 2010:67, motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena berfungsi menggerakkan serta mengarahkan kegiatan belajar. Motivasi diyakini sebagai penguat atau reinforcement. Dari pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan penuh konsistensi hingga mencapai tujuan atau prestasi yang diingankannya.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi hingga liang lahat Siregar, 2011: 3. Menurut Slameto 2013:2, belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku yang terjadi dapat bersifat pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik, maupun menyangkut nilai dan sikap afektif. Burton dalam bukunya The Guidance of Learning Activities mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku 18 pada diri individu karena adanya interaksi dengan sesama individu maupun lingkungan sekitarnya. Harold Spears mengungkapkan bahwa “learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction belajar adalah mengamai, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya, mendengar dan mengikuti aturan. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang telah direncanakan Siregar, 2011:4. Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antar sesama maupun interaksi dengan lingkungannya.

c. Pengaruh Motivasi dalam Belajar

Reid 2007:19 mengungkapkan bahwa idealnya, motivasi haruslah intrinsik yaitu pembelajar memiliki motivasi diri self-motivating. Anak tidak akan belajar tanpa adanya motivasi dalam dirinya. Akan tetapi, tidak semua anak termotivasi untuk belajar sehingga anak perlu dimotivasi oleh orang tua di rumah maupun guru di sekolahnya. Motivasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam diri manusia untuk mendapatkan sebuah prestasi di akhir proses belajarnya. Studi yang dilakukan Walberg dkk. 1983 menyimpulkan bahwa motivasi memiliki kontribusi antara 11-20 terhadap prestasi belajar, sedangkan studi yang dilakukan Suciati 1990 menyimpulkan bahwa motivasi memiliki 19 kontribusi hingga 36, dan Mc.Cellend menunjukkan bahwa motivasi memiliki kontribusi hingga 64 terhadap prestasi belajar Siregar, 2011:52. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri individu untuk belajar dan seringkali diperlukan dukungan dari individu lain maupun faktor lain untuk memunculkan motivasi dalam diri individu tersebut. Motivasi sangat berperan besar dalam pencapaian prestasi belajar.

d. Fungsi Motivasi

Motivasi belajar siswa dalam kelas bergantung pada situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas bergantung pada guru karena kelas adalah tempat berhimpun siswa dan guru dalam rangka transfer bahan pelajaran dari guru. Pengelolaan kelas yang baik akan memperlancar proses pembelajaran sedangkan pengelolaan kelas yang kurang baik akan menghambat proses pembelajaran sehingga hasil dari pembelajaran tersebut akan kurang baik pula. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan dengan interaksi edukatif yang terjadi di kelas, apalagi kertika guru tidak mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran yang menarik atau malah cenderung menurunkan motivasi siswa dalam kelas. Guru seharusnya mampu menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat siswa merasa termotivasi untuk terus belajar dan mengurangi rasa bosan pada siswa Supardi, 2013:99. 20 Motivasi dapat berjalan dengan efektif jika memperhatikan kebutuhan anak didik. Keanekaragaman cara belajar merupakan salah satu cara yang mampu meningkatkan gairah belajar siswa. Peranan guru sebagai motivator sangatlah penting dalam interaksi edukatif karena pekerjaan sebagai guru tidak dapat lepas dari kemahiran sosial. Supardi, 2013:98. Motivasi merupakan suatu instrumen yang sangat penting dalam diri manusia.Fungsi motivasi sangat besar bagi keberhasilan atau kesuksesan manusia dalam mencapai cita-citanya.Berikut fungsi motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman 2008:85. a Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Fungsi motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Uno 2008:17 sebagai berikut. a Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. b Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. c Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Dari pemaparan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai dorongan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, menentukan arah tujuan, serta menyeleksi langka-langkah yang harus dilakukan. 21

