Pengaruh antara Bullying di Tempat Kerja dengan Kesejahteraan
28
2002. Hal ini berhubungan dengan faktor relatedness yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis.
Relatedness erat hubungannya dengan hubungan interpersonal dan merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk dapat mencapai
kesejahteraan Ryan Deci, 2001. Baumeister dan Leary 1995 membuktikan bahwa individu-individu cenderung memilih interaksi yang
dapat menciptakan hubungan yang positif dan bertahan lama, serta saling peduli.
Selanjutnya, hubungan interpersonal dapat dikaitkan dengan berbagai hal di dalam kehidupan, seperti reaksi terhadap stress, kepuasan
hidup, dan kesehatan psikologis Reis Collins, 2004. Hubungan positif dengan orang lain juga merupakan salah satu dimensi yang terdapat di
dalam kesejahteraan psikologis Ryff, 1989. Ryff dan Singer 2000 mengidentifikasikan dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagai
dimensi yang paling penting dalam perkembangan manusia. Selanjutnya, Diener dan Seligman 2002 menemukan bahwa individu yang bahagia
adalah individu yang dapat mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik dapat
menyebabkan peningkatan kepuasan hidup Park, Peterson, Seligman, 2005 dan dapat meningkatkan kesejahteraan Lansford, 2000.
Akan tetapi, pada kondisi yang kompetitif pada hubungan interpersonal, seperti pada konteks kerja, hubungan yang terbentuk
kebanyakan bersifat lebih negatif daripada positif Johnson Johnson,
29
2007. Di dalam penelitian tersebut juga dikatakan bahwa bullying merupakan indikasi dari hubungan interpersonal yang negatif. Bullying
merupakan salah satu perilaku atau perlakuan negatif yang ditujukan kepada seorang maupun sekelompok rekan kerja yang dapat menyebabkan
efek yang negatif dan berkepanjangan kepada korban MA-L, 2001. Bullying di tempat kerja dilaporkan dapat meningkatkan simtom-
simtom fisik maupun psikologis, seperti depresi, burnout, kecemasan, keluhan otot maupun psikosomatis, keinginan untuk tidak hadir pada hari
kerja, dan bahkan dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri Zapf, Knorz Kulla, 1996; Nield, 1996. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga
menemukan bahwa korban bullying memiliki tingkat self-esteem, social- competence Eirnesen Matthiesen, 2007 dan kepercayaan diri yang
rendah Clifford, 2006. Lebih jauh lagi, bukan hanya korban bullying saja yang akan menderita stres, tetapi orang disekitar observer atau bystander
yang sering menjadi saksi terjadinya bullying juga akan mengalami stres walaupun intensitasnya berbeda Vartia, 2001.
Selanjutnya, Leymann 1996 memasukkan efek dari bullying ke dalam empat area, yaitu 1 sosial, meliputi isolasi dari orang-orang di
sekitar, 2 sosial-psikologis, meliputi kehilangan kemampuan mengatasi masalah, 3 psikologis, meliputi depresi dan perasaan tidak berdaya, serta
4 psikosomatis, berupa depresi atau kompulsif. Penelitian sebelumnya oleh Einarsen, Matthiesen, dan Skogstad
1998 menunjukkan bahwa perawat yang mengalami bullying di tempat
30
kerja cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah daripada perawat yang tidak mengalami bullying. Berdasarkan uraian
penjelasan diatas, maka peneliti ingin meneliti pengaruh perilaku bullying dengan kesejahteraan psikologis pekerja.