Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
28
F. Latihan
1. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik good
governance perlu melibatkan semua pihak yang terkait stakeholder yang pada dasarnya terdiri dari 3 sektor. Apa
saja sektor-sektor itu dan jelaskan peranan masing-masing sektor tersebut
2. Apakah prinsip-prinsip penyelenggaraan tata kepemerintahan
yang baik good governance ini menurut UNDP? 3.
Menurut Bappenas apa saja upaya yang diperlukan untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik di Indonesia?
Sebutkan pula prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan beserta indikator-indikator minimal dan perangkat pendukung
indikatornya 4.
Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah dan apa prinsip-prinsipnya?
5. Mengapa Peradilan Tata Usaha Negara juga merupakan
upaya yang
diperlukan dalam
mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik?
29
BAB IV PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum. Keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan untuk:
1. Menjamin kepastian hukum, karena Indonesia adalah negara
hukum; 2.
Melindungi masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang;
3. Melindungi aparatur dari tindakan masyarakat yang melawan
hukum.
A. Asas Peraturan Perundang-Undangan
Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang baik yang meliputi:
1. Kejelasan Tujuan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
30
2. Kelembagaan atau Organisasi Pembentuk yang Tepat
Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat pembentuk peraturan perundang-undangan
yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh
lembagapejabat yang tidak berwenang.
3. Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat
dengan jenis peraturan perundang-undangannya.
4. Dapat Dilaksanakan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan
tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan
Setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
6. Kejelasan Rumusan
Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-
undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
31
7. Keterbukaan
Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demi kian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan
yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan materi muatan Peraturan perundang-undangan mengandung asas:
1. Pengayoman
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi
memberikan perlindungan
dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
2. Kemanusiaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
3. Kebangsaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang
pluralistik kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.
4. Kekeluargaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
32
5. Kenusantaraan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila.
6. Bhinneka Tunggal Ika
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan
golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang
menyangkut masalah-masalah
sensitif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
7. Keadilan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
8. Kesamaan
Kedudukan Dalam
Hukum dan
Pemerintahan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan
latar belakang, antara lain; agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
9. Ketertiban dan Kepastian Hukum
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan adanya kepastian hukum.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
33
10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan.
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan,
antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
B. Jenis Dan Hierarkhi Peraturan Perundang-
Undangan
1. Jenis
Dalam ketentuan Pasal 7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis
peraturan perundang-undangan meliputi: UUD Negara RI 1945; Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; dan Peraturan Daerah.
Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana tersebut di atas, diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Adapun jenis peraturan perundang-undangan selain sebagimana tersebut di atas
, antara lain adalah peraturan- peraturan yang dikeluarkan oleh MPR; DPR; DPD; MA;
MK; BPK; Gubernur BI; Menteri; DPRD Provinsi; DPRD KabupatenKota;
Gubernur; BupatiWalikota;
Kepala Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
34
Undang-undang atau Pemerintah atas perintah Undang- undang; Kepala Desa atau yang setingkat.
2. Hierarki
Yang dimaksud hierarki adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada
asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi
. Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan
hierarkinya. Hierarki peraturan perundang-undangan sesuai dengan Pasal
7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
hukum dasar
dalam Peraturan Perundang-undangan.
b. Undang-UndangPeraturan
Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Perpu
Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden. Sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Materi
muatan yang harus diatur dengan UU atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang adalah: hak-hak
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
35
asasi manusia, hak dan kewajiban warga negara; pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan negara serta
pembagian kekuasaan negara; wilayah negara dan pembagian daerah; kewarganegaraan dan kependudukan;
dan keuangan negara.
c. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang undangan yang ditetapkan oleh Presiden berisi materi
untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mesti nya.
d. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden adalah peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh
Presiden berisi
materi yang
diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.
e. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta
penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Daerah yang dimaksud meliputi: 1
Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama dengan
Gubernur. Termasuk dalam Peraturan Daerah
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
36
Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Perdasus
serta Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua;
2 Peraturan Daerah kabupatenkota dibuat oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupatenkota bersama BupatiWalikota;
3 Peraturan Desaperaturan yang setingkat, dibuat oleh
badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
C. Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
Undang
Tata cara mempersiapkan RUU diatur dalam Keputusan Presiden No. 188 Tahun 1998. Dalam Keppres ini diatur tentang
Prakarsa Penyusunan RUU; Panitia Antar Departemen dan Lembaga; Konsultasi RUU; Penyampaian RUU kepada DPR;
Tata Cara Pembahasan RUU yang disusun oleh DPR; Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Undang-
Undang.
