Tambahan Hasil Penelitian Hasil Penelitian

58 hubungan yang positif dengan rekan kerja ataupun atasan. Hubungan positif selalu dikaitkan dengan kepuasan hidup, keberfungsian dari sistem imun, reaksi terhadap stres, dan kesejahteraan psikologis seseorang Reis Collins, 2004. Dengan tidak terbentuknya hubungan positif dengan orang lain, maka kesejahteraan psikologisnya juga akan menurun. Selain itu, bullying di tempat kerja mengindikasikan adanya konflik interpersonal di tempat kerja yang dapat menghasilkan power deficit bagi individu Einarsen, Matthiesen, Skogstad, 2007. Hal ini menyebabkan individu secara perlahan-lahan merasa tidak berdaya dan tidak dapat melindungi dirinya ataupun meningkatkan hubungan interpersonalnya sehingga kesejahteraan psikologisnya menurun. Sedangkan individu yang memiliki hubungan yang positif dan hangat di tempat kerja akan cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Vartia 2001 menunjukkan bahwa bullying merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan psikologis pekerja. Responden-responden yang mengalami bullying memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami bullying. Bullying merupakan stressor sosial yang sifatnya ekstrim dan dapat menyebabkan sejumlah reaksi stres yang negatif, baik secara fisiologis maupun psikologis Leymann, 1996. Atkinson 2000 mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan seseorang yang membahayakan kesejahteraan fisik dan kesejahteraan psikologis seseorang. Hal ini menyebabkan terjadinya bullying dapat menjadi sumber stres yang membahayakan kesejahteraan psikologisnya. 59 Ketiga menurut Leymann 1996, bullying memiliki sifat yang destruktif pada korbannya. Secara empiris, telah ditemukan bahwa bullying akan mempengaruhi setiap aspek dari kehidupan target bullying, seperti self- esteem dan social-competence Eirnasen Matthiesen, 2007, kepercayaan diri Clifford, 2006, dan lain-lainnya menjadi rendah. Hal ini lebih jelas terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Knorz dan Zapf 1996 bahwa korban akan mengalami stagnasi pada pekerjaannya atau bahkan mengalami hal yang lebih parah lagi setelah ia mengalami bullying di tempat kerja. Beberapa bahkan mendapatkan trauma atau PTSD dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan esensi dari tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi, yang mana individu- individu dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi adalah mereka yang memiliki kombinasi feeling good dengan keberfungsian yang efektif Huppert, 2009. Dengan tidak adanya perasaan dan keberfungsian yang efektif tersebut, maka korban bullying dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah karena mengalami bullying. Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ryff dan Singer 1998 bahwa hidup yang bertujuan purposeful life dapat diekspresikan melalui berbagai konteks, salah satu yang paling nyata adalah pada konteks pekerjaan. Kondisi pekerjaan, seperti status pekerjaan dan kondisi kerja dapat mempengaruhi kesehatan individu, baik kesehatan mental maupun fisik, dan mempengaruhi disfungsi individu.