e. Teori Motivasi Belajar

Mc.Cown, Driscoll, dan Roop 1997 dalam Kusumaningtyas 2010:21 mengungkapkan bahwa motivasi belajar terdiri dari tiga hal, yaitu: a Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu menjadikan motivasi sebagai dorongan untuk mencapai sebuah prestasi pada akhir pencapaiannya. Setiap orang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap perilakunya. Prestasi merupakan sebuah impian besar yang terdapat dalam dirinya. Tanpa adanya motivasi yang kuat, maka prestasi akan sulit untuk didapatkan. Oleh sebab itu, peserta didik yang ingin mencapai prestasi di bidang akademik maupun non akademik di sekolah maupun di luar sekolah, harus memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mampu melewati segala tahap ujian dan mendapatkan hasil terbaik sehingga prestasi pun dapat digenggam. b Kebutuhan untuk pemenuhan diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam hidupnya. Tanpa adanya motivasi, tentu saja kebutuhan yang diperlukan setiap manusia tidak dapat tercukupi.Untuk mendapatkan segala hal yang dibutuhkan, manusia harus memiliki motivasi untuk mendapatkannya. c Kebutuhan untuk mandiri. Manusia yang mandiri merupakan manusia yang memiliki kegigihan dalam dirinya.Kegigihan itu muncul karena 22 adanya motivasi dalam dirinya untuk menyelesaikan segala perbuatannya. Siregar 2011:52 menjelaskan bahwa Keller 1983 memiliki pendapat lain mengenai teori motivasi, Keller menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang disebut dengan ARCS Modelyaitu attention perhatian, relevance relevansi, confidence kepercayaan diri, dan satisfication kepuasan. Keller berpendapat bahwa keempat hal tersebut merupakan kondisi motivasional yang penting untuk dipraktekkan dalam pembelajaran sehingga motivasi dalam siswa dapat terjaga dari awal sampai akhir pembelajaran.

f. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas siswa di dalam kelas. Adapun berbagai ciri yang dapat terlihat jelas dari seorang siswa yang memiliki motivasi belajar menurut Supriyadi 2005:86 yaitu siswa selalu memperhatikan materi yang diajarkan, tekun dalam belajar, tertarik untuk belajar, sering belajar, berkomitmen dalam memenuhi tugas-tugas sekolah, serta semangat untuk hadir di sekolah dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Sadirman 2008:83 juga mengemukakan beberapa ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya, yaitu: a tekun dalam menyelesaikan atau menghadapi tugas yang di dapat, b ulet dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi, c menunjukkan minatnya untuk menyelesaikan berbagai macam masalah, 23 d lebih senang bekerja mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain, e cepat bosan pada tugas-tugas rutin karena terkesan monoton, f dapat mempertahankan pendapat yang dimilikinya tidak mudah berubah pikiran, dan g berpendirian kuat. Dari beberapa ciri orang yang bermotivasi di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang tekun dalam belajar, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi pada hal baru, ingin selalu memecahkan masalah yang ada, mandiri, tidak suka dengan hal yang monoton, dan memiliki pendirian yang kuat merupakan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam dirinya. Kusumaningtyas 2010:24 merangkum pendapat Mc.Cown dkk.1997 yang menyatakan bahwa motivasi belajar meliputi adanya keterlibatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan dan berkomitmen untuk terus belajar dalam jangka waktu kedepan.Aspek- aspek motivasi menurut Mc.Cown dkk dijelaskan secara rinci sebagai berikut. a Keinginan dan inisiatif sendiri untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi dalam dirinya memiliki keinginan yang kuat dan inisiatif untuk belajar karena ada rasa ingin tahu atau curiosity yang tinggi dalam dirinya. b Keterlibatan yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan tugas- tugas. Motivasi seseorang dapat diamati melalui usaha dan keterlibatan seseorang pada suatu keinginan. 24 c Komitmen untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi cenderung akan lebih tekun untuk belajar dan memiliki komitmen untuk terus belajar karena dia yakin bahwa belajar mampu membawa dirinya dalam keberhasilan. Selanjutnya, dari model motivasi ARCS yang diungkapkan Keller.terdapat empat aspek motivasi yang terdapat dalam diri siswa dan sangat penting untuk dijaga selama proses pembelajaran. Siregar 2011:52 telah merangkumnya sebagai berikut. a Attention perhatian, yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini muncul ketika siswa menghadapi sesuatu yang baru, aneh, lain dari yang pernah ada, atau kontradiktif sekalipun. b Relevance relevansi, yaitu adanya hubungan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ketika siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran tersebut kedepannya, maka ia akan merasa termotivasi untuk mempelajarinya. c Confidence kepercayaan diri, yaitu merasa dirinya kompeten atau mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehingga siswa akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. d Satisfaction kepuasan, yaitu suatu kepuasan yang muncul dalam diri siswa setelah mencapai suatu tujuan keberhasilan dan dengan adanya kepuasan tersebut siswa akan termotivasi untuk terus mencapai tujuan yang serupa.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar tentunya tidak muncul begitu saja.Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Schiefelbein dan Simons 1981 dalam Kusumaningtyas 2010:25, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi dalam diri peserta didik yaitu sumber dan proses sekolah,kualitas guru, dankarakteristik siswa.Mc.Cown dkk.1997 dalam Kusumaningtyas 2010:25 mengungkapkan bahwa peningkatan motivasi 25 belajar sebagai indikator berhasilnya tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Imron 1996 dalam Siregar 2011:53 menyatakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran, yaitu: a Cita-citaaspirasi belajar. b Kemampuan pembelajar. c Kondisi pembelajar. d Kondisi lingkungan pembelajar. e Unsur-unsur dinamis belajarpembelajaranbahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar, dll. f Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi tidak dapat muncul begitu saja.Terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti karakteristik siswa, kualitas guru, dan kondisi sekolah, baik dari segi fisik maupun non fisik.

