Peradilan Tata Usaha Negara

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 24 Selanjutnya, perlu pula diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti relevan, tepat waktu, dapat dipercayadiandalkan, mudah dimengerti jelas dan cermat, dalam bentuk yang menarik tegas dan konsisten, tidak kontradiktif, berdaya banding tinggi, berdayasaing, lengkap, netral, padat dan terstandarisasi . Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka bentuk dan isinya diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan masing-masing instansi pemerintah. Penyeragaman ini paling tidak dapat mengurangi perbedaan cara pengkajian yang cenderung menjauhkan pemenuhan prasyarat minimal akan informasi yang seharusnya dimuat dalam LAKIP. Penyeragaman juga dimaksudkan untuk pelaporan yang bersifat rutin, sehingga perbandingan atau evaluasi dapat dilakukan secara memadai. LAKIP dapat dimasukkan dalam ketegori laporan rutin, karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan setahun sekali.

D. Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang dinamis, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tentram, serta tertib. Dalam tata kehidupan yang demikian itu, dijamin persamaan warga negara di dalam hukum. Dalam usaha mewujudkan tujuan tersebut di atas, sesuai dengan sistem Modul Diklat Prajabatan Golongan III 25 pemerintahan negara yang dianut dalam UUD 1945, melalui aparaturnya di bidang Tata Usaha Negara, Pemerintah diharuskan berperan aktif dan positif. Pemerintah wajib secara terus menerus membina, menyempurnakan, dan menertibkan aparatur tersebut agar menjadi aparatur yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa yang dalam melaksanakan tugasnya selalu berdasarkan hukum dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian bagi masyarakat. Sadar terhadap peran aktif dan positif tersebut di atas, Pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi timbulnya benturan kepentingan, perselisihan atau sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga masyarakat. Sengketa yang terjadi antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga negara ini disebut sengketa Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara PTUN dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara melengkapi 3 peradilan lain yang sudah lama ada di bawah Mahkamah Agung yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan Militer, sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman berdasarkan UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 26 Kehakiman. PTUN diciptakan untuk menyelesaikan sengketa antara Pemerintah dengan warga Negaranya . Dalam hal ini sengketa timbul sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan Pemerintah yang melanggar hak warga negaranya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PTUN diadakan dalam rangka memberi perlindungan kepada rakyat. Dengan kata lain tujuan PTUN sebenarnya tidak semata-mata untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak perseorangan, melainkan juga untuk melindungi hak-hak masyarakat. Di samping itu dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang bersih, efisien dan efektif telah dikembangkan pula berbagai pengawasan. Keseluruhan sistem pengawasan tersebut akan diuraikan dalam Bab VII.

E. Rangkuman