penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur merupakan bagian cerita yang berisi urutan kejadian yang diurutkan secara sebab akibat. Tema merupakan
ide sebuah cerita. Penokohan atau perwatakan merupakan merupakan teknik atau cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada pembaca. Gaya dan nada
salah satu bagian dari sarana penceritaan dalam cerita fiksi yang memiliki hubungan erat.
3. Psikologi Pengarang
Dalam penelitian ini, digunakan juga teori sastra lain, yaitu salah satu cabang teori psikologi sastra. Namun, penelitian ini tetap fokus pada resepsi siswa
terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Teori psikologi pengarang digunakanuntuk membantu siswa dalam memberi tanggapan cerpen-
cerpen yang digunakan dalam penilitian. Selain itu, teori psikologi pengarang digunakan dalam penelitian ini agar siswa bisa dapat mempelajari unsur ekstrinsik
cerpenjuga dengan cara mengaitkan pengetahuan mereka mengenai unsur-unsur pembangun cerpen unsur intrinsik dengan psikologi cerpenis unsur ekstrinsik.
Berikut penjelasan mengenai teori psikologi pengarang. Sudah sejak dahulu dikenal bahwa karya sastra selalu berkaitan dengan
penciptanya atau pengarangnya. Selain itu, karya sastra juga terkait dengan biografi pengarangnya. Belakangan karya sastra juga dikenal sebagai gambaran
atau cerminan perasaan, pikiran dari penciptanya Minderop, 2013: 61. Selanjutnya, menurut Christoper Marlowe terdapat faktor-faktor yang perlu
diperhatikan terkait dengan hubungan antara sastra dan psikologi. Berikut adalah
22
faktor-faktor yang perlu diperhatikan, antara lain 1 suatu karya harus merefleksikan kekuatan, kekaryaan, dan kepakaran penciptanya; 2 karya sastra
harus memiliki keistimewaan dalam hal gaya dan masalah bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang; dan 3 masalah gaya,
struktur, dan tema karya sastra harus saling terkait dengan elemen-elemen yang mencerminkan pikiran serta perasaan individu Minderop, 2013: 61-62.
Pendapat yang diungkapkan oleh Christoper Marlowe sejalan dengan pendapat Edmund Wilson. Edmund Wilson mengatakan bahwa elemen paling
penting dari karya fiksi adalah elemen-elemen yang mencakup kepribadian pengarang. Elemen tersebut dapat berwujud daya imajinasi pengarang yang
mampu menampilkan citra melalui watak tokoh, situasi, dan adegan konflik yang dialami si tokoh dalam Minderop, 2013: 62.
Kata religiusity dalam The World Book Dictionary berarti religious feeling or sentiment, atau perasaan keagamaan. Religi memiliki arti yang lebih luas
dibanding agama. Perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang berhubungan dengan Tuhan, seperti perasaan dosa, takut, dan kebesaran Tuhan
Atmosuwito, 1989: 123-124. Sebagai contoh cerpen
Anjing karangan
Kuntowijoyo yang memiliki nilai-nilai religius. Seorang pengarang dapat dikatakan kreatif apabila pengarang tersebut
mampu menggambarkan watak tokoh yang ada dalam cerpennya dengan jelas. Semakin banyak watak tokoh yang digambarkan dan watak setiap tokoh yang
diungkapkan berbeda-beda, maka semakin tidak jelas sosok pengarang cerpen tersebut Wellek dan Warren, 1995: 104. Kejelasan penggambaran watak setiap
tokoh sangat diperlukan oleh pembaca, sebab pembaca juga perlu memahami karakter tokoh dan ciri khas pengarang dalam menggambarkan watak tokoh.
Di samping itu, seorang pengarang yang cerdas mampu menuangkan emosinya sebagai tema karyanya Wellek dan Warren, 1995: 104. Emosi yang
dituangkan ke dalam cerpen merupakan emosi yang paling mendasar primary emotions, seperti kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan. Emosi
yang telah dituangkan ke dalam cerpen dapat menunjukkan emosi pengarangnya, apabila emosi tersebut ditunjukkan secara jelasMinderop, 2013: 39.
Bakat seorang pengarang naratif yang paling disorot adalah kemampuan membuat penokohan dan struktur plot serta ceritanya. Bakat yang sudah dimiliki
cerpenis juga perlu diimbangi dengan pengetahuan yang luas sehingga cerpen yang ditulis menjadi lebih menarik untuk dibaca. Pengetahuan mengenai
penokohan dan struktur plot juga penting dimiliki pengarang sebab pengarang yang baik akan mampu memilih watak dan struktur plot yang sesuai untuk
cerpennya Wellek dan Warren, 1995: 101-103. Selanjutnya, seorang pengarang yang menggunakan gaya bahasa sebagai
pemaparan imajinatif akan menghasilkan karya yang lebih segar dan berkesan bagi pembaca Minderop, 2013: 82. Gaya bahasa yang dapat digunakan antara
lain metafor, simile, antitesis, hiperbola, dan paradoks. Gaya bahasa digunakan pengarang untuk menggambarkan karakteristik tokohnya. Pemilihan kata juga
dapat menggambarkan ciri khas pengarang cerpen. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang
pengarang dipengaruhi oleh aspek dari dalam diri pengarang, yaitu aspek
24
psikologi. Aspek psikologi
pengarang unsur ekstrinsik cerpen
dapat mempengaruhi unsur-unsur pembangun cerpen unsur instrinsik cerpen. Dalam
aspek psikologi pengarang terdapat faktor-faktor, seperti kreativitas, emosi, religiusitasdan intelektual. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan unsur-unsur
pembangun, seperti penokohan atau perwatakan, alur atau plot, tema, serta gaya dan nada.
4. Sosiologi Pengarang
Selain teori resepsi sastra dan psikologi sastra, penelitian ini juga meminjam teori sastra lain, yaitu sosiologi sastra. Namun, penelitian ini tetap
fokus pada teori resepsi sastra khususnya resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Salah satu cabang teori sosiologi
sastra, yaitu sosiologi pengarang. Teori sosiologi pengarang digunakan dalam penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan teori psikologi pengarang, yaitu
agar siswa lebih memahami cerpen dan mempelajari unsur ekstrinsik cerpen. Berikut penjelasan mengenai teori sosiologi pengarang.
Sosiologi pengarang merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi sastra. Kurniawan 2012: 11 mengungkapkan bahwa inti dari analisis sosiologi
pengarang adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman
terhadap pengarang yang dijadikan objek kajian. Selain itu, sosiologi pengarang juga berkaitan dengan unsur pembangun
cerpen, seperti tokoh, latar sosial, dan alur. Ketiga unsur ini menjadi pusat