1. Prakarsa Penyusunan RUU
Menteri atau pimpinan LPND selanjutnya disebut Pimpinan Lembaga
dapat mengambil prakarsa penyusunan RUU untuk mengatur masalah yang menyangkut bidang tugasnya.
Prakarsa ini wajib dimintakan persetujuan lebih dahulu kepada Presiden dengan dilengkapi penjelasan mengenai
konsepsi pengaturan yang meliputi: latar belakang dan tujuan penyusunan; sasaran yang ingin diwujudkan; pokok pikiran,
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
37
lingkup atau obyek yang akan diatur, dan jangkauan dan arah pengaturan.
Untuk pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan
yang akan dituangkan dalam RUU, Menteri atau Pimpinan Lembaga
pemrakarsa penyusunan
UU wajib
mengkonsultasikan terlebih dahulu konsep tersebut dengan Menteri Kehakiman dalam Kabinet Indonesia Bersatu:
Menteri Hukum dan HAM dan Pimpinan lembaga lainnya yang terkait.
Apabila keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi tidak dapat dihasilkan dalam forum konsultasi, maka Menteri
Kehakiman dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa bersama-sama Menteri Sekretaris Negara
melaporkannya kepada Presiden untuk mendapatkan keputusan.
Sebaliknya dalam hal telah diperoleh keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi, Menteri atau Pimpinan
Lembaga pemrakarsa secara resmi mengajukan permintaan persetujuan prakarsa penyusunan RUU kepada Presiden.
2. Panitia Antar Departemen dan Lembaga
Berdasarkan persetujuan dari Presiden atas prakarsa penyusunan RUU, Menteri atau Pimpinan Lembaga
pemrakarsa membentuk Panitia Antar Departemen dan
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
38
Lembaga
yang diketuai pejabat yang ditunjuk untuk menyusun RUU tersebut.
Permintaan keanggotan Panitia dilakukan langsung oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa kepada Menteri
Sekretaris Negara, Menteri Kehakiman, Menteri atau Pimpinan Lembaga yang terkait dengan materi yang akan
diatur. Surat keputusan Pembentukan Panitia Antar Departemen dan
Lembaga ditetapkan paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal diterimanya surat Menteri Sekretaris Negara mengenai
persetujuan pemrakarsa. Kepala Biro Hukum atau Kepala Satuan Kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang
perundang-undangan pada Departemen atau Lembaga pemrakarsa,
secara fungsional
bertindak sebagai
Sekretaris Panitia Antar Departemen.
3. Konsultasi RUU
Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa menyampaikan RUU yang dihasilkan Panitia kepada Menteri Kehakiman
dan Menteri atau Pimpinan Lembaga lainnya yang terkait, untuk memperoleh pendapat dan pertimbangan terlebih
dahulu. Pendapat dan pertimbangan dapat pula dimintakan kepada Perguruan Tinggi dan organisasi di bidang sosial,
politik, profesi atau kemasyarakatan lainnya sesuai kebutuhan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
39
Penyampaian pendapat dan pertimbangan dilakukan paling lambat 30 hari kerja sejak diterimanya pemintaan pendapat
dan pertimbangan tersebut.
Apabila RUU tersebut telah memperoleh kesepakatan,
Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa mengajukan RUU tersebut kepada Presiden. Kemudian Menteri Sekretaris
Negara melaporkan RUU kepada Presiden dan sekaligus
mempersiapkan Amanat Presiden bagi penyampaiannya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Penyampaian RUU kepada DPR
Dalam Amanat Presiden kepada pimpinan DPR ditegaskan hal-hal yang dianggap perlu, antara lain:
a. Sifat penyelesaian RUU yang dikehendaki ;
b. Cara penanganan atau pembahasannya, dalam hal RUU
yang disampaikan lebih dari satu ; c.
