profesional yang berasal dari pendidikan tinggi tentu berbeda dengan pengarang otodidak. Profesi pengarang otodidak biasanya mendasarkan atas kerja kreatif
dengan membaca karya sastra. Sebelum pengarang otodidak menemukan gayanya sendiri, ia akan meniru gaya dari sejumlah karya sastra yang sudah dibacanya.
Pengarang dapat meniru gaya menulis pengarang lain dari segi gaya bahasa dan tema ceritanya Faruk, 2015: 119.
Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis semata-mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt dalam Damono, 1979:3
mengemukakan cara seorang pengarang mendapatkan modal produksi. Mata pencaharian seorang pengarang juga mempengaruhi produksi karyanya. Beberapa
pengarang di Indonesia umumnya memiliki pekerjaan rangkap. Pekerjaan rangkap juga mempengaruhi hasil produksi karya sastra.Pengarang profesional memiliki
strata khusus dibanding pengarang-pengarang sambilan. Mata pencaharian atau profesi pengarang juga ikut mempengaruhi tema dan bahasa yang digunakan pada
cerpen karena lingkungan sosial yang sering dihadapi pengarang ketika bekerja Faruk, 2015: 119.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pengarang yang menciptakan karya sastra dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi
unsur ekstrinsik cerpen. Sosiologi pengarang dapat dikaji dari berbagai sudut, seperti status sosial atau kelas sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar
belakang budaya pengarang, posisi sosial pengarang, pembaca yang dituju, mata pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Namun, penelitian
ini mengkaji dari sudut status sosial pengarang, latar belakang budaya pengarang,
28
mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang yang dihubungkan dengan unsur-unsur pembangun cerpen.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian yang dilakukan oleh Aning Fiftiani dengan Resepsi Siswa Kelas VII SMP Negeri
di Kabupaten Banyumas Terhadap Cerpen Remaja “Maafkan Aku Ibu” Karya
Herawati. Penelitian ini untuk mengetahui resepsi siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten
Banyumas terhadap cerpen “Maafkan Aku Ibu” karya Herawati
dengan melihat tiga faktor, yakni faktor kebaruan cerita, faktor desain cerita, dan faktor dampak yang ditimbulkan cerita terhadap pembaca. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
sebagian besar termasuk kategori “tinggi” yakni sebanyak
246 siswa 67,05. Hal itu didukung dengan faktor kebaruan cerita yang tinggi sebesar 69,89, faktor dampak yang ditimbulkan yang tinggi 57,37 pula,
serta faktor desain cerita yang tinggi sebesar 59,94. Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
berjudul Aspek Pragmatik Komunikasi Sastra Studi Kasus terhadap Penilaian Guru Bahasa Indonesia terhadap Dua Buah Cerpen Indonesia Modern oleh
Suminto A. Sayuti. Penelitian ini difokuskan padaaspek pragmatik komunikasi sastra dan mencoba melihat hubungan antara teks dan pembaca tertentu. Selain
itu, penelitian ini juga mencoba mengangkat penilaian pembaca sebagai sasaran utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa a di kalangan guru Bahasa dan
Sastra Indonesia SLTP yang dijadikan subjek penelitian, jenis cerpen
konvensional yang corak
nya seperti cerpen “Jodoh” secara keseluruhan lebih
disukai atau dinilai lebih baik daripada cerpen populer yang coraknya seperti
“Serpihan Masa Lalu”, dan b dalam kaitannya dengan cerpen konvensional,
penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria penggunaan bahasa, ironi, dan kepuasan pembaca,
sedangkan dalam kaitannya dengan cerpen populer, penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria
wholeness, tema, minat pembaca, dan plot. Penelitian relevan yang lain adalah Resepsi Siswa Kelas VII SMP di
Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang Karya Chairil Anwar oleh Tita Purnama Wati. Penelitian ini untuk
mengetahui resepsi siswa dan cakrawala harapan siswa kelas VII SMP di Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang
Jalang karya Chairil Anwar. Penelitian ini menunjukkan sebanyak 138 siswa 58,09 mampu memaknai dan menanggapi kumpulan puisi tersebut dengan
baik dan sebanyak 117 siswa 49,30 memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang lebih luas dari pada nilai-nilai yang ada dalam puisi Chairil
Anwar ini. Penelitian-penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena
mempunyai kesamaan, yaitu jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian resepsi secara eksperimental. Selain itu,
pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner atau angket. Perbedaan ketiga penelitian tersebut terletak pada karya sastra yang diteliti dan sampel
30
yang digunakan. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan
dan cerpenis laki-laki.
C. Kerangka Pikir
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pada
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan masih menerapkan karya sastra berupa cerpen sebagai teks yang perlu
dipelajari. Cerpen tidak hanya menjadi bacaan bagi siswa tetapi terdapat amanat atau pesan moral yang dapat diteladani oleh siswa. Siswa sebagai pembaca
memiliki perbedaan dalam menanggapi cerpen yang telah dibaca. Siswa dapat memberikan tanggapan positif dan tanggapan negatif terhadap cerpen yang telah
dibaca. Cerpen yang dipilih berasal dari cerpen Adapun cerpen-cerpen tersebut
adalah Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Kain Perca Ibu karya Andrei Aksana, Pemanggil Bidadari karya Noviana Kusumawardhani dan Ayah Pulang
karya Ratna Indraswari Ibrahim. Cerpen-cerpen tersebut dipilih sebab sesuai dengan kriteria bahwa cerpen yang pertama merupakan karya cerpenis laki-laki
yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki, cerpen yang kedua merupakan karya cerpenis laki-laki yang menggambarkan kehidupan tokoh perempuan,
cerpen yang ketiga merupakan cerpen karya perempuan yang menggambarkan
kehidupan tokoh perempuan, dan cerpen yang keempat merupakan cerpen karya cerpenis perempuan yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki.
Cerpen-cerpen yang dipilih menggambarkan ciri khas yang dimiliki masing-masing pengarangnya. Disamping itu, cerpen-cerpen yang dipilih sebagai
objek penelitian menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami siswa. Keempat cerpen tersebut tidak menggunakan bahasa yang terlalu berani
atau kasar sehingga cocok untuk digunakan bahan penelitian resepsi siswa. Selain dari segi gaya bahasa, cerpen-cerpen tersebut dipilih untuk dijadikan objek
penelitian karena belum pernah digunakan sebagai bahan penelitian sejenis.