5. Teori Notasi Musik Dasar

Musik merupakan susunan tinggi rendahnya nada yang berjalan dalam waktu.Panjang pendek suatu bunyi dapat digambarkan dengan simbol-simbol yang disebut not pitch, sedangkan panjang pendek diam juga disimbolkan dalam tanda istirahatrest Mudjilah, 2010:5. Surmani, dkk.dalam buku Alfred’s Essentials of Music Theory 1998:3-11, teori musik dasar dijabarkan sebagai berikut. 26 1. Garis Paranada Staff Musik dalam bentuk notasi balok ditulis di atas garis paranada.Garis paranada atau staff terdiri dari 5 baris. Gambar 1: Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk. dengan modifikasi Notasi musik dapat ditulis tepat di atas garis atau di antara dua garis seperti berikut. Gambar 2: Penulisan Notasi Musik pada Garis Paranada Sumber: Surmani, dkk. 2. Kunci G Treble Clef Gambar 3: Kunci G Sumber: Surmani, dkk. Kunci G berbentuk seperti huruf G yang dikreasikan bentuknya.Kunci G digunakan untuk menulis notasi yang memiliki titinada tinggi.Tanda kunci G berpusat pada baris kedua sehingga sangat mudah untuk mengingat letak nada g’ melalui kunci ini Mudjilah, 2010:20. 3. Kunci F Bass Clef Gambar 4: Kunci F Sumber: Surmani, dkk. 27 Kunci F digunakan untuk menulis nada-nada rendah.Tanda kunci G berpusat pada baris keempat sehingga sangat mudah untuk mengingat letak nada f melalui kunci ini Mudjilah, 2010:20. 4. Grand Staff Gambar 5: Grand Staff Sumber: Surmani, dkk. 5. Garis Bantu Ledger Line Garis bantu atau ledger line merupakan garis pendek yang ditambahkan pada garis paranada baik di atas atau di bawah dan berfungsi untuk memperluas tingkat nada pada penulisan not dalam garis paranada tersebut. Gambar 6: Penulisan Notasi pada Garis Bantu Sumber: Surmani, dkk. dengan modifikasi 28 6. Birama, Garis Birama dan Garis Birama Ganda Musik dibagi menjadi beberapa bagian yang sama menggunakan garis biramadan ruang yang terdapat diantara dua garis birama disebut birama. Garis birama ganda ditulis diakhir dari penulisan notasi musik dalam satu partitur lagumusik. Gambar 7: Birama, Garis Birama, dan Garis Birama Ganda Sumber: Surmani, dkk. dengan modifikasi 7. Nilai Not dan Tanda Istirahat Tabel 2: Nilai Not dan Tanda Istirahat Not Nilai Istirahat rest Not bernilai 1 atau utuh Not bernilai 12 Not bernilai ¼ Not bernilai 18 Not bernilai 116 Sumber: Mudjilah dengan modifikasi Satu not utuh senilai dengan dua not 12 juga senilai dengan empat not ¼, senilai dengan delapan not 18, senilai dengan 16 not 116, dan seterusnya, begitu pula dengan nilai tanda istirahatnya. 29 Gambar8:Persamaan Nilai Notasi Sumber: Mudjillah dengan modifikasi Selain not asli seperti di atas, ada pula penulisan notasi musik dalam bentuk not bertitik, tanda istirahat bertitik dan legato. Menurut Mudjilah 2010:7, tanda titik yang berada di belakang not atau tanda istirahat, tanda titik tersebut memiliki nilai 12 dari not yang ada di depannya atau diikutinya. Contoh : Gambar 9: Nilai Not Bertitik Satu Sumber: Mudjilah dengan modifikasi Jika ada dua titik yang menyertai not atau tanda istirahat, maka titik kedua bernilai 12 dari titik sebelumnya. Contoh: Gambar 10: Nilai Not Bertitik Dua Sumber: Mudjilah dengan modifikasi Selain simbol-simbol dasar di atas, untuk dapat membaca notasi musik diperlukan pemahaman teori musik lebih dalam sebagai berikut. 1. Tanda Birama Mudjilah 2010:8-10 menjelaskan bahwa dalam musik, panjang pendek not akan membentuk suatu irama. Getaran yang teratur disebut dengan beat atau ketukan, dan kecepatan mengetuk atau menghitung not disebut dengan tempo. Selanjutnya, Mudjilah membagi tanda birama sebagai dasar ketukan sebagai berikut. 30 Tabel 3:Tanda Birama sebagai Dasar Ketukan Dasar Ketukan Tanda Birama Penyebut 1 Penyebut 2 Penyebut 4 Penyebut 8 Sumber: Mudjillah dengan modifikasi Tanda birama adalah sebuah tanda yang terdapat di awal suatu karya musik yang menunjukkan satuan ketukan dan jumlah ketukan dalam tiap birama Mudjilah, 2010:10. Contoh: - Tanda birama 24 berarti terdapat dua ketukan dalam tiap birama dengan setiap ketukan bernilai not 14. - Tanda birama 38 berarti terdapat tiga ketukan dalam tiap birama dengan setiap ketukan bernilai not 18. 2. Tangga Nada C Mayor Mudjilah 2010:25 mengemukakan bahwa Tangga nada adalah susunan nada-nada secara alphabetis yang disusun ke atas dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah dari nada tertinggi ke nada terendah. Tangga nada diatonis merupakan sebuah sistem tangga nada yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut mempunyai jarak 1 tone whole-tone dan 1 semitone half-tone secara bervariasi. Terdapat dua jenis tangga nada diatonis yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.Tangga nada mayor merupakan tangga nada yang memiliki jarak 1 semitone pada nada ke 3-4 dan ke 7-1oktaf, sedangkan jarak-jarak nada yang lain adalah 1 tone Hanna S.M., 2010:25. Sebagai 31 dasar pembelajaran notasi musik, tangga nada C Mayor merupakan tangga nada dasar yang sesuai untuk dipelajari sebagai permulaan pengenalan tangga nada. Berikut susunan tangga nada C Mayor: Gambar 11: Tangga Nada C Mayor Sumber: blog.cantatechoir.com