Menteri yang ditugasi untuk mewakili Presiden dalam pembahasan RUU di DPR.
Amanat Presiden disampaikan juga kepada Wakil Presiden, para Menteri Koordinator, Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemrakarsa dan Menteri Kehakiman dalam Kabinet Indonesia Bersatu, 2004-2009 disebut Menteri Hukum dan
HAM. Apabila dalam pembahasan di DPR terdapat masalah yang
bersifat prinsipil dan arah pembahasannya akan mengubah isi
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
40
serta arah RUU, Menteri yang mewakili Presiden wajib terlebih dahulu melaporkannya kepada Presiden dengan
disertai saran pemecahan yang diperlukan untuk memperoleh keputusan.
5. Tata Cara Pembahasan RUU Yang Disusun dan
Disampaikan Oleh DPR.
RUU yang disusun oleh DPR dan disampaikan kepada Presiden dilaporkan oleh Menteri Sekretaris Negara
disertai saran mengenai Menteri yang akan ditugasi untuk mengkoordinasikan pembahasannya dengan Menteri atau
Pimpinan Lembaga lain yang terkait. Tata cara selanjutnya sama seperti tata cara yang telah disebutkan pada butir 2, 3,
dan 4.
6. Pengesahan, Pengundangan Penyebarluasan UU
Menteri Sekretaris Negara menyiapkan naskah RUU yang
telah disetujui DPR dan selanjutnya
diajukan kepada Presiden
guna memperoleh
pengesahan persetujuan
bersama. Bila RUU yang telah disetujui tersebut tidak ditanda-tangani Presiden dalam jangka waktu paling lambat
30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, maka RUU tersebut tetap sah dan menjadi UU dan wajib diundangkan.
Kemudian Menteri Sekretaris Negara mengundangkan UU
tersebut dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara.
Sedangkan Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa berkewajiban secepatnya menyebar luaskan jiwa, semangat
dan substansi UU tersebut kepada masyarakat.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
41
7. Ketentuan Lain-Lain
Persetujuan pemrakarsa penyusunan RUU juga merupakan persetujuan
bagi penyusunan
Rancangan Peraturan
Pemerintah, Rancangan Keputusan Presiden Perpres dan peraturan lainnya, yang pelaksanaannya dilakukan sebagai
satu kesatuan kegiatan. Penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya
diselesaikan paling lambat satu tahun setelah pengundangan UU yang bersangkutan.
D. Kerangka Peraturan Perundang-Undangan
Kerangka peraturan perundang-undangan terdiri atas: judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan jika diperlukan
dan lampiran jika diperlukan.
1. Judul
a. Judul memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun
pengundangan atau penetapan dan nama Peraturan Perundang-undangan ;
b. Nama peraturan perundang-undangan dibuat secara
singkat dan mencerminkan isi peraturan perundang- undangan;
c. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang
diletakkan ditengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.
2. Pembukaan
a. Frase Dengan Rahmat Tuhan YME;
b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan;
c. Konsiderans;
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
42
d. Dasar Hukum;
e. Diktum.
3. Batang Tubuh
a. Ketentuan Umum;
b. Materi Pokok Yang Diatur;
c. Ketentuan Pidana jika diperlukan;
d. Ketentuan Peralihan jika diperlukan;
e. Ketentuan Penutup.
4. Penutup
a. Penjelasan jika diperlukan;
b. Lampiran jika diperlukan.
E. Rangkuman
Keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang dimaksudkan agar ada jaminan kepastian hukum, ada perlindungan masyarakat dari tindakan
aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang dan juga agar aparatur terlindungi dari tindakan masyarakat yang melawan
hukum. Oleh karena itu, agar setiap peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh lembaga-lembaga negara atau pejabat yang berwenang berkualitas dan tidak bertentangan satu sama lain
maka dalam pembentukannya perlu memperhatikan asas pembentukan, asas tentang materi muatannya, jenis dan
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
43
hierarkinya, dan tata cara mempersiapkan rancangan undang- undangnya.
F. Latihan