Latihan Rangkuman Diklat Prajabatan Gol. III SANRI3

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 28

F. Latihan

1. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik good governance perlu melibatkan semua pihak yang terkait stakeholder yang pada dasarnya terdiri dari 3 sektor. Apa saja sektor-sektor itu dan jelaskan peranan masing-masing sektor tersebut 2. Apakah prinsip-prinsip penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik good governance ini menurut UNDP? 3. Menurut Bappenas apa saja upaya yang diperlukan untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik di Indonesia? Sebutkan pula prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan beserta indikator-indikator minimal dan perangkat pendukung indikatornya 4. Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah dan apa prinsip-prinsipnya? 5. Mengapa Peradilan Tata Usaha Negara juga merupakan upaya yang diperlukan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik? 29 BAB IV PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Peraturan Perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan untuk: 1. Menjamin kepastian hukum, karena Indonesia adalah negara hukum; 2. Melindungi masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang; 3. Melindungi aparatur dari tindakan masyarakat yang melawan hukum.

A. Asas Peraturan Perundang-Undangan

Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang- undangan yang baik yang meliputi:

1. Kejelasan Tujuan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 30

2. Kelembagaan atau Organisasi Pembentuk yang Tepat

Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh lembagapejabat yang tidak berwenang.

3. Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.

4. Dapat Dilaksanakan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.

5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

Setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

6. Kejelasan Rumusan

Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang- undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya. Modul Diklat Prajabatan Golongan III 31

7. Keterbukaan

Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demi kian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan. Sedangkan materi muatan Peraturan perundang-undangan mengandung asas:

1. Pengayoman

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

2. Kemanusiaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

3. Kebangsaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.

4. Kekeluargaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 32

5. Kenusantaraan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.

6. Bhinneka Tunggal Ika

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

7. Keadilan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

8. Kesamaan

Kedudukan Dalam Hukum dan Pemerintahan Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain; agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

9. Ketertiban dan Kepastian Hukum

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum. Modul Diklat Prajabatan Golongan III 33

10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan.

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

B. Jenis Dan Hierarkhi Peraturan Perundang-

Undangan

1. Jenis

Dalam ketentuan Pasal 7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis peraturan perundang-undangan meliputi: UUD Negara RI 1945; Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; dan Peraturan Daerah. Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana tersebut di atas, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun jenis peraturan perundang-undangan selain sebagimana tersebut di atas , antara lain adalah peraturan- peraturan yang dikeluarkan oleh MPR; DPR; DPD; MA; MK; BPK; Gubernur BI; Menteri; DPRD Provinsi; DPRD KabupatenKota; Gubernur; BupatiWalikota; Kepala Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 34 Undang-undang atau Pemerintah atas perintah Undang- undang; Kepala Desa atau yang setingkat.

2. Hierarki

Yang dimaksud hierarki adalah penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi . Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarkinya. Hierarki peraturan perundang-undangan sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.

b. Undang-UndangPeraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. Sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Materi muatan yang harus diatur dengan UU atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang adalah: hak-hak Modul Diklat Prajabatan Golongan III 35 asasi manusia, hak dan kewajiban warga negara; pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; wilayah negara dan pembagian daerah; kewarganegaraan dan kependudukan; dan keuangan negara.

c. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang undangan yang ditetapkan oleh Presiden berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mesti nya.

d. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.

e. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah yang dimaksud meliputi: 1 Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur. Termasuk dalam Peraturan Daerah Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 36 Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Perdasus serta Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua; 2 Peraturan Daerah kabupatenkota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupatenkota bersama BupatiWalikota; 3 Peraturan Desaperaturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

C. Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-

Undang Tata cara mempersiapkan RUU diatur dalam Keputusan Presiden No. 188 Tahun 1998. Dalam Keppres ini diatur tentang Prakarsa Penyusunan RUU; Panitia Antar Departemen dan Lembaga; Konsultasi RUU; Penyampaian RUU kepada DPR; Tata Cara Pembahasan RUU yang disusun oleh DPR; Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Undang- Undang.

1. Prakarsa Penyusunan RUU

Menteri atau pimpinan LPND selanjutnya disebut Pimpinan Lembaga dapat mengambil prakarsa penyusunan RUU untuk mengatur masalah yang menyangkut bidang tugasnya. Prakarsa ini wajib dimintakan persetujuan lebih dahulu kepada Presiden dengan dilengkapi penjelasan mengenai konsepsi pengaturan yang meliputi: latar belakang dan tujuan penyusunan; sasaran yang ingin diwujudkan; pokok pikiran, Modul Diklat Prajabatan Golongan III 37 lingkup atau obyek yang akan diatur, dan jangkauan dan arah pengaturan. Untuk pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan yang akan dituangkan dalam RUU, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa penyusunan UU wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu konsep tersebut dengan Menteri Kehakiman dalam Kabinet Indonesia Bersatu: Menteri Hukum dan HAM dan Pimpinan lembaga lainnya yang terkait. Apabila keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi tidak dapat dihasilkan dalam forum konsultasi, maka Menteri Kehakiman dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa bersama-sama Menteri Sekretaris Negara melaporkannya kepada Presiden untuk mendapatkan keputusan. Sebaliknya dalam hal telah diperoleh keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa secara resmi mengajukan permintaan persetujuan prakarsa penyusunan RUU kepada Presiden.

2. Panitia Antar Departemen dan Lembaga

Berdasarkan persetujuan dari Presiden atas prakarsa penyusunan RUU, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa membentuk Panitia Antar Departemen dan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 38 Lembaga yang diketuai pejabat yang ditunjuk untuk menyusun RUU tersebut. Permintaan keanggotan Panitia dilakukan langsung oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa kepada Menteri Sekretaris Negara, Menteri Kehakiman, Menteri atau Pimpinan Lembaga yang terkait dengan materi yang akan diatur. Surat keputusan Pembentukan Panitia Antar Departemen dan Lembaga ditetapkan paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal diterimanya surat Menteri Sekretaris Negara mengenai persetujuan pemrakarsa. Kepala Biro Hukum atau Kepala Satuan Kerja yang menyelenggarakan fungsi di bidang perundang-undangan pada Departemen atau Lembaga pemrakarsa, secara fungsional bertindak sebagai Sekretaris Panitia Antar Departemen.

3. Konsultasi RUU

Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa menyampaikan RUU yang dihasilkan Panitia kepada Menteri Kehakiman dan Menteri atau Pimpinan Lembaga lainnya yang terkait, untuk memperoleh pendapat dan pertimbangan terlebih dahulu. Pendapat dan pertimbangan dapat pula dimintakan kepada Perguruan Tinggi dan organisasi di bidang sosial, politik, profesi atau kemasyarakatan lainnya sesuai kebutuhan. Modul Diklat Prajabatan Golongan III 39 Penyampaian pendapat dan pertimbangan dilakukan paling lambat 30 hari kerja sejak diterimanya pemintaan pendapat dan pertimbangan tersebut. Apabila RUU tersebut telah memperoleh kesepakatan, Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa mengajukan RUU tersebut kepada Presiden. Kemudian Menteri Sekretaris Negara melaporkan RUU kepada Presiden dan sekaligus mempersiapkan Amanat Presiden bagi penyampaiannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Penyampaian RUU kepada DPR

Dalam Amanat Presiden kepada pimpinan DPR ditegaskan hal-hal yang dianggap perlu, antara lain: a. Sifat penyelesaian RUU yang dikehendaki ; b. Cara penanganan atau pembahasannya, dalam hal RUU yang disampaikan lebih dari satu ; c. Menteri yang ditugasi untuk mewakili Presiden dalam pembahasan RUU di DPR. Amanat Presiden disampaikan juga kepada Wakil Presiden, para Menteri Koordinator, Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemrakarsa dan Menteri Kehakiman dalam Kabinet Indonesia Bersatu, 2004-2009 disebut Menteri Hukum dan HAM. Apabila dalam pembahasan di DPR terdapat masalah yang bersifat prinsipil dan arah pembahasannya akan mengubah isi Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 40 serta arah RUU, Menteri yang mewakili Presiden wajib terlebih dahulu melaporkannya kepada Presiden dengan disertai saran pemecahan yang diperlukan untuk memperoleh keputusan.

5. Tata Cara Pembahasan RUU Yang Disusun dan

Disampaikan Oleh DPR. RUU yang disusun oleh DPR dan disampaikan kepada Presiden dilaporkan oleh Menteri Sekretaris Negara disertai saran mengenai Menteri yang akan ditugasi untuk mengkoordinasikan pembahasannya dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga lain yang terkait. Tata cara selanjutnya sama seperti tata cara yang telah disebutkan pada butir 2, 3, dan 4.

6. Pengesahan, Pengundangan Penyebarluasan UU

Menteri Sekretaris Negara menyiapkan naskah RUU yang telah disetujui DPR dan selanjutnya diajukan kepada Presiden guna memperoleh pengesahan persetujuan bersama. Bila RUU yang telah disetujui tersebut tidak ditanda-tangani Presiden dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, maka RUU tersebut tetap sah dan menjadi UU dan wajib diundangkan. Kemudian Menteri Sekretaris Negara mengundangkan UU tersebut dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara. Sedangkan Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa berkewajiban secepatnya menyebar luaskan jiwa, semangat dan substansi UU tersebut kepada masyarakat. Modul Diklat Prajabatan Golongan III 41

7. Ketentuan Lain-Lain

Persetujuan pemrakarsa penyusunan RUU juga merupakan persetujuan bagi penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Keputusan Presiden Perpres dan peraturan lainnya, yang pelaksanaannya dilakukan sebagai satu kesatuan kegiatan. Penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya diselesaikan paling lambat satu tahun setelah pengundangan UU yang bersangkutan.

D. Kerangka Peraturan Perundang-Undangan

Kerangka peraturan perundang-undangan terdiri atas: judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan jika diperlukan dan lampiran jika diperlukan.

1. Judul

a. Judul memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan atau penetapan dan nama Peraturan Perundang-undangan ; b. Nama peraturan perundang-undangan dibuat secara singkat dan mencerminkan isi peraturan perundang- undangan; c. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan ditengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.

2. Pembukaan

a. Frase Dengan Rahmat Tuhan YME; b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan; c. Konsiderans; Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI 42 d. Dasar Hukum; e. Diktum.

3. Batang Tubuh

a. Ketentuan Umum; b. Materi Pokok Yang Diatur; c. Ketentuan Pidana jika diperlukan; d. Ketentuan Peralihan jika diperlukan; e. Ketentuan Penutup.

4. Penutup

a. Penjelasan jika diperlukan; b. Lampiran jika diperlukan.

E. Rangkuman

Keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan agar ada jaminan kepastian hukum, ada perlindungan masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang dan juga agar aparatur terlindungi dari tindakan masyarakat yang melawan hukum. Oleh karena itu, agar setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh lembaga-lembaga negara atau pejabat yang berwenang berkualitas dan tidak bertentangan satu sama lain maka dalam pembentukannya perlu memperhatikan asas pembentukan, asas tentang materi muatannya, jenis dan Modul Diklat Prajabatan Golongan III 43 hierarkinya, dan tata cara mempersiapkan rancangan undang- undangnya.

F. Latihan