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kholik pada tahun 2013 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Guided Discovery untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Topik Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 3 Kalasan ”. Kesamaan dalam penelitian ini adalah variabel motivasi belajar siswa dan metode yang diterapkan yaitu pembelajaran discovery. Analisis penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran matematikadengan metode penemuan terbimbing GuidedDiscovery sebagai upaya untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Kalasan Kabupaten Slemanberjalan sesuai dengan 32 karakteristik penemuanterbimbing.Pada pra tindakan, hasil pengukuran motivasi belajar siswadengan angket menunjukkan bahwa rata- ratapersentase motivasi belajar siswasebesar 67,29 dengan kategorisedang, dan pada akhir tindakan sebesar74,40 dengan kategori tinggi. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningatkan di setiap siklusnya.Rata-rata hasil belajar pada pra tindakanadalah 56,42 dengan persentase ketuntasansebanyak 14. Pada siklus I rata-rata hasilbelajar meningkat menjadi 78,57 denganpersentase ketuntasan 68 dan pada siklus IIrata-rata hasil belajar meningkat menjadi85,18 dengan persentase ketuntasan 82. Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gordella Nugraheni pada tahun 2014 dengan penelitian berjudul “Penerapan Metode Discovery untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo”. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu variabel motivasi belajar siswa dan metode yang digunakan yaitu metode discovery. Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa bahwa penerapan metode discovery dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Krebet Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo dengan bimbingan dan pengarahan dari guru. Dalam kesimpulan penelitiannya, cara untuk meningkatkan motivasi belajar IPS pada metode discovery adalah dengan memberikan stimulasi kepada siswa menggunakan media benda konkret atau gambar dan kegiatan 33 tanya jawab guna menumbuhkan keingintahuan siswa. Setelah itu, guru memfasilitasi siswa dengan gambar serta LKS dalam tahap pengumpulan data, dan yang terakhir adalah dengan melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh tahap discovery. Berdasarkan hasil pengolahan data, peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut: pencapaian hasil motivasi belajar siswa yang pada pra tindakan hanya 31 siswa kemudian pada siklus I dan siklus II telah mencapai minimal 80 siswa memiliki motivasi belajar IPS berkategori tinggi dengan rata-rata skor motivasi belajar pada pra tindakan adalah 55, pada siklus I menjadi 82, pada siklus II menjadi 88. Dari dua penelitian yang relevan di atas, terlihat bahwa model discovery learningmeningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pada penelitian kali ini, penulis fokus terhadap motivasi belajar siswa dalam pengenalan notasi musik di sekolah sehingga dalam hasil penelitian diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diterapkan model discovery learning seperti dua penelitian relevan di atas.

C. Kerangka Berpikir