Adegan 1 Pengantar Adegan-Adegan pada Film He Named Me Malala.
Adegan ini diambil dalam bentuk wawancara. Dalam wawancara tersebut, Malala ditanya mengenai perlakuan Taliban terhadap dirinya
yang sudah menembak kepalanya hingga Ia mengalami kerusakan saraf di bagian kiri kepalanya. Namun, Malala sama sekali tidak marah ataupun
dendam, bahkan tidak pula sekecil atom, atau sub-atom sekalipun. Bahkan dirinya tidak masalah jika wajah bagian kirinya tidak berfungsi lagi,
adapun wajah bagian kirinya adalah bekas luka tembakan yang ia terima. Malala berpendapat bahwa agama Islam mengajarkan manusia kesetaraan
dan pengampunan. Tipe ukuran gambar yang digunakan adalah middle close up, biasanya
teknik ini digunakan dalam wawancara untuk memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil objek yang direkam. Kamera hanya
fokus merekam narasumber saja yang dapat menampilkan profil, bahasa tubuh dan emosi dengan lebih jelas. gambar ini diambil pada durasi
00:16:09. Pada adegan wawancara di atas, tanda ikon yang mucul adalah
seorang wanita yaitu Malala Yousafzai.Tanda indeks yang muncul adalah
kalimat yang diucapkan Malala pada gambar di atas, yaitu “bahkan tidak sekecil atom.” Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, atom memiliki
unsur kimia yang terkecil setelah nuklir yang dapat berdiri sendiri dan dapat bersenyawa dengan yang lain.
4
Pada gambar di atas, Malala sengaja
menggunakan kata ‘atom’ untuk menggambarkan bentuk kemarahannya
4
http:kbbi.web.idatom diakses pada 03 Oktober 2016 pukul 23:38 WIB.
kepada Taliban. Jadi, maksud dari ucapan Malala tersebut adalah bahwa Malala sama sekali tidak marah atau dendam kepada Taliban yang telah
menembaknya. Pada adegan ini, tanda simbol yang muncul adalah jilbab yang
dikenakan Malala, jilbab tersebut berwarna merah muda yang menjadi kesukaan Malala. Adapun warna merah muda menunjukkan simbol kasih
sayang dan cinta, persahabatan, feminim, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan
indah. Berdasarkan gambaran sifat warna merah muda ini, sikap memaafkan
Malala terhadap perlakuan Taliban kepadanya semakin menguatkan bahwa dirinya memiliki perasaan yang halus dan penuh kasih saying sehingga
ucapan yang keluar dari mulutnya menggambarkan keadaan dalam diri Malala yang sebenarnya.
Simbol lainnya adalah gaya berjilbab yang dipakai Malala
mencerminkan gaya jilbab wanita Pakistan di tahun 1940-an yang lebih simpel menggunakan warna-warna cerah. Tanpa jarum, jilbab hanya
digunakan sebagai selendang penutup kepala.
5
Adegan di atas menjelaskan bagaimana Malala dapat menguasai amarahnya terhadap Taliban. Sebagai manusia biasa, tentu bukan hal
5
Detik.com, “Foto: Gaya Jilbab Wanita Timur Tengah Dari Masa Ke Masa” artikel diakses
pada 03
Oktober 2016
pukul 23:20
WIB dari
http:wolipop.detik.comread2016061709351032355651632foto-mengintip-gaya-jilbab- wanita-timur-tengah-dari-masa-ke-masa.
mudah untuk dapat mengendalikan dan menguasai amarah. Sifat amarah ini memang tidak luput dari diri manusia, karena cenderung memiliki
hawa nafsu yang harus selalu dituruti dan enggan untuk diselisihi keinginannya.
Bersama dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk meruntuhkan iman dan agamanya
karena dengan kemarahan manusia bisa gelap mata sehingga ia dapat melakukan tindakan dan perkataan yang buruk dan bisa merugikan dirinya
dan juga agamanya. Oleh karena itu, Allah SWT memuji hamba- hambaNya yang bertakwa. Meskipun setan selalu menggoda dan
mengganggu mereka, namun mereka mampu meredam amarah tersebut sehingga dapat menyelamatkan dirinya maupun agamnya dari hawa nafsu.
Sikap yang ditunjukkan oleh Malala terhadap perlakuan Taliban kepadanya sungguh sangat mencerminkan karakter umat Islam yang taat.
Meskipun sudah disakiti dan dilukai sedemikian rupa, Malala tetap tidak menyimpan dendam maupun amarah. Bahkan jika diibaratkan, kemarahan
itu tidak sebesar sub-atom yang sangat kecil sekalipun. Dengan ini Allah SWT memuji mereka yang mampu meredam
amarah dan mengendalikannya dalam sebuah firmannya: