Psikologi Pengarang Deskripsi Teori

24 psikologi. Aspek psikologi pengarang unsur ekstrinsik cerpen dapat mempengaruhi unsur-unsur pembangun cerpen unsur instrinsik cerpen. Dalam aspek psikologi pengarang terdapat faktor-faktor, seperti kreativitas, emosi, religiusitasdan intelektual. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan unsur-unsur pembangun, seperti penokohan atau perwatakan, alur atau plot, tema, serta gaya dan nada.

4. Sosiologi Pengarang

Selain teori resepsi sastra dan psikologi sastra, penelitian ini juga meminjam teori sastra lain, yaitu sosiologi sastra. Namun, penelitian ini tetap fokus pada teori resepsi sastra khususnya resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Salah satu cabang teori sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang. Teori sosiologi pengarang digunakan dalam penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan teori psikologi pengarang, yaitu agar siswa lebih memahami cerpen dan mempelajari unsur ekstrinsik cerpen. Berikut penjelasan mengenai teori sosiologi pengarang. Sosiologi pengarang merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi sastra. Kurniawan 2012: 11 mengungkapkan bahwa inti dari analisis sosiologi pengarang adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman terhadap pengarang yang dijadikan objek kajian. Selain itu, sosiologi pengarang juga berkaitan dengan unsur pembangun cerpen, seperti tokoh, latar sosial, dan alur. Ketiga unsur ini menjadi pusat perhatian karena sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh sebagai gambaran umummanusia. Latar sosial merupakan kondisi sosial karya sastra yang berkaitan dengan fakta sosial, yaitu norma sosial, instuisi sosial, kelas sosial, dan lembaga sosial. Alur berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang terbentuk dalam karya sastra Kurniawan, 2012: 13-14. Lebih lanjut, Wellek dan Warren dalam bukunya Theory of Literature 1995:109-133 mengatakan bahwa sosiologi pengarang sangat berhubungan dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah-masalah yang dikaji sosiologi pengarang antara lain, status sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi sosial pengarang dalam masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, mata pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Kurniawan 2012: 11 menambahkan pendapat di atas bahwa analisis sosial pengarang meliputi 1 proses pengarang mendapatkan mata pencaharian; 2 profesionalisme dalam kepengarangan, yang mencakup sejauh mana pengarang menganggap pekerjaan sebagai profesi; dan 3 masyarakat yang dituju oleh pengarang. Namun, dalam penelitian ini hanya mengaitkan empat wilayah kajian sosiologi pengarang dengan beberapa unsur pembangun cerpen. Adapun, wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan adalah status atau kelas sosial, latar belakang budaya pengarang, mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang. Berikut penjelasan mengenai wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan dalam penelitian ini. 26 Kelas sosial atau status sosial pengarang termasuk wilayah kajian sosiologi pengarang yang termasuk dalam latar sosial. Cara mengidentifikasi ideologi kelas sosial pengarang, yaitu bisa dilakukan dengan dua cara 1 secara langsung dengan wawancara observasi mengenai kehidupan, pandangan- pandangan, ideologi, dan kelas sosial; dan 2 secara tidak langsung dengan kajian pustaka. Fokus analisis pada kenyataan kelas sosial yang diduduki pengarang dan ideologi-ideologi kelas sosialnya. Posisi kelas pengarang, baik dominan maupun subordinat, dapat dilihat bersamaan dengan produksi kelas sosial yang diperjuangkan oleh pengarang melalui sastra Kurniawan, 2012: 51. Selanjutnya, sastra secara kolektif adalah hasil budaya manusia yang secara umum diwujudkan melalui sistem bahasa dan bahasa sendiri adalah unsur kebudayaan Kurniawan 2012: 2-3. Hubungan antara sastra dengan budaya yang dimediasi dengan bahasa menunjukkan kekhasan sastra tersendiri. Alasan sastra menjadi disiplin objek kajian karena sastra adalah sistem budaya sebagai representasi pikiran manusia yang mewakili kolektivitasnya dalam kehidupan sosial masyarakat. Teeuw dalam Kurniawan, 2012: 3 menyebut kode budaya sebagai suatu sistem yang harus didaku oleh pembaca dalam memahami sastra karena dalam sastra ada budaya yang mempresentasikan kehidupan pengarangnya. Secara tidak langsung, pendapat Kurniawan dan Teeuw mengatakan bahawa latar belakang budaya seorang pengarang berkaitan dengan gaya bahasa dan pemilihan kata dalam menciptakan karya sastra. Selain itu, setiap pengarang memiliki profesi yang dilandasi oleh dorongan keras. Otodidak adalah salah satu cara yang paling umum dilakukan. Pengarang profesional yang berasal dari pendidikan tinggi tentu berbeda dengan pengarang otodidak. Profesi pengarang otodidak biasanya mendasarkan atas kerja kreatif dengan membaca karya sastra. Sebelum pengarang otodidak menemukan gayanya sendiri, ia akan meniru gaya dari sejumlah karya sastra yang sudah dibacanya. Pengarang dapat meniru gaya menulis pengarang lain dari segi gaya bahasa dan tema ceritanya Faruk, 2015: 119. Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis semata-mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt dalam Damono, 1979:3 mengemukakan cara seorang pengarang mendapatkan modal produksi. Mata pencaharian seorang pengarang juga mempengaruhi produksi karyanya. Beberapa pengarang di Indonesia umumnya memiliki pekerjaan rangkap. Pekerjaan rangkap juga mempengaruhi hasil produksi karya sastra.Pengarang profesional memiliki strata khusus dibanding pengarang-pengarang sambilan. Mata pencaharian atau profesi pengarang juga ikut mempengaruhi tema dan bahasa yang digunakan pada cerpen karena lingkungan sosial yang sering dihadapi pengarang ketika bekerja Faruk, 2015: 119. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pengarang yang menciptakan karya sastra dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi unsur ekstrinsik cerpen. Sosiologi pengarang dapat dikaji dari berbagai sudut, seperti status sosial atau kelas sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar belakang budaya pengarang, posisi sosial pengarang, pembaca yang dituju, mata pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Namun, penelitian ini mengkaji dari sudut status sosial pengarang, latar belakang budaya pengarang,