Kategorisasi Bullying di Tempat Kerja

57 berpengaruh sebanyak 40 terhadap kesejahteraan psikologis, sedangkan dimensi personal bullying memiliki korelasi -0.612 dan berpengaruh sebanyak 37.5 terhadap kesejahteraan psikologis.

C. Pembahasan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bullying di tempat kerja terbukti memiliki pengaruh yang negatif dengan kesejahteraan psikologis pekerja sebanyak 46.1. Hal ini menunjukkan adanya bullying di tempat kerja dapat menurunkan kesejahteraan psikologis pekerja. Hasil yang didapatkan ini sejalan dan mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Einarsen, Matthiesen, dan Skogstad 1998 yang menunjukkan bahwa pekerja yang lebih sering di-bully memiliki tingkat burnout yang lebih tinggi, kepuasan kerja yang lebih rendah, dan kesejahteraan psikologis yang lebih rendah juga apabila dibandingkan dengan rekan kerja tidak mengalami bullying di tempat kerja. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Golparvar dan Rafizadeh 2014 bahwa bullying pada perawat memiliki hubungan yang negatif dengan kesejahteraan psikologis dan juga kesejahteraan spiritual. Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan pengaruh negatif antara bullying dan kesejahteraan psikologis. Pertama, bullying di tempat kerja berpengaruh negatif dengan kesejahteraan psikologis melalui salah satu dimensi di dalam kesejahteraan psikologis, yaitu hubungan yang positif dengan orang lain. Bullying menandakan bahwa target tidak memiliki 58 hubungan yang positif dengan rekan kerja ataupun atasan. Hubungan positif selalu dikaitkan dengan kepuasan hidup, keberfungsian dari sistem imun, reaksi terhadap stres, dan kesejahteraan psikologis seseorang Reis Collins, 2004. Dengan tidak terbentuknya hubungan positif dengan orang lain, maka kesejahteraan psikologisnya juga akan menurun. Selain itu, bullying di tempat kerja mengindikasikan adanya konflik interpersonal di tempat kerja yang dapat menghasilkan power deficit bagi individu Einarsen, Matthiesen, Skogstad, 2007. Hal ini menyebabkan individu secara perlahan-lahan merasa tidak berdaya dan tidak dapat melindungi dirinya ataupun meningkatkan hubungan interpersonalnya sehingga kesejahteraan psikologisnya menurun. Sedangkan individu yang memiliki hubungan yang positif dan hangat di tempat kerja akan cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Vartia 2001 menunjukkan bahwa bullying merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan psikologis pekerja. Responden-responden yang mengalami bullying memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami bullying. Bullying merupakan stressor sosial yang sifatnya ekstrim dan dapat menyebabkan sejumlah reaksi stres yang negatif, baik secara fisiologis maupun psikologis Leymann, 1996. Atkinson 2000 mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan seseorang yang membahayakan kesejahteraan fisik dan kesejahteraan psikologis seseorang. Hal ini menyebabkan terjadinya bullying dapat menjadi sumber stres yang membahayakan kesejahteraan psikologisnya.