Teknik Analisis Data Latar Belakang

49 b. Studi Dokumentasi, yaituteknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatanatau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang dianggap relevan dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2007 : 91terdapat beberapa aktivitasdalam analisis data yaitu : 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting,dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah usaha penarikan arti data yang telah ditampilkan, sesuai sejauh mana pemahaman peneliti daninterpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema-tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus negatif kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatkan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Akan tetapi pemerintah Indonesia masih belum mampu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang menghambat terjadinya kondisi sejahtera didalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat, salah satunya adalah kesejahteraan akan kesehatan. Kesejahteraan akan kesehatan berkaitan tentang pemerataan pelayanan kesehatan yang memadai oleh semua lapisan masyarakat dan juga mengenai bagaimana pemerintah sebagai pelayan publik dalam memberikan pelayanan yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat. Sektor kesehatan semakin penting karena dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 dinyatakan bahwa “ setiap orang berhak untuk hidup sejahtera, lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperolah pelayanan kesehatan” sehingga dari kesehatan juga merupakan salah satu aspek dari hak azazi manusia dan amanat tersebut sekali lagi mengaskan peran pemerintah untuk melayani setiap warga negar untuk memenuhi kebutuhannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Data Badan Pusat Statistik tahun 2013 bps.go.id menunjukkan bahwa angka penduduk miskin di Indonesia adalah sebanyak 28.550 juta jiwa, dengan presentase 11,47. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mampu menyelesaikan persoalan akan kemiskinan. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa masayarakat dengan kondisi ekonomi menengah kebawah rata-rata memiliki derajat kesehatan yang rendah serta rentan terhadap berbagai Universitas Sumatera Utara 2 permasalahan kesehatan seperti : terbatasnya aksesuntuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan, rendahnya upaya pencegahan penyakitdan perilaku hidup sehat dikalangan masyarakat, rendahnya pengetahuan tentangberbagai gejala dan jenis penyakit, rendahnya kualitas lingkungan dan ketidakmerataan penyebaran tenaga kesehatan. Untuk permasalahan akan kesehatan ini, sebenarnya pemerintah terdahulu sudah mengeluarkan kebijakan atau program untuk mengatasinya, salah satunya adalah program Askes. Sedangkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional JKN melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS merupakan bentuk transformasi terbarunya yang dimana Jaminan Kesehatan Nasional JKN ini akan diselenggarakan oleh BPJS. Adanya program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan terutama mengenai keberadaan peserta PBI diharapkan dapat menjadi solusi dan terobosan baru bagi masyarakat Indonesia, khusunya bagi masyarakat menengah kebawah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Lebih lanjut di dalam PP No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran PBI, menjelaskan bahwa peserta PBI terdiri dari golongan masyarakat menengah kebawah atau disebut juga fakir miskin atau masyarakat tidak mampu yang berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang SJSN dalam Pasal 17 ayat 4 bahwa Iuran program Jaminan Kesehatan bagi Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu peserta Penerima Bantuan Iuran dibayar oleh Pemerintah. Adapun jumlah iuran bagi peserta PBI yang dibayarkan oleh pemerintah tersebut Universitas Sumatera Utara 3 adalah sebesar Rp 23.000orang, dan pelayanan kesehatan yang diterima oleh peserta PBI setara dengan peserta BPJS mandiri atau non-PBI kelas III. Herlambang 2012, Rumah sakit merupakan salah satu provider dan patner BPJS dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit saat ini tidak saja bersifat pengobatan , tetapi pelayanan kesehatan di Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna, yaitu promotif, preventif, kuratif. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh ICW terkait pelayanan kesehatan menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan dimana hampir 74,9 responden yang berasal dari masyarakat miskin mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Masalah lainnya berdasar temuan ICW adalah akses terhadap obat generik, selain fasilitas rumah sakit yang buruk Beberapa peserta jamkesmas mengeluhkan kekecewaan yang berkaitan dengan rumitnya proses administrasi untuk mengurus persyaratan jamkesmas, sikap perawat dan dokter yang tak ramah, lamanya waktu menunggu tindakan-tindakan medis atau operasi dan fasilitas ruang rawat yang kurang memadai. Survei tersebut, dilakukan pada akhir tahun 2009 di lima kota, Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi. Survei menyasar 738 responden di 23 rumah sakit yang terdiri dari lima rumah sakit swasta dan 18 rumah sakit pemerintah Sumber : www.republika.co.idberitashortlink103569 diakses pada tanggal 4 November 2016 pukul 15.00 WIB. Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli Kabupaten Nias merupakan rumah sakit tipe C. Sejak pemekaran kabupaten Nias menjadi 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan satu Kota Madya Gunungsitoli. RSUD Gunungsitoli merupakan Rumah Universitas Sumatera Utara 4 sakit yang cukup memamadai baik dari segi fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan. RSUD Gunungsitoli melayani pasien program Jaminan Kesehatan Nasional pada Rujukan Tingkat Lanjutan. Selama tahun 2014 telah melayani pasien BPJS sebanyak 23.204 pasien. Keberadaan RSUD Gunungsitoli dinilai penting karena merupakan opsi pertama bagi masyarakat Nias pada umumnya untuk berobat ketika mengalami masalah akan kesehatan. Tentunya masyarakat ataupun pasien yang ingin melakukan pengobatan mengharapkan pelayanan kesehatan yang terbaik dari setiap pegawai dan RSUD Gunungsitoli ini. Berdasarkan pendapat dari Zheithalm,et al dalam Ariani 2009:180, Kualitas Pelayanan Publik dapat ditinjau dengan menggunakan 5 dimensi, diantaranya : Tangibles bukti fisik, Reability keandalan, Responsiveness daya tanggap, Assurance jaminan, dan Emphaty empati. Ditinjau dari 5 dimensi yang menjadi indikator kualitas pelayanan publik tersebut maka RSUD Gunungsitoli memang masih mengalami beberapa permasalahan dalam memberikan kualitas pelayanan yang terbaik khusunya kepada pasien peserta BPJS , salah satunya seperti yang tertulis berikut ini: “Akibat mendapatkan pelayanan medis yang kurang baik dari Rumah sakit Umum daerah – RSUD Gunungsitoli, seorang pasien melaporkan hal tersebut ke DPRD Kabupaten Nias. Kejadian itu bermula saat pasien yang bernama Notarius Mendröfa yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Nias, yang saat itu menderita sesuatu penyakit sangat membutuhkan penanganan darurat di IGD RSUD Gunungsitoli. Namun Saat sampai di ruang IGD Notarius Mendrofa, hanya disuruh tidur diatas ranjang tanpa mendapat tindakan apapun dari Dokter yang bertugas, Hal itu di alami Notarius Mendrofa kurang lebih 30 menit.Sementara saat Notarius Mendrofa menanyakan kapan akan ditangani, dokter NW menjawab saudara hanya cukup berobat di Poly Klinik saja” Sumber:http:rri.co.idgunungsitolipostberita256274hukumpelayanan_rsud_g unungsitoli_di_ protes_dprd.html Diakses pada tanggal 4 November 2016, Pukul 15.00 WIB Universitas Sumatera Utara 5 Permasalahan lain yang pernah dan kerap terjadi di RSUD Gunungsitoli yang berkaitan dengan kualitas pelayanan publik lainnya adalah berhubungan dengan pengadaan atau ketersediaan akan obat-obatan, seperti kutipan berikut ini : “Sudah tiga minggu Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Gunungsitoli mengalami krisis obat antibiotik jenis Cefotaxime 1 gram dan ceftriaxone 1 gram. Pihak Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara hingga kini belum menjawab keluhan ini. Untuk menanggulangi ketiadaan ini, pihak RSUD Gunungsitoli mengganti dengan jenis obat lainnya. Hal ini diakui Plh. RSUD Gunungsitoli Ismed Amazihönö. Menurut Ismed, sebulan sebelum persediaan obat itu habis, pihaknya telah mengantisipasi dan menyurati Kemenkes dan Dinkes provsu. Atas ketiadaan persediaan obat tersebut, dipastikan Ismed cukup berdampak pada pelayanan pasien terutama pasien peserta Jamkesmas, Askes dan BPJS. Walau demikian, Ismed berharap dokter yang menangani pasien tidak membebankan pembelian obat kepada pasien”. Sumber : http:nias-bangkit.com201506rsud-gunungsitoli-krisis-obat- antibiotik Diakses pada tanggal 4 November 2016, Pukul 15.00 WIB. Berdasarkan artikel diatas RSUD Gunungsitoli masih memiliki keterbatasan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, akan tetapi sebagai RSUD dengan fasilitas yang lebih memadai jika dibandingkan dengan klinik atau rumah sakit lain, RSUD Gunungsitoli perlu berebenah diri dan meningkatkan pelayanan kesehatannya kepada seluruh masyarakat, terlebih kepada pasien PBI BPJS Kesehatan yang juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang layak, memadai dan tidak mendapatkan diskriminasi dengan pasien Non-PBIUmum. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli, khusunya terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat menengah kebawah atau dalam BPJS disebut dengan istilah peserta PBI BPJS Kesehatan. Untuk itu penulis mengambiljudul penelitian “Kualitas Pelayanan Publik RSUD Gunungsitoli bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran PBI BPJS Kesehatan“. Universitas Sumatera Utara 6

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Respon Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Mandiri Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan

5 95 150

Kualitas Pelayanan Rawat Inap Oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

2 56 119

PELAYANAN KESEHATAN BAGI ANGGOTA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI RUMAH SAKIT Dr.R SOEDARSONO KOTA PASURUAN

1 58 35

Pengalaman Pasien Penerima Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan Nasional yang Menjalani Perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli

0 11 84

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

0 0 12

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

0 0 1

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

0 0 45

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

0 0 4

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Chapter III VI

0 1 59

Kualitas Pelayanan Publik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli Bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

0 0 2