Metode Penelitian Resepsi Hakikat Resepsi Sastra a. Pengertian Resepsi Sastra

perwatakan, sudut pandangan, latar, gaya, alinea awal alinea akhir Rampan, 2009: 3-9. Unsur-unsur pembangun cerpen dan novel sama, seperti plot atau alur, tema, penokohan, dan latar. Unsur-unsur yang telah disebutkan oleh para ahli tersebut berkaitan satu sama lain untuk membentuk cerita secara utuh Nurgiyantoro, 2013: 14. Berikut penjelasan unsur pembangun cerpen yang dilihat dari alur atau plot, tema, penokohan, serta gaya dan nada. Alur atau plot merupakan bagian yang penting dalam cerpen. Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro, 2013: 167, plot atau alur merupakan bagian cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian hanya dihubungkan secara sebab akibat. Selanjutnya, kejelasan plot, kejelasan hubungan antar peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita Nurgiyantoro, 2013: 164. Namun, plot cerpen yang rumit dan sulit dikenali menyebabkan pembaca sulit memahami isi cerita. Jakob Sumardjo dalam Rampan, 2013: 3, berpendapat bahwa tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang, dalam menulis cerita, bukan sekedar bercerita, tetapi mengatakan atau mengungkapkan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang dimaksud adalah suatu yang berasal dari masalah kehidupan, pandangan hidup tentang kehidupan, atau komentar terhadap kehidupan. Lebih lanjut, tema merupakan motif pengikat keseluruhan cerita yang umumnya tidak ditunjukkan secara gamblang oleh pengarang. Pembaca harus memahami dan menafsirkan cerita sehingga pembaca mampu mengetahui tema dari cerita tersebut Nurgiyantoro, 2013: 113. 20 Penokohan atau perwatakan termasuk unsur pembangun cerpen yang sangat penting. Menurut Anwar dalam Jabrohim dkk., 2001: 107, penokohan merupakan teknik atau cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada pembaca atau teknik yang digunakan untuk memunculkan tokoh cerita. Lebih lanjut, Jakob Sumardjo dalam Rampan, 2009: 5, menambahkan cara penggambaran watak dapat dilakukan dengan lima hal, yaitu 1 melalui perbuatan atau tindakan tokoh, 2 melaui ucapan tokoh, 3 melalui penggambaran fisik tokoh, 4 melalui pikiran tokoh, dan 5 melalui penerangan langsung. Cara penggambaran watak juga menjadi ciri khas dari seorang pengarang. Gaya dan nada merupakan bagian dari sarana penceritaan dalam cerita fiksi yang memiliki hubungan erat. Gaya sendiri berarti sarana, sedangkan nada berarti tujuan. Kedua bagian ini dapat dijadikan sebagai cara pengungkapan tokoh yang khas bagi pengarang. Dengan kata lain, gaya merupakan pemilihan bahasa oleh pengarang yang menjadi ciri khasnya Sayuti, 2000: 173. Lebih lanjut, Sumardjo berpendapat bahwa gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen. Bahasa sebagai alat komunikasi dan ekspresi harus diolah secara kreatif sehingga dapat digunakan secara maksimum untuk menyampaikan amanat yang ingin dicapai oleh pengarang dalam Rampan, 2004: 8. Berdasarkan pembahasan di atas mengenai unsur pembangun cerpen, dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun cerpen yang dipilih adalah alur, tema,