Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
59
Ketiga menurut Leymann 1996, bullying memiliki sifat yang destruktif pada korbannya. Secara empiris, telah ditemukan bahwa bullying
akan mempengaruhi setiap aspek dari kehidupan target bullying, seperti self- esteem dan social-competence Eirnasen Matthiesen, 2007, kepercayaan
diri Clifford, 2006, dan lain-lainnya menjadi rendah. Hal ini lebih jelas terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Knorz dan Zapf 1996 bahwa
korban akan mengalami stagnasi pada pekerjaannya atau bahkan mengalami hal yang lebih parah lagi setelah ia mengalami bullying di tempat kerja.
Beberapa bahkan mendapatkan trauma atau PTSD dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan
esensi dari tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi, yang mana individu- individu dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi adalah mereka yang
memiliki kombinasi feeling good dengan keberfungsian yang efektif Huppert, 2009. Dengan tidak adanya perasaan dan keberfungsian yang
efektif tersebut, maka korban bullying dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah karena mengalami bullying.
Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ryff dan Singer 1998 bahwa hidup yang bertujuan purposeful life dapat diekspresikan
melalui berbagai konteks, salah satu yang paling nyata adalah pada konteks pekerjaan. Kondisi pekerjaan, seperti status pekerjaan dan kondisi kerja dapat
mempengaruhi kesehatan individu, baik kesehatan mental maupun fisik, dan mempengaruhi disfungsi individu.
60
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Einarsen dan Raknes 1997 menunjukkan bahwa bullying menjelaskan sebanyak 23 dari varians di
dalam kesejahteraan psikologis. Penelitian selanjutnya oleh Einarsen, Mikkelsen, dan Matthiesen 2002 menunjukkan bahwa individu-individu
yang menjadi target bullying melaporkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk memandang diri mereka lebih negatif setelah
mengalami bullying. Mereka memiliki pandangan yang tidak realistis mengenai kemampuan mereka sendiri. Apabila mereka gagal dalam
merekonstruksi asumsi mereka yang sebelumnya dipenuhi dengan perasaan tidak mampu, maka mereka cenderung akan mengalami breakdown di dalam
proses psikologis mereka sehingga hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka.
Selanjutnya, hasil tambahan dari penelitian menunjukkan bahwa work-related factor dan personal bullying sama-sama memiliki pengaruh
yang negatif terhadap kesejahteraan psikologis. Dimensi work-related bullying memiliki korelasi sebesar R = -0.633 dengan pengaruh sebesar 40
terhadap kesejahteraan psikologis, sedangkan dimensi personal bullying memiliki korelasi R = -0.621 dan pengaruh sebesar 37.5 terhadap
kesejahteraan psikologis karyawan perbankan. Tambur dan Vadi 2009 dan Einarsen dan Skogstad 1996 di dalam penelitiannya menemukan bahwa
work-related bullying lebih banyak terjadi daripada personal bullying. Hal ini mengindikasikan bahwa bullying cenderung terkait dengan masalah pekerjaan
61
dan bahwa pencapaian pada pekerjaan sangat dijunjung tinggi Vadi Meri, 2005.
Work-related bullying dapat terjadi karena kecemburuan, kompetisi, ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan status di suatu organisasi.
Korban-korban dari yang merasakan work-related bullying mendeskripsikan tempat kerja mereka sebagai tempat yang kompetitif, tidak ramah, dan
banyak terjadi konflik interpersonal sehingga merasa tidak merasa nyaman di dalam lingkungan kerja mereka dan cenderung merasa cemas dalam bekerja
Seigne, 1998. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka karena segala sesuatu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan di tempat kerja dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang Halim Atmoko, 2005.
Dimensi kedua dari bullying, yaitu personal bullying juga berpengaruh negatif dengan kesejahteraan psikologis. Bullying yang sifatnya
lebih personal, misalnya ketika korban dan rekan kerjanya saling menyerang self-image satu sama lainnya, sering sekali dikarakteristikkan dengan
keterlibatan emosional yang intens Einarsen, 1999. Secara berkelanjutan, hal ini akan memberikan rasa takut, benci, dan kemarahan pada korban
sehingga pada akhirnya korban memiliki rasa hormat yang berkurang dan mulai memupuk rasa permusuhan. Hal ini menyebabkan aspek dari
kesejahteraan psikologis, yaitu hubungan positif dengan orang lain menjadi rendah dan menyebabkan tingkat kesejahteraan psikologis korban menjadi
rendah pula.
62